Dari RDPU Komisi X Dengan Jajaran Pordasi Apa Itu Venue Equestrian yang Sustainable?
Pengprov Pordasi DKI Jaya yang diketuai Alex Asmasoebrata membuat laporan setebal lebih dari 20 halaman berjudul "Save Pulomas"
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) dengan Komisi X DPR RI yang dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi X, Drs. Utut Adianto, jajaran PP Pordasi dan Pengprov Pordasi DKI Jaya menyampaikan beberapa pandangan berupa laporan terkait perkembangan Pulo Mas yang menjadi alternatif utama untuk pembangunan sarana bertanding bagi equestrian Asian Games XVIII/2018.
Pengprov Pordasi DKI Jaya yang diketuai Alex Asmasoebrata membuat laporan setebal lebih dari 20 halaman berjudul "Save Pulomas",
sementara PP Pordasi menyampaikan resume dari hasil Sidang Umum (General Asembly/GA) dari Federasi Equestrian Asia atau Asian Equestrian Federation (AEF) di Pattaya, Thailand, pada 15 April, yang antara lain menghasilkan keputusan bahwa desain dari venue untuk equestrian AG XVIII/2016 akan dibuat oleh tim yang dibentuk oleh AEF.
Venue equestrian AG XVIII/2016 tersebut harus bersifat berkesinambungan (sustainable), dan tidak membutuhkan ongkos yang mahal.
Berikut pandangan yang terangkum mengenai venue untuk equestrian AG XVIII/2018:
1.FEI SUSTAINABILITY PROGRAMME
Agenda 2020 IOC Tentang Perhatian Pengendalian Biaya (Concern ob Cost Control)
Konsep:
-Memberikan kontribusi serius terhadap pelestarian lingkungan yang baik (sound environment)
-Meminimalisir dampak terhadap lingkungan
-Dan menciptakan kenangan positif (positive legacy) -Setiap tindakan (iniatiaves) dilihat berdasarkan:
Potensi akan kesadaran (awarness potential), meminimalisir dampak (impact minimasation), dan implementasi yang mudah (ease of implementation).
2. Apakah itu berkelanjutan (Sustainability):
-Mempromosikan penggunaan sumber daya (resources) secara efisien dan bertanggung-jawab
-Menekan pengaruh (impact) terhadap lingkungan
-Menciptakan sebuah pengaruh sosial dan ekonomi yang positif
-Penekanan biaya (cost reduction):
Penggunaan sedikit energi yang bukan terbarukan, air, material serta menekan
limbah akan mengurangi biaya untuk jangka panjang.
-Membangun fasilitas dan arena sementara
(temporary fasilicities and arenas)\
-Olimpiade 2008 London yang cabor equestriannya
dilaksanakan di Hongkong menggunakan konsep fasilitas sementara
-Korea mengakui bahwa venues AG 2014 setelahnya menjadi beban.
3. Site Master Plan
- Pada 19/2/2016, Presiden Federasi Asia Equestrian (Asian Equestrian Federation/AEF Park Sang Jin didampingi Ketua Umum PP Pordasi yang
juga ketua NF Equestrian Mohammad Chaidir Saddak bertemu Gubernur DKI Jaya Basuki Tjahaya "Ahok" Purnama di Balaikota.
-Pada 24/2/2016, AEF bersurat kepada Gubernur DKI bahwas Pulo Mas dapat\diwujudkan menjadi venue AG XIII/2018 karena jarak dan sekelilingnya dan AEF akan menyampaikan desain yang diperkecil (downsized design) demi penghematan investasi.
-15/4/2016, Sidang Umum (Genneral Assembly/GA) AEF di Pattaya, Thailand, membentuk tim pendukung teknis dan akan memberikan desain yang
dipandang berkelanjutan (sustainable).
4. Equine Diseases Free Zone (EDFZ)
-Status Zona Bebas Penyakit Kuda (Equine Diseases Free Zone/EDFZ) venue dan sekelilingnya yang harus dapat diakui oleh OIE (Office International des Epizootes), badan kesehatan hewan dunia, sehingga para negara peserta berkenan mengikutsertakan kuda-kudanya.
-Proposal untuk pengajajuannya masih dalam tahap persiapan.
5.Kesimpulan:
-Perlu diutamakan transformasi venues Pulo Mas, yang berkelanjutan (sustainable), yang ramah lingkungan sehingga meninggalkan kenangan positif (positive legacy).
-Desain dari venue tersebut tidak harus menghilangkan fungsi trek pacuannya, sehingga dapat digunakan secara maksimal oleh kegiatan berkuda.
-Dengan demikian terjaga mata pencaharian orang banyak yang tergantung kepada keberadaan olahraga berkuda (bukan hanya pacuan tapi juga
equestrian) di Jakarta. Pembinaan olahraga berkuda, equestrian dan pacuan, saling ketergantungan. tb