Jateng Jangan Jemawa, "Jabar Kahiji" Mengancam, Sulut & Sumbar Bisa Nyolong
Pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sport, H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA, tersentak.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM.SALATIGA - Pemilik Aragon Horse Racing & Equestrian Sport, H.Mohammad Chaidir Saddak, MBA, tersentak.
Ia terperangah dengan optimisme yang dilontarkan kubu tuan rumah, Jateng, yang yakin mendominasi peraihan gelar dan posisi terhormat dari gelaran final Kejurnas Pacuan Kuda seria-1 Indonesia Derby, Minggu (7/8) di Tegal Waton, Salatiga.
Eddy Saddak, sapaan akrab dari salah satu tokoh senior berkuda itu, bereaksi atas pemberitaan 'Tribunnews' sebelumnya. Khususnya, terkait dengan keyakinan kontingen Jateng untuk menggapai predikat juara umum di final Kejurnas Pacuan Seri-1 Indonesia Derby 2016 ini.
Intinya, ucap Eddy Saddak, Jateng jangan terlalu jemawa. Mungkin Jateng merasa enjoy sekaligus pede dengan posisinya sebagai tuan rumah, sebagaimana babak penyisihan dua pekan silam di tempat sama.
Namun demikian, dalam persaingan perebutan gelar juara umum, Jateng masih harus berjuang ekstra-keras. Bagaimana joki-joki terbaik mereka bisa menjalin sinergi yang benar-benar padu dengan kuda-kuda handal mereka. Nah, itu yang belum tentu bisa dilakukan.
Sebab, joki dan kuda-kuda terbaik dari daerah lain juga sudah berusaha menciptakan kebersamaan mereka.
"Jadi, menurut saya, masih ramelah. Potensi Jateng memang kuat, tetapi tidak sebesar tahun lalu, di Pulomas. Sekarang lebih merata persaingannya," papar Eddy Saddak, yang juga Ketua Umum PP Pordasi itu.
"Tahun lalu di Pulomas mereka (Jateng) terlihat superior, tetapi sekarang situasinya beda," kata Eddy Saddak.
"Jadi, sekali lagi, Jateng jangan terlalu jemawa. Kami dari Jabar tak pernah tidak optimis, selalu yakin bisa gapai Jabar Kahiji," jelas Eddy Saddak, seraya mengkalkulasi persaingan di berbagai kelas.
"Jateng, Jabar dan jatim saya kira masih sama-sama berpeluang. Sulut dan Sumbar juga bisa 'nyolong' di beberapa kelas," tutur Eddy Saddak.
Proyeksi perhitungan perebutan gelar juara umum, papar Eddy Saddak, juga bisa ditentukan dari keberuntungan atau kesialan yang dialami masing-masing tim di satu kelas atau nomor.
"Ada perhitungan yang meleset di satu kelas atau nomor saja, bisa membuat peluang jadi juara umum gagal," tegas Eddy Saddak. tb