Sukses Olimpiade Seoul 1988 Gagal Diulangi Atlet Panahan Indonesia
Ega diharapkan mampu mengulang sukses trio srikandi Indonesia, Nurfitriyana Saiman, Lilis Handayani dan Kusuma Wardhani yang meraih perak di Olimpiade
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, RIO DE JANEIRO - Kekalahan pemanah andalan Indonesia, Riau Ega Agatha dari Mauro Nespoli dari Italia dengan skor telak 0-6 dalam pertandingan babak 16 besar nomor Recurve perseorangan putra Olimpiade Rio de Jeneiro 2016 merupakan pukulan berat bagi PB Perpani.
Pasalnya, Ega diharapkan mampu mengulang sukses trio srikandi Indonesia, Nurfitriyana Saiman, Lilies Handayani dan Kusuma Wardhani yang meraih perak di Olimpiade Seoul 1988.
"Sesungguhnya kami berharap banyak kepada Ega untuk bisa mengulang sukses Olimpiade Seoul 1988," kata Sekjen PB perpani, Alman Hudry yang dihubungi, Jumat (12/8/2016) malam.
Menurut Alman, masalah kesiapan mental menjadi faktor utama kekalahan Ega. Hal ini terkait dengan keberhasilan Ega mengalahkan juara dunia asal Korea, Kim Woo-jin di babak 32 besar.
"Keberhasilan Ega mengalahkan juara dunia menjadi bumerang ketika hanya sanjungan yang dia terima, tanpa ada yang menyadarkan bahwa dia harus kembali mengevaluasi diri dan mempersiapkan pertandingan yang akan dihadapi," kata Alman.
Dengan kegagakan itu, kata Alman, menjadi bukti bahwa pemanah Indonesia masih banyak kekurangan dibandingkan dengan atlet dari negara lain.
"Para atlet memang sudah berjuang dan berprestasi bisa mengalahkan atlet-atlet kelas dunia. Tapi, kita tidak boleh puas dan harus banyak belajar untuk memperbaiki segala sesuatu yang menghambat pencapaian prestasi maksimal," katanya.
Pada Olimpiade 2016 ini, Riau tampil di dua nomor yakni nomor beregu serta perorangan putra. Di nomor beregu, Riau Ega bersama Muhammad Hanif dan Hendra Purnama kalah dari Tim Amerika Serikat 2-6 di babak perempat final.
Di sektor putri, Ika Yuliana Rochmawati kandas pada putaran pertama.