Arena Pacuan Kuda Legok Jawa Kembali Sepi, Final Pacuan Baru Digelar 28 September
Suara ringkik kuda kini hanya sesekali terdengar, mewarnai debur ombak yang memecah di bibir pantai Cimerak, Pangandaran.
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Suara ringkik kuda kini hanya sesekali terdengar, mewarnai debur ombak yang memecah di bibir pantai Cimerak, Pangandaran.
Suasana keseharian di Gelanggang Pacuan Legok Jawa tidak lagi seramai sepekan terakhir, dimana ratusan kuda dari 12 provinsi saling berganti memutari trek perlombaan, bersinergi dengan para jokinya melakukan latihan.
Setelah pergelaran babak penyisihan pada Kamis (15/9/2016) lalu, gelanggang pacuan kuda Legok Jawa memang kembali sepi.
Arena pacuan kuda yang berada di tubir pantai Cimerak itu sudah ditinggalkan sebagian besar dari kuda-kuda yang berkompetisi di babak penyisihan pacuan PON XIX-2016 tersebut.
"Tinggal beberapa kuda finalis yang tinggal sehingga suasananya memang tidak lagi seperti minggu kemarin," papar Noviardi Sikumbang, Sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi, Sabtu (17/9).
"Hari ini saya masih di Pangandaran, besok kembali ke Jakarta, baru minggu depan kembali kesini," ujar Noviardi.
Babak final pacuan kuda PON XIX-2016 ini memang baru akan dilangsungkan Rabu, 28 September mendatang.
Itu berarti tiga hari seusai perebutan 10 medali emas dari disiplin ketangkasan (equestrian), yang dilangsungkan Kamis hingga Minggu (22-25/9) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) Parongpong, Lembang.
Berbeda dengan disiplin equestrian yang sudah dilombakan hampir pada setiap penyelenggaraan PON, disiplin pacuan baru di PON XIX-2016 ini dipentaskan.
Jika equestrian menyediakan10 medali emas, disiplin pacuan memperebutkan separuhnya, lima medali emas.
Dari 12 provinsi yang mengikuti babak penyisihan pacuan kuda PON XIX ini, sembilan diantaranya meloloskan kudanya ke babak final, sementara tiga lainnya gagal. Tiga provinsi yang gagal adalah Sumbar, Kalimantan Barat dan NTT.
Pada lima kelas yang dilombakan, akan berlaga di babak final sebanyak 60 ekor kuda, masing-masing 12 kuda di setiap kelasnya. Dari 60 ekor kuda yang akan berlomba di babak final ini, tim tuan rumah Jabar mengomentisikan kuda terbanyak, yakni 16.
Di urutan kedua, Jateng, dengan 11 kuda. Berikutnya, Jatim (10), DKI Jaya (9), Kalimantan Selatan (7), DI Yogyakarta (4), serta Sulut, Sulawesi Barat dan Riau yang masing-masing meloloskan satu finalis.
Kontingen finalis tentunya akan berupaya mencapai target raihan medali sesuai harapan. "Jabar tentunya dengan target juara umum bisa jadi terlampaui.
Sementara, Jatim juga sama, berharap mencapai target. Si kuda hitam Kalsel bisa jadi bikin buyar persaingan bukan hal yang tidak mungkin. DIY diprediksi bisa meraih salah satu medali emas di kelas C atau D," papar Noviardi Sikumbang.
Kontingen DKI Jaya, dengan dana dan persiapan yang diatas rata-rata kontingen lain, juga punya peluang untuk menyabet medali. Jateng akan bersaing sengit di Kelas A 1300 dengan Djohar Manik menjadi andalannya. Sementara, Saud akan berusaha revans melawan Red Silenos serta King Savero dan Matah Ati.
Pada persaingan dikelas atas, kuda-kuda tuan rumah Jabar bertemu dengan kuda-kuda Jateng, dan itu pasti akan sangat mendebarkan. Para Joki piawai J.Turangan, E. Sonitan, D. Suhendar, Jones Paendong & Cun Pantowà akan adu strategi untuk jadi jawara di 2200 M.
Saat ini, para joki benar-benar di karantina oleh para manajer agar kondisi terjaga dan terhindar dari asupan yang mengandung doping. Juga kudanya.
Jika hasil pemeriksaan positif, maka peraihan medalinya akan langsung digugurkan.