Tes Identifikasi Angkat Besi: 30 Pelajar Dinilai Berpotensi Jadi Atlet Angkat Besi Potensial
Test Identifikasi Angkat Besi yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan Pengurus Besar Angkat Besi, Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Test Identifikasi Angkat Besi yang dilakukan Kementerian Pemuda dan Olahraga dengan Pengurus Besar Angkat Besi, Berat dan Binaraga Seluruh Indonesia (PB PABBSI) membuahkan hasil.
Dari 364 pelajar SD dan SMP yang mengikuti tes yang digelar di Gedung Gymnasium GOR Sabilulungan Jalak Harupat, Kabupaten Bandung, Kamis (6/10/2015), terjaring 30 pelajar yang dinilai berpotensi untuk dijadikan atlet angkat besi potensial di masa mendatang.
"Ada sekitar 30 pelajar berusia 10 hingga 13 tahun teridentifikasi punya potensi dijadikan atlet angkat besi di masa mendatang. Hasil ini akan kita presentasikan dengan Kemenpora untuk dilanjutkan," ungkap Alamsyah Wijaya selaku nara sumber Tes Indentifikasi Angkat Besi di Jakarta, Rabu (12/10/2016).
Menurut Alamsyah yang juga mantan manajer Tim Angkat Besi Olimpiade Rio de Janeiro 2016, para pelajar yang teridentifikasi akan dipanggil berikut orang tuanya dan guru pendidikan jasmani (penjas) asal sekolahnya.
"Orang tuanya akan diminta agar mendukung keinginan anaknya menjadi atlet angkat besi sedangkan guru penjasnya akan diberikan program latihan strength and conditioning khusus anak-anak untuk meningkatkan strength abilitynya. Program latihan tersebut dijalankan selama maksimal 16 minggu," urainya.
Usai para pelajar tersebut menjakankan program yang diberikan pelatih penjasnya, kata Alamsyah, pihaknya akan kembali memanggil mereka untuk mengikuti tes dengan parameter talent development.
"Pelajar yang lolos akan dibina di klub dengan metode longterm athlete development (program pembinaan atler jangka panjang)," ujarnya.
Secara terpisah, Asisten Deputi Bidang Pembibitan dan Iptek Olahraga Kemenpora, Washinton Galingging mengatakan, tes identifikasi yang dijalankan Kemenpora dengan PB PABBSI dalam upaya membangun prestasi angkat besi ke depan.
"Angkat Besi itu kan salah satu cabang olahraga unggulan yang rutin menyumbangkan medali bagi kontingen Indonesia di Olimpiade. Melalui program tes identifikasi ini akan coba dijaring atlet yang benar-benar berpotensi meraih prestasi di tingkat dunia di masa mendatang," jelasnya.
Menurut Washinton, tes identifikasi ini akan membantu mengembalikan fungsi klub sebagai ujung tombak pembinaan olahraga Indonesia.
"Peran klub akan dikembalikan sebagai ujung tombak pembinaan. Melalui tes identifikasi ini akan mempermudah tugas klub untuk mencetak atlit-atlit yang berpotensi meraih prestasi di level internasional," tuturnya.
Provinsi Jawa Barat dijadikan pilot project test indentifkasi karena prestasi atlet angkat besi Jawa Barat cukup membanggakan.
Dari 7 atlet angkat besi yang tampil di Olimpiade tercatat 5 atlet angkat besi dati Jawa Barat. Yakni, Siti Aisyah, Dewi Syahfitri, M Hasbi, Denny dan Sri Wahyuni yang sukses meraih perak pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
"Jawa Barat dijadikan pilot project karena banyak memasok atlet angkat besi yang bisa diandalkan pada Olimpiade. Salah satunya Sri Wahyuni yang meraih medali perak pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016," katanya.
Secara khusus, Washinton mengapresiasi kepedulian Bupati Kabupaten Bandung H Dadang M Naser yang mendukung pelaksanaan tes identifikasi dan program pembinaan angkat besi di daerahnya.
"Kemenpora mengucapkan terimakasih atas apresiasi yang diberikan Pemkab Bandung terhadap pembinaan angkat besi," ujarnya.