PON Remaja Harus Ditinjau lagi Soalnya Beratkan APBD
inas Olahraga dan pemuda (Disorda) DKI Jakarta mendukung rencana Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membatalkan pelaksanaan Pekan Olahraga Na
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dinas Olahraga dan pemuda (Disorda) DKI Jakarta mendukung rencana Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) membatalkan pelaksanaan Pekan Olahraga Nasional (PON) Remaja yang tahun pelaksanaannya bersamaan dengan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) di Jawa Tengah 2017.
Alasannya, peserta PON Remaja itu bukan hanya didominasi peserta POPNAS tetapi memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Kepala Disorda DKI Jakarta, Firmansyah mengatakan Disorda DKI Jakarta mendukung keputusan Kemenpora yang akan membatalkan PON Remaja 2017 dengan alasan efisiensi anggaran APBN.
"Sebab, pelaksanaan PON Remaja bukan hanya membebani APBN tetapi beban APBD juga akan bertambah. Saya bisa merasakan beban APBD Jateng akan semakin besar karena harus melaksanakan PON Remaja dan juga POPNAS," ungkap Firmansyah, Kamis lalu (13/10/2016).
Selain beban APBD, kata Firmansyah, PON Remaja akan memberatkan atlet mengingat pesertanya juga ikut POPNAS.
"Peserta PON Remaja itu sama dengan peserta POPNAS. Rata-rata mereka yang tampil adalah atlet yang berada di Pusat Pendidikan dan Latihan Pelajar (PPLP) dan Sekolah Kejuruan Olahraga (SKO) Jadi, wajar saja Kemenpora akan membatalkan PON Remaja. Kasihan kan atlit-atlit muda potensial harus tampil pada dua event tersebut dalam tahun yang sama," jelasnya.
Berbicara mengenai alasan sasaran Youth Asian Games (YAG) dan Youth Olimpic Games (YOG), kata Firmansyah, hal itu tidak bisa menjadi patokan. Sebab, POPNAS juga telah melahirkan atlit yang diterjunkan pada AYG dan Y0G.
"Peserta YAG dan YOG itu kan melalui kualifikasi. Alangkah baiknya, jika peran induk-induk organisasi lebih di kedepankan dalam memperbanyak event kejurnas. Seperti kejurnas junior, senior dan kejurnas antarklub. Semakin banyak kejuaraan tingkat nasional yang digelar maka akan memunculkan atlit-atlit berkualitas," paparnya.
Sekadar gambaran, POPNAS yang dimulai sejak tahun 1989 adalah rangkaian dari sistem kompetisi multi event yang menjadi kegiatan prioritas di Kemenpora dan Dinas yang mengurus olahraga di daerah.
Keberadaan Popnas yang mempertandingkan cabang olahraga Olimpiade berkaitan erat dengan pembinaan yang dilakukan di PPLP/SKO termasuk SKO Ragunan.
Jenjang pembinaan yang dilakukan mulai dari klub-klub olahraga junior dan masyarakat mulai dari tingkat Kabupaten/Kota dan Pemerintah Daerah serta PPLP/SKO, termasuk SKO Ragunan mulai tingkat provinsi hingga internasional.
Sementara itu, PON Remaja dilahirkan saat KONI/KOI dipimpin Rita Subowo.
Semula PON Remaja mengadopsi konsep Youth Olympic dengan tujuan agar pembinaan cabang olahraga Olimpiade dan misi pengenalan nilai-nilai Olympic Movement dapat dipahami oleh atlit-atlit muda berbakat.
Yakni, Olimpysm as universal velues, Olympic and environment, Friendship-Respect-Excellence (kemenangan adalah tujuan akhir). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Olympic Academy yang dilakukan setiap atlet selesai kompetisi.
Dengan perubahan tahun penyelenggaraan maka orientasi PON Remaja kemudian bergeser ke arena seleksi untuk Youth Olympic.