Brayen Brata Coolen Tjukkan Sikap Militansinya dengan Tampil di Delapan Nomor
Sosok Brayen Brata-Coolen termasuk yang sudah menjadi jaminan mutu pada setiap keikutsertaannya di berbagai pentas berkuda ketangkasan dalam beberapa
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS, COM. JAKARTA - Sosok Brayen Brata Coolen termasuk yang sudah menjadi jaminan mutu pada setiap keikutsertaannya di berbagai pentas berkuda ketangkasan dalam beberapa tahun terakhir.
Kualitas penampilannya disejajarkan dengan rider-rider papan atas Indonesia lainnya, seperti Adi Katompo, kakak-beradik Ferry Wahyu Hadiyanto (Ferry Sutoyo), Raymen Kaunang, dan Yanyan Hadiansyah.
Hanya faktor "X" yang mungkin bisa menjadi perbedaan diantara mereka saat berkompetisi di nomor yang sama pada sebuah event. Walau sama-sama berbekal persiapan serius, hasil akhir bisa saja ditentukan oleh faktor diluar non-teknis, semisal konsentrasi kuda yang terganggu, perubahan cuaca yang ekstrim, atau justru ridernya sendiri yang tiba-tiba blank.
Semua rider pastilah menginginkan presisi di setiap penampilannya walau dengan kuda yang berbeda-beda. Itulah juga yang terus diasah atau dipertajam oleh Brayen Brata-Coolen. Rider utama dari Aragon Horse Racing & Equestrian Sport, Lembang, ini, termasuk yang mampu bersikap militan dalam upayanya meningkatkan kemampuan ditengah persaingan ketat dengan rider-rider terbaik lainnya.
Brayen Brata-Coolen bisa dikatakan lebih beruntung karena diantara mrider-rider utama tanah air lainnya, terutama yang berkompetisi di nomor-nomor atas lompat rintangan (jumping), dia yang paling muda. Peluang untuk menjadi yang terbaik diantara yang baik (the best of the best) tentu masih terbuka lebar.
Di Kejuaraan Avignam Cup yang digelar Jumat-Minggu, 24-26 Februari di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD, Parongpong, Lembang, Jabar, Brayen Brata-Coolen menunjukkan sikap militansinya dengan tampil di delapan nomor. Namaanya terdaftar di 14 entries, dari nomor 100 cm hingga 140 cm.
Brayen berkompetisi di kelas 100 cm senior dengan dua kuda, yakni Convoy dan Lena. Masih di hari yang sama, Sabtu, Brayen ikut berseteru di kelas 110 cm open dengan tiga kuda: Aragon's Bo, Lena dan Pramudha Wardani.
Setelah itu, dia pun turun lagi ke lapangan dengan menunggang Chris De Rose dan Greta di 125 cm open. Ia kemudian mengakhiri penampilannya hari itu dengan menunggang Greta di 130 cm open.
Pada Minggu, Brayen kembali menunggang Convoy, Lena dan Pramudha Wardani di nomor 100-105 cm senior. Pramudha Wardani dan Lena kembali ditungganginya di nomor 110-115 cm open. Setelah menunggang Greta di 120-125 cm open,
Brayen memungkasi penampilannya dengan kembali menunggangi Chris De Rose di nomor puncak kejuaraan, yakni 135-140 cm, di mana ia harus mengakui keunggulan seniornya, Ferry Sutoyo, dari catatan waktu terbaik pada pertarungan jump-off setelah sama-sama membuat clear-round di penampilan pertama dan kedua.
Mohammad Chaidir Saddak, pemilik Aragon yang hampir tak pernah kehilangan momen untuk terus menyaksikan penampilan Brayen di berbagai kejuaraan setiap tahunnya, mengaku puas dengan pencapaian Brayen Brata-Coolen di Avignam Cup 2017 ini.
"Dari waktu ke waktu ada perkembangan, harusnya memang seperti itu," papar pendiri klub berkuda ketangkasan dan pacuan yang juga ketua umum PP Pordasi itu, Minggu (26/2) di Denkavkud, Parongpong.
Eddy Saddak, sapaan akrab Mohammad Chaidir Saddak, mengakui bahwa bagaiamana pun Brayen harus berlatih keras menjelang keikutsertaannya di putaran-final FEI World Jumping Challenge 2017, yang akan digelar di Aljazair, Mei mendatang.
Brayen bukan hanya menjadi satu-satunya wakil Indonesia di putaran-final FEI World Jumping Challenge 2017 tersebut, namun sekaligus menjadi wakil tunggal dari zona-9 FEI yang mencakup sejumlah negara, termasuk Thailand dan Malaysia.
Di Aljazair, Brayen akan menghadapi rider-rider utama dari belasan negara yang secara tradisional memiliki catatan prestasi equestrian sangat baik. Kendati demikian, Brayen dan Eddy Saddak sendiri mengakui, kesempatan untuk menuai prestasi tetap terbuka.
Apalagi, Brayen sudah mengenyam pengalaman berkompetisi dengan rider-rider tingkat dunia itu di FEI World Jumping Challenge tiga tahun silam di Caracas, Venezuela.
Kala itu, menunggangi kuda pinjaman (borrowed-horse), Brayen menempati peringkat ke-7 pada penampilan individual dan peringkat ketiga dalam perhitungan team.
Di Aljazair, Mei nanti, Brayen juga akan kembali tampil dengan kuda pinjaman dari panitia penyelenggara. Eddy Saddak berharap, dari latihan keras dan simultannya selama ini, yang sekaligus merepresentasikan sikap militansinya yang luar biasa, pencapaian Brayen Brata-Coolen bisa lebih baik dibanding partisipasinya di Caracas, Venezuela.
"Tidak terasa ya Mei sudah semakin dekat," kata Eddy Saddak. tb