Pengabdian Panjang dan Loyalitas Tanpa Batas dari Noviardi Sikumbang
Nama Noviardi Sikumbang tentunya sudah tidak asing lagi bagi komunitas olahraga berkuda, terlebih di disiplin pacuan
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nama Noviardi Sikumbang tentunya sudah tidak asing lagi bagi komunitas olahraga berkuda, terlebih di disiplin pacuan. Ia termasuk yang diandalkan dalam setiap gelaran kegiatan pacuan tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Pengurus Pusat Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (PP Pordasi), sebagai salah satu administrator kejuaraan.
Ia, misalnya, berperan besar dalam penerimaan pendaftaran peserta, pengukuran dan penimbangan kuda-kuda yang siap beradu kecepatan itu, hingga pembuatan buku panduan pacuan dan pengaturan pemberian penghargaan saat event berlangsung.
Tak mengherankan jika Noviardi Sikumbang dikenal luas dalam jagat pacuan nasional. Ia berkeliling dari satu arena pacuan ke arena pacuan lainnya, di berbagai daerah di tanah air, sepanjang tahun. Seandainya dalam satu tahunnya ada 40 kejuaraan tingkat nasional maupun lokal, Noviardi Sikumbang akan hadir di sana. Tak mengejutkan, sebab ia selalu diundang untuk bisa bergabung bersama panitia lokal.
Wawasannya yang luas dan pengetahuannya yang luar biasa tentang attitude atau perilaku dari kuda, harus diakui, mungkin saja di atas pemilik kuda atau klub sekalipun. Itulah yang membuatnya menjadi tumpuan dari pelaksana event di berbagai daerah. Mungkin tidak terlalu berlebihan pula untuk menegaskan bahwa sukses atau tidaknya sebuah kegiatan pacuan tergantung pada sejauh mana peranan dari Noviardi Sikumbang.
Paparan di atas disampaikan untuk menjabarkan betapa vitalnya tupoksi (tugas, pokok dan fungsi) informal dari seorang Noviardi Sikumbang ini.
PP Pordasi mestinya beruntung memiliki seorang Noviardi Sikumbang yang senantiasa juga mencoba melakukan tugasnya tanpa cela. Bercermin pada apa yang dilakukannya untuk jagat berkuda nasional, sejatinya pacuan, sungguh wajar jika ia memperoleh apresiasi yang layak dari induk organisasi berkuda yang membawahi equestrian, pacuan, polo dan peternakan tersebut.
Akan tetapi, ternyata, nasibnya tidak terbilang baik. Pengabdian panjang dan loyalitas tanpa batasnya, justru menumbuhkan keprihatinan yang mendalam. Sungguh ironis, karena ternyata dalam hampir 10 tahun terakhir ini pengabdian dan loyalitasnya di PP Pordasi sama sekali tidak diapresiasi.
Tidak ada imbalan permanen atau gaji rutin yang diterimanya setiap bulan, sebagaimana wajar diberlakukan pada jajaran "pekerja" di sebuah induk organisasi olahraga di tanah air.
"Terakhir kali menerima gaji resmi sepertinya di akhir kepengurusan Pak Roesmanhadi," Noviardi Sikumbang coba mengingat-ingat, saat bersama-sama menyaksikan persaingan pamungkas dari Kejuaraan Berkuda Ketangkasan Avignam Cup, Minggu (26/2) di Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud) TNI-AD, Parongpong, Lembang.
Usia Noviardi Sikumbang sudah diambang 55. Dari tempat kelahirannya di Bukittinggi, Sumbar, 20 Desember 1962, pada usia belasan ia sudah merantau ke ibukota. Perjuangannya yang gigih untuk meraih pendidikan tinggi membuahkan gelar sarjana dari Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) yang diselesaikannya pada 1988.
Noviardi Sikumbang mulai bergabung dengan PP Pordasi di era kepengurusan Prof DR. Fuad Hasan, Mendikbud periode 1988-1992, sebagai Sekretaris Eksekutif bersama Sufyar Rasmitaputra, senior yang sekaligus menjadi mentornya.
Pengabdiannya terus berlanjut pada beberapa kepengurusan setelah itu, dari kepemimpinan Drs. Subiakto Tjakrawerdaya- Menkop & PPK periode 1993-1997, berganti ke Jenderal Pol. Drs. Roesmanhadi -Kapolri periode 1998-2002 & 2003-2007.
Pada kepengurusan kepemimpinan Drs Johanes Gluba Gebze -Bupati Merauke periode 2008-2012 (2007-2011), selain tetap menjadi sekretaris eksekutif, ia juga ditunjuk sebagai wakil sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi.
Noviardi Sikumbang tetap menunjukkan pengabdian dan loyalitasnya pada dua fase kepengurusan dibawah kepemimpinan H. Mohammad Chaidir Saddak, MBA, dari periode 2011-2015 ke 2015-2019. Pada periode kedua kepemimpinan Mohammad Chaidir Saddak ini, 2015 - 2019, selain dipertahankan sebagai sekretaris eksekutif, ia dipromosikan menjadi sekretaris Komisi Pacuan PP Pordasi.
Ia menyebut beberapa nama yang diakuinya sangat berjasa untuk memperkaya wawasan, pengetahuan, khasanah dan karakter dari kuda-kuda pacu; dari almarhum Kolonel Infanteri AE Kawilarang, almarhum Jody Frederik, Kabid Pacuan PP Pordasi 1998-2002, hingga almarhum Mayjen TNI (Purn) Pribadi Pedjayadi, Ketua Komisi Equestrian PP Pordasi 1993-1997.
Dari pertemuan di Parongpong, sepanjang Minggu itu, Noviardi Sikumbang terus menunjukkan keceriaan. Ia menyapa para rider (atlet equestrian) yang dikenalnya, dan cipika-cipiki dengan para pengurus PP Pordasi yang ditemuinya. Ia sangat luwes dan cepat akrab dengan siapa saja,mungkin karena sikapnya yang terbuka namun tetap santun.
Noviardi Sikumbang mampu menyembunyikan kelelahan yang menderanya setelah perjalanan panjang dengan kendaraan roda dua milik salah seorang anaknya, dari kediamannya di kawasan Bekasi ke Parongpong, Lembang, itu.
Namun, Noviardi Sikumbang tak bisa langsung pulang seusai kejuaraan pada Minggu sore karena hujan deras yang mengguyur Lembang. Baru selepas Isya ia bisa meninggalkan Parongpong, Ditengah perjalanan, karena kelelahan, ia menyempatkan istirahat dan melelapkan diri sejenak di sebuah masjid di daerah Purwakarta,
Mungkin karena masih kelelahan pula, yang mengurangi konsentrasinya, motor yang dikendarai Noviardi Sikumbang terperosok di sebuah jalanan berlubang di daerah Cisomang. Beruntung kaki dan lengannya hanya lecet, tidak sampai menyebabkan cedera serius, patah misalnya, sementara motornya juga masih bisa dikendarai.
Ia lebih berhati-hati dan lebih lambat di sisa perjalanan pulang ke Bekasi. "Saya baru sampai rumah menjelang Subuh, sekitar jam empat Senin dinihari. Sekarang masih pemulihan," katanya, Selasa (28/2) pagi.
Sekjen PP Pordasi, Wijaya Mithuna Noeradi, belum berhasil dihubungi untuk dimintai konfirmasi. Namun, menurut keterangan salah satu pengurus teras PP Pordasi lainnya yakni Ir. Fatchul Anas, dari tupoksi yang dijalaninya selama ini, kinerja Noviardi Sikumbang mestinya memang layak diapresiasi, misalnya melalui gaji yang harus diterima secara rutin setiap bulannya.
"Kepengurusan sekarang ini masih terus berbenah," seru Fatchul Anas.
"Saya setuju kalau untuk orang-orang seperti Noviardi ini diberikan imbalan yang layak," tegasnya.
Kita tunggu kabar baik untuk uda Noviardi. tb