Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Mimpi Pesepak Bola Jalanan Pakistan Yang Tertunda

LSM Azad Foundation, yang membantu membawa mereka ke Piala Dunia Anak Jalanan, menggunakan uang yang mereka hasilkan saat menjadi juara Piala Dunia.

Editor: Content Writer

TRIBUNNEWS.COM – Pakistan adalah salah satu negara penghasil bola sepak terbesar di dunia, namun sayangnya timnas negara itu tidak pernah lolos ke Piala Dunia Sepak Bola. Padahal, di negara itu sepak bola merupakan olahraga favorit kedua setelah kriket.

Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Berikut kisah lengkapnya seperti dilansir dari Program Asia Calling produksi Kantor Berita Radio (KBR).

Pada 2014, sembilan anak pecinta sepak bola yang berasal dari desa dan kapal nelayan berangkat ke Brazil untuk ikut serta dalam Piala Dunia Sepak Bola Anak Jalanan di Rio Brazil.

“Bermain di Brasil adalah mimpi saya. Kami biasa berlatih di lapangan terbuka tempat kandang keledai. Saya memenangkan medali emas internasional, perunggu dan banyak medali lainnya untuk negara saya,” kata Ali.

Saat itu tim Pakistan menempati posisi ketiga, bersaing melawan 200 tim dari 52 negara. Ali bahkan meraih predikat ‘Pemain Terbaik’. Tapi di sana dia juga harus patah hati. Dia jatuh cinta pada seorang gadis Brasil.

“Selama kunjungan kedua saya ke Brazil, keluarganya memberi kami restu. Tapi tidak ada harapan saya bisa kembali ke Brasil dan menikahinya," katanya.

Seluruh Pakistan merayakan kemenangan tersebut dan menyebut anak-anak itu sebagai pahlawan kecil. Ucapan selamat berdatangan mulai dari politisi hingga selebriti. 

Berita Rekomendasi

Perdana Menteri bahkan memberi hadiah uang tunai senilai 13 juta rupiah kepada setiap pemain.

Tapi anak-anak itu menuduh LSM Azad Foundation, yang membantu membawa mereka ke Piala Dunia Anak Jalanan, menggunakan uang itu.

“Mereka mengeksploitasi kami, mengambil semua uang dan hadiah yang kami terima di luar negeri. Mereka tidak membayar uang saku bulanan yang telah disetujui oleh sponsor untuk dibayarkan selama empat tahun. Kami juga harus mengemis pada mereka agar gaji kami dibayarkan,” jelas Aurangzeb Baloch, salah satu anggota tim.

Setelah kemenangan mereka, anak-anak itu dibanjiri berbagai tawaran, mulai dari tawaran bekerja di bank hingga sponsorship dari perusahaan. Juga tawaran pendidikan gratis dan pekerjaan di kantor pemerintah Provinsi Sindh.

Tapi mereka telah menandatangani sebuah kesepakatan eksklusif dengan LSM tersebut. “LSM Azad Foundation meminta kami untuk tidak bermain untuk tempat lain.”

Akhirnya, anak-anak itu kembali ke tempat mereka memulai. Tinggal dengan kondisi hidup seadanya di desa nelayan mereka. Ali dan Aurangzeb pun kembali melaut.

Sampai baru-baru ini, seorang dermawan memberi mereka uang saku bulanan. Ini memungkinkan mereka untuk fokus pada sepak bola. Tapi pelatih tim, Rashid Baloch mengungkapkan ada agenda lain yang juga sedang dimainkan.

“Sepak bola itu seperti pacar bagi orang-orang Baloch. Seperti kebanyakan orang Afrika tergila-gila dengan sepak bola. Ada begitu banyak talenta olahraga di jalanan Pakistan,” jelas Rashid.

Bagi mereka yang tidak punya banyak uang, harga bola lebih murah ketimbang pemukul kriket atau raket tenis.

”Sayangnya, pemerintah lebih suka kriket daripada olahraga lain. Padahal semua olahraga harus didukung. Anak jalanan ini telah mengalahkan pemain internasional terbaik. Saya harap pemerintah akan segera memberikan dukungan,” harap Rashid.

Mendengar nasib mereka, pemain Brasil yang terkenal, Ronaldinho, berencana membawa anak-anak Pakistan itu kembali ke lapangan sepak bola. Dan bahkan mungkin kembali ke Brasil.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas