Indonesia Harus Ambil Langkah Super Ekstra Hadapi Asian Games 2018
Presiden Joko Widodo menginginkan Kontingen Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Dewan Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), Amung Mamun meminta semua stake holder olahraga Indonesia sebaiknya duduk bersama untuk mencari solusi sehubungan dengan harapan Presiden Joko Widodo yang menginginkan Kontingen Indonesia masuk dalam peringkat 10 besar saat menjadi tuan rumah Asian Games 2018.
"Pelaksanaan Asian Game 2018 itu tinggal 11 bulan lagi. Bukan saatnya kontroversi dan silang pendapat yang dikembangkan. Semuanya harus terbuka termasuk Satlak Prima, induk-induk organisasi cabang olahraga (PB/PP), KONI, dan KOI agar mencari solusi terbaik ke depan dan bukan mencari siapa yang salah," ungkap Amung Mamun, Minggu (17/9/2017).
Yang patut diperhatikan ke depan, kata Amung, proses pembinaan semestinya lebih banyak melibatkan tenaga profesional yang ada pada induk organisasi cabang olahraga (PB/PP) dibantu oleh tenaga ahli dari perguruan tinggi dan unsur birokrasi yang menguasai prosedur dan sistem akuntabilitas tata kelola keuangan dengan baik.
Di samping itu, katanya, harus dapat memetakan permasalahan secara komprehensif dimana sistem pembinaan harus mampu memfasilitasi kepentingan atlet agar berkembang performanya secara optimal (fokus pada atlet), termasuk kebijakan anggaran dan sistem tata kelolanya.
Menurut Ketua Program Studi Magister dan Doktor Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Indonesia sulit bersaing di SEA Games XXIX lalu, karena sistem pembinaan olahraga yang dibangun sudah tertinggal.
"Bagaimana kita mau unggul kalau sistem pembinaan yang dibangun sudah kalah bersaing," tegasnya.
Sebagai contoh, Amung menyebut pembinaan olahraga tenis di tingkat bawah (klub/pengda/pengcab) sudah tidak berjalan. Dampaknya, pasokan atlet potensial sangat sulit didapatkan.
"Ini hasil diskusi saya dengan pelatih tenis dan legenda tenis nasional Suharyadi. Pembinaan tenis di level bawah itu sudah gulung tikar. Makanya, kita kesulitan memperoleh atlet berkualitas yang telah terbina melalui sistem pembinaan dan pertandingan berjenjang dan terus menerus" jelasnya.
Fakta lain, kata Amung, terjadi di cabang olahraga golf yang merekrut pelatih asing asal Australia.
"Sebagus apapun pelatih yang direkrut kalau atlit yang dibina dari bawah tidak terbangun melalui sistem pelatihan yang terstandardisasi sulit muncul calon atlet potensial yg bisa bersaing," tandasnya.
Lebih jauh Amung menyebut, saingan Indonesia di SEA Games bukan lagi Thailand, tetapi Vietnam, Singapura dan Malaysia.
"Prestasi yang diraih Malaysia dengan menjuarai SEA GAMES XXIX lalu karena sistem pembinaan yang diterapkan lebih sistematis. Begitu juga Vietnam dan Singapura yang sudah lebih tertata dengan baik. Makanya, mereka bisa menduduki posisi peringkat di atas Indonesia walau di bawah tuan rumah Malaysia," tuturnya.
Lantas apa yang harus dilakukan dalam menghadapi Asian Games 2018?
"Harus ada langkah langkah super ekstra. Konsolidasi ke dalam dan sistem pelatihannya harus benar-benar tingkat tinggi untuk cabang olahraga yang memang berpeluang meraih medali emas disamping hal lain yang juga berdampak yaitu diplomasi (ada orang piawai untuk wilayah tugas ini). Demikian pula, kita harus mulai menata kembali sistem pembinaan olahraga ke depan," paparnya.
Berbicara nasalah materi atlet yang bisa diandalkan di Asian Games 2018, Amung menyebut Indonesia sudah kekurangan stok atlet yang bisa diandalkan.
Contohnya, peraih emas Lompat Jauh Asian Games Incheon, Korea Selatan 2014, Maria Londa sudah sulit dipertahankan prestasinya karena telah melewati masa jayanya.
"Berat mempertahankan prestasi Maria Londa di Asian Games 2018. Masa emasnya telah lewat, kecuali ada hal lain, baik secara internal dari keinginan Maria Londa itu sendiri maupun sistem pelatihan tingkat tinggi yg diterapkan dan eksternal faktor pesaing dari negara lain," ujarnya.
Yang bisa diharapkan di Asian Games 2018, kata Amung, dari cabang bulutangkis. Sebab, PP PBSI dengan sistem pelatihan yang telah terstandardisasi mampu mencetak prestasi atlet bulutangkis di Korea Super Series.
"PP PBSI perlu menyiapkan capain untuk 3 medali emas di Asian Games nanti," katanya.