Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Ahris Sumariyanto Belum Terkenal Meski Sudah Dua Kali Juara Dunia Olahraga Woodball

Gelar juara dunia menjadi impian setiap atlet, tak terkecuali dari cabang olahraga yang belum terkenal sekali pun, seperti woodball.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Ahris Sumariyanto Belum Terkenal Meski Sudah Dua Kali Juara Dunia Olahraga Woodball
ist
Ahris Sumariyanto 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gelar juara dunia menjadi impian setiap atlet, tak terkecuali dari cabang olahraga yang belum terkenal sekali pun, seperti woodball.

Demikian pula yang dirasakan atlet Indonesia, Ahris Sumariyanto yang telah menyandang gelar juara dunia untuk kedua kalinya.

"Bangga tiasa tara saya berhasil meraih predikat juara dunia. Apalagi saya meraih gelar juara duania itu untuk kedua kali. Pertama saya meraihnya di tahun 2010 dan kedua di tahun 2016. Rasanya semua pengorbanan berat dan perjuangan panjang yang saya jalani, terbayarkan ketika saya berhasil jadi juara dunia," ungkap Ahris, pemuda kelahiran Jepara, 4 September 1988.




Wajar Ahris merasakan semua itu lantaran woodball di Bumi Pertiwi belum setenar sepakbola dan bulutangkis. Namun kebanggaan yang dirasakan tidak kalah tentunya dengan atlet Indonesia lainnya yang pernah jadi juara dunia, seperti Icuk Sugiarto (bulutangkis), Taufik Hidayat (bulutangkis) dan Ellyas Pical (tinju) dan Chris John (tinju).

Hanya mungkin faktor sambutan dan perhatian yang dirasakan beda dialami Ahris. Mungkin jika keberhasilan juara dunia didapat Ahris di cabang populer (bukan woodball) pastinya sambutan dengan 'karpet merah' telah didapat jebolan Universitas Negeri Semarang ini.

"Ketika saya meraih gelar juara dunia untuk pertama kali di tahun 2010, saat kedatangan di bandara tak terlihat acara pejemputan layaknya atlet bulutangkis atau tinju yang meraih prestasi yang sama. Tapi saya harus menerima kenyataan itu karena di Tanah Air cabang woodball ini belum familiar atau sepopuler bulutangkis. Namun hal itu tak lantas membuat saya kecewa," papar Ahris yang sukses jadi juara dunia ketika masih berusia 18 tahun dan hingga kini mempertahankan diri menempeti peringkat satu dunia.

Hanya saja, lanjut Ahris, sesungguhnya jalan berliku,pahit-getir dan pengorbanan tiada tara harus dilakoninya sebelumnya berhasil menggondol predikat juara dunia.

BERITA TERKAIT

"Berlatih keras, bermamandi peluh keringat serta berkorban segalanya harus saya lakoni ketika proses merintis karier untuk jadi juara dunia. Bahkan saya harus puasa karena harus irit mengumpulkan uang demi bisa membeli tiket atau membiayai diri untuk bisa mengikuti turnamen di luar negeri. kenang Ahris. "Namun semua itu terhapuskan ketika impian tinggi saya untuk jadi juara dunia dapat saya raih. Bahkan tak cuma sekali saya mendapatkan predikat juara dunia itu untuk kedua kalinya di tahun 2016," jelas pemain asal Jepara Woodball Club yang kini bergabung dengan Pamulang Woodball Club (PWbC)-Tangsel sejak 2015 yang diasuh Suhendar Wijaya.

Pribadinya mulai sedikit merasakan perhatian dari pemerintah manakala dapat mempersembahkan dua medali emas untuk Kontingen Indonesia di ajang Asian Beach Games di Vietnam 2016.

"Saya mendapatkan layanan istimewa dari pemerintah ketika berhasil menyumbang kepingan medali emas di Asian Beach Games itu. Sebelumnya saya belum pernah merasakan perhatian juga perlakuan khusus dari pemerintah, meski saya telah dua kali merebut predikat juara dunia. tapi usai berhsil mempersembahkan medali emas di Asian Beach Games, pertama kali saya merasakan perlakuan istimewa naik pesawat di kelas bisnis seperti atlet dari cabang lainnya yang mengukir prestasi sama," urai Ahris.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas