Peran Ayah Bagi Karier Xiong Jing Nan
Xiong Jing Nan menceritakan betapa berartinya peran sang Ayah bagi karirnya yang kini telah menjadi petarung dunia.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Profesional seniman bela diri wanita asal China, Xiong Jing Nan menceritakan betapa berartinya peran sang Ayah bagi karirnya yang kini telah menjadi petarung dunia.
Dari 11 pertarungan yang dilakoninya, wanita berjuluk “Panda” tersebut mampu mencatatkan rekor fantastis dengan 10 kali kemenangan dan sekali kalah. Rekor itu pun kini menjadikan ia sebagai satu dari tiga pegulat wanita teratas di China yang sangat disegani.
Ayah menjadi tokoh yang tak pernah ia lupakan. Baginya, Ayah merupakan pria yang paling berpengaruh dalam hidupnya.
“Ayah saya mengajari saya banyak hal, termasuk pengalaman hidupnya yang tumbuh dewasa," kenang wanita 30 tahun itu.
“Sejak saya masih kecil, ayah saya menyuruh saya untuk tidak melarikan diri saat menghadapi kesulitan, dan untuk selalu bertanggung jawab. Yang terpenting, dia mengajari saya untuk berani dan percaya diri,” kata Xiong.
Semasa kecilnya, Xiong adalah anak yang pemberani. Bahkan, ia kerap melakukan hal-hal yang terlalu berbahaya untuk dilakukan anak seusianya. Karena itu pun, ia mendapat pembelajaran dari sang Ayah.
“Waku kecil, saya memanjat dinding rumah orang lain untuk mengambil buah dari pohon mereka, kemudian saya terjatuh dari pohon lalu tangan saya patah hingga terlihat tulangnya,” tutur Xiong.
Dengan kondisi seperti itu, Xiong dibawa pulang ke rumah oleh tetangganya. Tapi ayahnya sangat kecewa dengan apa yang telah dilakukan Xiong.
Namun, Ayahnya menggunakan momen ini untuk mengajari hal-hal tentang kehidupan yang akan berguna bagi kehidupan Xion kelak.
“Ayah saya sama sekali tidak merawat luka saya. Bukannya dia tidak peduli dengan saya. Dia hanya ingin memberi tahu saya bahwa ini adalah kesalahan saya sendiri, dan saya harus bertanggung jawab atas hasilnya,” kenangnya.
“Dan kemudian dia mengajari saya beberapa prinsip. Dia bertanya kepada saya apakah itu terasa menyakitkan? lalu bertanya mengapa saya melakukannya? Kemudian, dia berkata: Inilah yang kamu dapatkan, kamu harus bertanggung jawab atas apa yang telah kamu lakukan,” ujar Xiong.
Tidak sampai di situ, Xiong menceritakan bahwa sang Ayah kembali mengujinya dengan membiarkannya menahan sakit. Namun, kemudian ia tahu bahwa seorang Ayah tidak akan membiarkan putrinya kesakitan.
Ini adalah cara Ayahnya untuk mengajari Xiong untuk bertanggung jawab dengan apa yang telah dilakukannya.