TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah menggelar dua kegiatan sekaligus, yakni "Pelatihan Peningkatan Kompetensi Pelaksana Akreditasi dan Kompetensi", dan "Kaji Ulang Standar Kompetensi", Badan Standardisasi dan Akreditasi Nasional Keolahragaan (BSANK) akan terus menyelenggarakan proses standardisasi dan akreditasi pada setiap cabang olahraga.

Dari dua kegiatan terakhir yang dilakukan pada Kamis hingga Sabtu (19-21/7/2018) di Hotel Twin Plaza, Jakarta Barat, BSANK mengundang representasi dari organisasi cabor bola voli (PP PBVSI), gulat (PP PGSI) serta pencak silat (PP IPSI) dan senam kebugaran.

BSANK sejauh ini sudah melakukan proses akreditasi terhadap sembilan organisasi olahraga. Hasil dari proses akreditasi yang dilakukan itu disebutkan akan relevan dengan tingkat prestasi yang dicapai oleh cabor bersangkutan.

Artinya, dengan krteria-kriteria penilaian akreditasi, dapat diketahui, dianalisis, dan dikaji secara ilmiiah faktor dan penyebab maju atau mundurnya prestasi olahraga nasional.

Proses akreditasi yang sudah dilakukan sejak awal September 2017 itu, kini sudah memasuki verifikasi lapangan. Dari sembilan organisasi olahraga yang akan diakreditasi tahun itu, sudah 4 organisasi olahraga yang dilakukan verifikasi lapangan oleh tim Assesor BSANK.

Yakni, Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI), Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), Federasi Olahraga Kreasi Budaya Indonesia (FOKBI) dan Persatuan Angkat Besi dan Berat Seluruh Indonesia (PABBSI).

Lima norganisasi olahraga lain akan menyusul diverifikasi lapangan, yakni Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI), Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI), Persatuan Angkat Besi dan Persatuan Olahraga Bilyard Seluruh Indonesia (POBSI), Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) dan Muay Thay Indonesia (MI).

Diketahui, ada 10 elemen penilaian akreditasi pengelolaan organisasi olahraga yang dilakukan BSANK. Yaitu, Manajemen organisasi, Sistem mutu dan pedoman organisasi, Personil, Sarana prasarana, Realisasi pekerjaan, Audit internal, kaji dan perbaikan berkelanjutan, Penanganan pengaduan dan laporan, Pengendalian rekaman, Kesejahteraan pelaku olahraga dan Kode etik.

Disebutkan, perolehan medali (prestasi) adalah impact dari 10 elemen tersebut. Prestasi akan muncul jika 10 elemen itu dikelola dengan baik, dijaga, dipelihara, dianalisasi, dierbaharui, dan dilakukan perbaikan berkesinambungan.

Akan muncul “prestasi” yang bukan hanya prestasi menang secara perolehan medali atau rangking, melainkan prestasi yang sustainable.

Dalam melakukan akreditasi atau sertifikasi, BSANK mengacu pada peraturan yang dikeluarkan oleh International Standard Organization (ISO:19011 versi 2011). Sementara, untuk materi asessmen mengacu pada 10 elemen standard BSANK tersebut di atas.

Saat ini sudah menjadi sebuah tuntutan dan keharusan setiap organisasi cabor menerapkan standard ISO 9001-2015 untuk meningkatkan kualitas produk dan sustainabilitasnya, baik itu prestasi atlet ataupun output organisasi lainnya.

Semua pelaku organisasi keolahragaan juga fokus kepada perbaikan kinerja di setiap bidang dengan mengacu kepada standard kualitas. Tidak hanya fokus pada prestasi, namun juga sustainable quality.

Jika semua organisasi keolahragaan sudah menyadari pentingnya implementasi standarisasi keolahragaan. Maka bukan hal yang tidak mungkin untuk menjadi macannya Asia di masa yang akan datang, sebagaimana diharapkan Prof.Hari A Rachmman, wakil ketua BSANK sat menutup dua kegiatan terakhirnya.