Ulang Tahunya, Penerjun Payung Wanita Indonesia Naila Novaranti Taklukan Mount Everest
Setelah ribuan kali melakukan aksi terjun payung di belahan dunia selama 8 tahun, penerjun payung wanita
Penulis: FX Ismanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Setelah ribuan kali melakukan aksi terjun payung di belahan dunia selama 8 tahun, penerjun payung wanita dari Indonesia, Naila Novaranti pada 16 November 2018 kemarin akhirnya bisa merasakan terjun payung di atas Mount Everest di Nepal.
Dengan menggunakan helikopter khusus moderen diatas 25.000 kaki diatas Mount Everest itu dilakukan atas niat dan tekadnya sebagai penerjun yang ingin menaklukan medan-medan berat dan jarang dilakukan orang lain.
Selain itu, penerjunan di Mount Everest juga menjadi kado terberat di hari ulang tahunya tahun ini untuk memecahkan rekor menjadi satu-satunya penerjun payung dari Indonesia yang menaklukan langit diatas Mount Everest.
“Sebelum saya berulang tahun pada tanggal 19 November kemarin, saya ditantang oleh rekan-rekan untuk terjun payung lokasi tersulit salah satunya ya Mount Everest, lalu saya jawab saya mau. Lalu saya berangkat berdua suami di dampingi dua kameramen penerjun. Memang disana itu menjadi lokasi terberat tapi ternyata penerjunan berjalan sukses meski saat itu suhu bawah min 45 derajat yang dinginnya luar biasa dan udara disana sangat tipis tapi saya bisa menyelesaikan misi tersebut dengan baik tanpa cidera apapun,” tutur Ibu Rumah Tangga Penerjun Payung Wanita Indonesia Naila Novaranti kepada sejumlah media yang menemuinya, Rabu (21/11/2018) di kawasan Cilandak, Jakarta.
Naila menambahkan bahwa Mount Everest adalah gunung tertinggi di dunia yang terletak di negara Nepal yang menjulang hingga ketinggian 8.848 meter. Nah diatas gunung itulah Naila melakukan terjun payung dengan ketinggian 25ribu kaki dan mendapat di lokasi yang terjal dan penuh dengan jurang pemisah.
“Disana karena udara sangat tipis jadi penerjunan harus berada diatas gunung dengan menyusuri jalanan yang harus ditempuh selama 4 harian. Setelah itu, baru saya naik helikopter untuk mencapai ketinggian untuk penerjunan. Kalau ditanya gimana rasanya aksi kali itu, saya bilang itu hal yang paling luar biasa karena saya harus bisa mendapat dilokasi yang tepat, kalau salah sedikit saya bisa mendarat di jurang yang terjal. Parasut yang saya gunakan juga memiliki ukuran yang lebih besar agar stabil saat dikendalikan,” ungkap Naila Novaranti.
Wanita yang berasal dari Jakarta ini di penerjunan di Mount Everest adalah bagian dari karirnya sebagai penerjun wanita kelas dunia yang ingin menaklukan lokasi-lokasi di seluruh dunia. “Kalau ditanya sampai kapan saya akan terus menjalani karir penerjun, saya hanya bisa jawab sampai saya masih sehat terus saya akan tetap jalani,” tandas Naila yang juga tercatat sebagai pelatih terjun Kopassus.
Sebagai informasi, salah satu pendaki bernama Sir Edmund Hillary dan Tenzig Norgay adalah yang pertama kali menjadi manusia pertama yang mencapai puncak Gunung Everest tahun 1953. Setelah itu, pendaki-pendaki lain mulai berlomba-lomba untuk mencapai puncak Everest.
Tidak ketinggalan, para pendaki dari Indonesia pun melakukan hal yang sama. Clara Sumarwati adalah pendaki perempuan pertama Indonesia yang berhasil mendaki Everest tahun 1996. Kemudian disusul oleh tim Kopassus pada 1997. Alam yang keras dan cuaca yang mudah berubah membuat Everest tercatat sebagai lingkungan paling ekstrem di dunia. Tak sedikit pendaki yang tewas sebelum mencapai puncak. Meski begitu, semakin banyak orang merasa tertantang untuk memecahkan rekor baru dalam pendakian Everest.
Reinhold Messner, tercatat sebagai manusia pertama yang berhasil mendaki Everest tanpa bantuan tabung oksigen. Kilian Jornet, pendaki asal Spanyol juga berhasil memecahkan rekor sebagai pendaki Everest tercepat di dunia. Ia berhasil mendaki Everest dalam waktu 26 jam.
Tidak hanya mendaki, terjun payung rupanya menjadi salah satu cara untuk memecahkan rekor dari Puncak Everest. Valery Rozov, penerjun asal Rusia menjadi orang pertama yang berhasil mendaki dan melakukan terjun payung dari sisi utara Everest. Keberhasilan Valery itu, kemudian menginspirasi Naila Novaranti perempuan penerjun asal Indonesia untuk melakukan hal yang sama. Naila pun tercatat sebagai penerjun Indonesia pertama yang terjun dari atas Mount Everest.
Dan Penerjunan dari atas Gunung Everest sangatlah berbahaya seperti angin yang kencang dan cuaca yang sangat mudah berubah menjadi tantangan Naila selama penerjunan. Selain itu, dibutuhkan pelatihan khusus sebelum melaksanakan terjun dari Everest, termsuk teknik pengendalian parasut yang baik mengingat wilayah pendaratan di sekitar Gunung Everst sangat sempit.
Setelah sukses melakukan penerjunan dari atas Mount Everest, Naila pun mengaku lagi mempersiapkan diri untuk pemecahan rekor baru sebagai penerjun pertama di Kutub Utara. Kita tunggu saja!