Zhang Beiwen Mulai Mengenal Bulutangkis Ketika Belum Genap Berusia Tujuh Tahun
Klub Berkat Abadi mendatangkan Zhang Beiwen untuk memperkuat barisan tim putri pada Djarum Superliga Badminton 2019 di Gedung Sabuga ITB, Bandung, 18
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Klub Berkat Abadi mendatangkan Zhang Beiwen untuk memperkuat barisan tim putri pada Djarum Superliga Badminton 2019 di Gedung Sabuga ITB, Bandung, 18-24 Februari.
Pemain yang kini menetap di Las Vegas, Amerika Serikat tersebut, sudah menyumbangkan dua poin dari tiga kali diturunkan pada babak penyisihan Grup X.
Zhang Beiwen mulai mengenal bulu tangkis ketika belum genap berusia tujuh tahun. Ketika kecil, Zhang yang lahir di kota Liaoning, China, menderita trakeitis atau infeksi di saluran trakea. Dia banyak menghabiskan masa kecilnya dengan berada di rumah sakit. Bahkan, pernah satu kali dia harus tinggal di rumah sakit selama tiga bulan penuh.
“Selama di rumah sakit saya diinfus. Saking seringnya diinfus, tidak ada lagi tempat untuk memasukkan jarum di tangan dan kaki saya. Akhirnya jarum infus dipasang di kepala saya. Ayah saya setiap hari menangis karena sedih melihat kondisi saya,” ungkap pemain kelahiran 12 Juli 1990 tersebut.
Zhang Beiwen mengaku harus mengonsumsi obat setiap hari. Semua obat yang ia minum ditumbuk menjadi serbuk.
"Seingat saya, selama tiga tahun saya harus mengonsumsi obat secara rutin. Tetapi, ibu saya bilang lebih lama dari itu. Intinya, lama sekali,” tutur Zhang.
Dengan maksud membuat tubuh anaknya lebih kuat, sang ibu akhirnya menyarankan Zhang untuk berolahraga. Pilihan pertama adalah berenang.
Namun, Zhang kecil hanya bertahan selama satu bulan. Dia mengaku tidak suka dengan air dan merasa tertekan setiap kali sang pelatih menyuruhnya masuk ke kolam.
Zhang lalu diajak berkunjung ke sekolah olahraga dan diberi kesempatan untuk memilih. Zhang sempat melihat bola basket dan bola voli. Tetapi, pelatih yang ada di sana menyarankan agar dia tidak memilih kedua cabang tersebut karena ukuran badan Zhang yang tidak tinggi.
“Saya juga melihat tenis meja dan olahraga lain, tetapi tetap tidak tertarik. Lalu saya melihat kok bulu tangkis. Sebelumnya saya tidak pernah tahu atau mendengar tentang bulu tangkis. Tetapi, ketika melihat kok bulu tangkis saya langsung jatuh cinta, karena bentuknya yang aneh dan cantik,” jelas Zhang.
Ketika itu ia bermain untuk bersenang-senang dan terutama supaya ia tidak sakit lagi. Ternyata benar, setelah rutin berolahraga ia mulai tidak marasakan sakit lagi.
"Badan saya semakin kuat. Dan setelah dua tahun berlatih, saya ikut turnamen di China. Itu merupakan satu-satunya turnamen di China yang saya ikuti,” aku Zhang lagi.
Pada 2004, ketika berusia 14 tahun, Zhang akhirnya memutuskan pindah ke Singapura. Zhang menyebut bahwa itu merupakan satu-satunya pilihan yang dia punya jika ingin meneruskan karier sebagai pemain bulu tangkis. Tiga tahun kemudian, dia pindah warga negara dan mulai membela tim nasional Singapura.
Pada 2012, dia pergi ke Amerika Serikat. Awalnya, dia pergi ke San Francisco karena memiliki teman di sana. Dia lalu hijrah ke Las Vegas karena di sana ada klub bulu tangkis yang membuka peluang untuk Zhang bergabung.
“Sebelum ke Amerika, saya sudah tidak bermain bulu tangkis selama hampir dua tahun. Saya tetap berhubungan dengan bulu tangkis, tetapi sebagai pelatih. Waktu pertama datang ke Las Vegas, saya dites. Saya kaget karena saya bisa mengalahkan semua pemain yang ada di klub itu. Di Amerika memang tidak banyak pemain bagus,” kata Zhang.
“Saya senang tinggal di Las Vegas karena di sana biaya hidup murah. Awalnya, bahasa memang menjadi kendala utama. Ketika di Singapura, saya tidak banyak memakai bahasa Inggris untuk berkomunikasi. Saya mengerti apa yang dikatakan orang, tetapi sulit untuk berkata-kata,” kata Zhang menambahkan.
Dari sekian banyak tempat atau negara yang pernah dikunjungi, Zhang menyebut Jepang sebagai favoritnya. Singapura jadi pilihan berikutnya. Yang pasti, dia mengaku tidak ada keinginan untuk tinggal menetap di negara kelahirannya, China.
Lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 merupakan target besar Zhang. Untuk mewujudkan target tersebut, dia sudah menyusun beberapa strategi tahun ini.
Dia menargetkan satu gelar di turnamen World Tour Super 300, lalu minimal menembus semifnal turnamen World Tour Super 750 dan 1000.