Ada Pemain Suka Keluar Malam, PBSI Bakal Pasang CCTV di Pelatnas Cipayung
Susy menilai, hal yang dilakukan para pemain yang enggan ia sebut namanya itu telah melanggar komitmen. Siapa atlet itu?
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PBSI, Susy Susanti membeberkan bahwa ada beberapa atlet yang melakukan indispliner dengan keluar malam dari Pelatnas PBSI Cipayung.
Susy menilai, hal yang dilakukan para pemain yang enggan ia sebut namanya itu telah melanggar komitmen dirinya sebagai atlet nasional yang siap mematuhi seluruh program dari PBSI.
Apalagi, atlet nasional disiapkan untuk berlaga di ajang internasional dengan membawa nama Indonesia.
Baca: Jadwal Timnas U-19 Indonesia vs China Ujicoba Jelang Kualifikasi Piala AFC U-19 2020: LIVE Mola TV
Baca: Timnas Indonesia Jadi Juru Kunci dan Lumbung Gol, #SimonOut Menggema di Media Sosial
Baca: Persib Bandung Bakal Hadapi Pemegang Enam Kali Juara Bundesliga
Baca: Wasit Bergaji Selangit Bakal Pimpin Laga Big Match Man United Vs Liverpool
“Kalau dibilang sering tidak, tapi ada beberapa yang memang kurang disiplin. Kami sudah tahu sih orangnya, itu lagi itu lagi. sudah kami kasih peringatan, ke pemain-pemain seperti itu. Pertama, kami kasih SP (Surat Peringatan), lalu kami tak kirim dia ke pertandingan, dan tak ikut masuk tim. ada beberapa kali seperti itu,” kata Susy saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (15/10/2019).
“Saya juga dulu pernah jadi atlet, jadi tahu caranya mereka bisa curi-curi pergi jalan. Tapi kan ada kesadaran, bahwa bulutangkis sekarang pekerjaan kita. Harusnya dia sadar, istilahnya ini berapa lama sih satu tahun, dua tahun, lima tahun lagi. Setelah itu dia mau jalan-jalan, tidak tidur juga tak masalah. Tapi kalau masih di Pelatnas ya harus ikuti aturan,” jelas Susy.
Bahkan, untuk mengawasi para pemainya yang masih bandel. Peraih medali emas Olimpiade 1992 tersebut mengatakan bakal memasang CCTV di area Pelatnas PBSI Cipayung.
Pasalnya, untuk mekanisme izin keluar yang dibuat serumit mungkin saja masih bisa diakali.
“Kalau keluar harus izin pelatih, kalau tidak ada minta tanda tangan ibu asrama. Kalau ada surat baru mereka bisa keluar. Sekarang saya tak tahu ini akal-akalan siapa. kalau mau memalsukan ya mungkin bisa. tapi balik lagi ini ke pribadinya, mereka bukan anak belasan tahun kok, yang junior saja sudah tahu aturan,”
“Nanti kita mau pasang CCTV, seperti di pintu masuk, di semua area, di sekitaran asrama juga, diperbanyak,” tegas Susy.
Agar Pebulutangkis Junior Tetap Jago saat Naik ke Senior
Para pebulutangkis junior badminton Indonesia baru saja mengharumkan nama Indonesia pada kejuaraan dunia badminton junior yang dihelat di Kazan, Rusia.
Beberapa pemain junior yang matang di ajang junior seperti Leo Rolly Carnando dan Daniel Marthin pun mulai disipakan PBSI untuk naik ke level senior.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres PBSI), Susy Susanti mengatakan peralihan dari junior ke senior tidak lah mudah, selain membutuhkan perhatian khusus, para pemain juga dikatakannya harus mempunyai motivasi yang berlebih lantaran bakal bersaing dengan senior-seniornya.
Baca: Timnas Indonesia Jadi Juru Kunci dan Lumbung Gol, #SimonOut Menggema di Media Sosial
Baca: Persib Bandung Bakal Hadapi Pemegang Enam Kali Juara Bundesliga
Baca: Wasit Bergaji Selangit Bakal Pimpin Laga Big Match Man United Vs Liverpool
“Antara junior dan senior itu ada jembatan. Sebetulnya perahilan ini riskan sekali. Apakah dia akan naik atau mandek. Peralihan dari junior ke senior itulah yang harus kita jaga. Tak hanya di negara kita, ini juga terjadi di negara lain,” kata Susy saat ditemui di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Selasa (15/10/2019).
“Kita ingatkan juga kepada adik-adik bahwa ini baru junior, jangan puas. Porsi latihan di senior pasti bertambah, lawan juga berkembang, itu yang harus diperhatikan pelatih dan atlet,” tambah dia.
Regenerasi yang berjalan berkesinambungan ini bakal terus difokuskan PBSI.
Mereka tak ingin ke depan Indonesia hanya tergantung dari satu nomor saja seperti sebelumnya yang ditorehkan oleh Owi/Butet.
Salah satu adaptasi yang bakal diterapkan oleh PBSI yakni menurunkan para pemain junior pada kejuaraan-kejuaraan di level 100 dan 300.
“Pemain harus punya target masing-masing. Selain itu, level turnamen kan beda-beda, nah untuk atlet yang baru dari junior ini mungkin kita masukan ke level super 100 dulu. Selain untuk cari rangking di senior, tapi juga memantapkan diri dia step by step,” katanya.
Baca: Timnas Indonesia Jadi Juru Kunci dan Lumbung Gol, #SimonOut Menggema di Media Sosial
Baca: Persib Bandung Bakal Hadapi Pemegang Enam Kali Juara Bundesliga
Baca: Wasit Bergaji Selangit Bakal Pimpin Laga Big Match Man United Vs Liverpool
Pelatih Indonesia Jadi Rebutan
Indonesia berhasil meraih Piala Suhandinata untuk yang pertama kalinya sepanjang sejarah usai di laga final mengalahkan China dengan skor 3-1.
Tak hanya itu, di nomor perorangan Garuda Muda juga meraih prestasi gemilang; satu medali emas di nomor ganda putra Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dan dua medali perak ditorehkan oleh Febriana/Amalia (ganda putri), Leo/Indah (ganda campuran).
Baca: Timnas Indonesia Jadi Juru Kunci dan Lumbung Gol, #SimonOut Menggema di Media Sosial
Baca: Persib Bandung Bakal Hadapi Pemegang Enam Kali Juara Bundesliga
Baca: Wasit Bergaji Selangit Bakal Pimpin Laga Big Match Man United Vs Liverpool
Pencapaian tim badminton junior Indonesia tampaknya membuat negar-negara lain terpincut dengan pembinaan pebulutangkis di Indonesia.
Susy Susanti manajer tim badminton junior yang juga menjabat sebagai Kabid Binpres PBSI, membeberkan hal tersebut setibanya di Bandara Soekarno Hatta, Selasa (15/10/2019) malam.
“Ini saya lihat sangat berarti sekali. Satu, kita ciptakan sejarah lagi. Image negara bulutangkis itu selalu ke indonesia. Saat di Kazan banyak negara yang minta latihan di Indonesia, minta pelatih dari Indonesia. Mereka percaya sekali bahwa bulutangkis memang harusnya dari Indonesia,” kata Susy Susanti.
“Nah, piala ini memberikan satu pengakuan, kebanggaan sebagai orang Indonesia, kalau kita tak dapat piala ini sepertinya kurang. Ini pembuktian kita sebagai negara bulutangkis,” sambungnya.
Lebih lanjut, Susy berharap pencapaian ini bisa memotivasi pemain-pemain senior untuk bisa membawa pulang Piala Thomas dan Uber Cup yang terakhir diraih pada 2002 dan 1996.
“Kedua, di kejuaraan tim event ini kita sudah lama sekali kan tidak pernah juara. Mungkin ini membuka semangat baru tak hanya untuk adik-adik junior, tapi ke depan kita ada Thomas Cup dan Uber Cup, semoga bisa memberi motivasi para senior untuk belajar semangat pantang menyerah dari adik-adiknya, supaya mereka semangat dan mau mengembalikan piala-piala itu ke indonesia,” harap Susy Susanti.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.