Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Muhammad Taufik, Atlek Modern Pentathlon Indonesia, Sempat Idap Paru-Paru Basah hingga Ikuti Lomba

Muhammad Taufik mengaku dirinya menjadi atlet Pentathlon berawal saat mengikuti ajang perlombaan lari yang ada di kota kelahirannya, Tasikmalaya.

Penulis: Arif Tio Buqi Abdulah
zoom-in Muhammad Taufik, Atlek Modern Pentathlon Indonesia, Sempat Idap Paru-Paru Basah hingga Ikuti Lomba
Instagram/kemenpora
Muhammad Taufik, Atlek Modern Pentathlon Indonesia, Sempat Idap Paru-Paru Basah hingga Ikuti Lomba 

TRIBUNNEWS.COM - Atlet Modern Pentathlon peraih medadil emas di SEA Games 2019, Muhammad Taufik menceritakan kisah awal dirinya menjadi atlet Pentathlon.

Muhammad Taufik mengaku dirinya menjadi atlet Pentathlon berawal dari mengikuti ajang perlombaan lari yang ada di kota kelahirannya, Tasikmalaya.

Dilansir laman resmi Kemenpora, Taufik mengaku tak mengikuti binaan dari sekolah olahraga khusus, melainkan hanya secara mandiri.

"Dasar saya bukan seperti atlet lain yang dibina di olahraga pelajar, sekolah pelajar" tutur Taufik di Hotel Sahid Jaya Jakarta, Kamis (12/12/2019).

Ia menceritakan, awalnya pada waktu SMA dirinya terkena paru-paru basah dan disarankan oleh dokter untuk lari dan renang.

"Saya tidak ada secara khusus menekuni bidang olahraga tertentu karena saya sempat kena paru-paru basah dan dokter menyarankan untuk lari dan renang selama satu tahun waktu masih sekolah SMA kelas XII," kata pemuda 32 tahun itu.

Dari saran dokter tersebut, ia menjadi sering mengikuti lomba-lomba lari hingga akhirnya turun ke triathlon dan sampai ke modern pentathlon.

Berita Rekomendasi

"Saya mencoba untuk mandiri untuk mengikuti lomba-lomba lari akhirnya turun ke triathlon hingga akhirnya sampai ke modern pentathlon," ujar Taufik.

Pernah pada saat ia masih menjalani masa perawatan, ia mengikuti perlombaan lari hingga berhasil finish di nomor 3.

Meski sempat terkena paru-paru basah, namun hal itu tetap membuatnya terus berlatih.

Sang pelatih mengatakan bahwa dirinya memiliki kemampuan, hingga akhirnya setelah lulus SMA ia menekuni olahraga dan renang.

Tak hanya mengikuti even di Tasikmalaya saja, Taufik juga mengikuti even olahraga hingga di dearah lainnya di Jawa Barat.

Ia berhasil menjuarai even olahraga di Jawa Barat tersebut hingga akhirnya terpanggil pelatnas SEA Games Malaysia.

Namun pada waktu itu ia belum berhasil untuk berangkat ke SEA Games Malaysia 2015 dikarenakan suatua hal.

Meski gagal berangkat, namun Taufik masih tetap terus berlatih hingga kembali masuk pelatnas untuk Asian Games 2018, namun pada waktu itu ia hanya menjadi cadangan.

Akhirnya penantiannya berbuah hasil dengan meraih medali Emas di SEA Games 2019 Filipina.

Tak hanya medali emas saja yang Taufik peroleh, ia juga menyabet medali perunggu di ajang SEA Games yang pertama kali ia ikuti.

"Ini SEA Games pertama saya, saya merasa senang, bahagia, terharu sekaligus bangga impian saya selama 15 tahun akhirnya terwujud," tutur Taufik.

Motivasi Bertemu Ibu

Masih bersumber situs Kemenpora, Taufik pernah punya keinginan untuk bertemu dengan sang ibu yang bekerja sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.

Hal itu karena memang sedari kecil Taufik mengaku belum pernah berteyu dengan ibunya.

Hadiah dari keberhasilannya memperoleh nomor 3 di kejuaraan lari saat masih SMA, membuat ia termotivasi untuk bertemu dengan orang tuanya.

"Waktu itu saya ada kejuaraan lari dan masih masa perawatan dan berhasil menjadi nomor 3 dari hadiah itu saya merasa termotivasi untuk bertemu dengan orang tua saya setelah 15 tahun tidak berjumpa karena bekerja di Arab Saudi," ungkap Taufiq.

Mimpinya tersebut tercapai pada 2017, ia berangkat ke Arab Saudi dengan maksud untuk bertemu dengan ibunya.

Namun sesampainya disana ia mendapat kenyataan bahwa ibunya sudah meninggal disana.

"Alhamulillah 2017 saya berangkat ke Arab Saudi tapi ibu saya sudah meninggal disana," kisahnya.

Ia pun mempersembahkan medali emas SEA Games yang ia peroleh dari nomor Men's Beach Lases Individual itu kepada ibunya.

Ia menyadari, doa dari orang tua menjadi kekuatandirinya untuk dapat menjuarai perlombaan tersebut.

"Medali ini untuk almarhum ibu saya, terima kasih kepada Bapak Menpora, Bapak Presiden, Bapak Gubernur Jabar, Bupati stakeholder kecamatan/desa."

"Dan orang tua saya karena dari doa orang
tua menjadi kekuatan saya untuk mengibarkan Merah-Putih di negara lain sudah saya rasakan," tandasnya.

Pulang Naik Angkot

Seusai meraih Medali Emas, atlet asal Cimanggu, Kecamatan Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya ini pulang ke kampungnya menggunakan angkutan umum atau angkot.

Dia pulang dari Bandung ke Tasikmalaya pada Senin (9/12/2019) malam.

Dikutip dari Kompas.com, Muhammad Taufik mengaku terpaksa naik angkot karena ingin segera pulang.

Sehabis bersama rombongan Kemenpora di Bandung, kata Taufik, ia merasa tak enak badan.

Maka dari itu dia memaksakan diri untuk pulang ke kampung halamannya di Cimanggu, Puspahiang, Kabupaten Tasikmalaya.

"Saya tak terlantar dan ditelantarkan, saya pulang duluan karena sedang sakit dan naik elf ke Tasik.”

“Seharusnya kepulangan saya jadwalnya tanggal 11 besok.”

“Saya sengaja berinisiatif pulang duluan dan sengaja tak mau dijemput," kata Taufik saat diwawancara bersama ketua KONI Kabupaten Tasikmalaya, Selasa (10/12/2019).

(Tribunnews.com/Tio)

Sumber: TribunSolo.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas