Wufest Taolu Championship 2019: Christina Maria Gweneth S tak Suka Fighting Makanya Tekuni Taolu
Christina Maria Gweneth Samudi sangat cinta pada olahraga wushu. Saking cintanya, dia rajin berlatih setiap hari di perguruan Laba Laba Sakti Jakarta
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Christina Maria Gweneth Samudi sangat cinta pada olahraga wushu. Saking cintanya, dia rajin berlatih setiap hari di perguruan Laba Laba Sakti Jakarta Utara.
Namun, ia hanya menekuni kategori taolu atau beladiri seni di wushu.
"Saya tidak suka fighting. Jadi yang saya tekuni hanya taolu," tutur Christina usai pengalungan medali ajang Wufest Taolu Championship 2019 hari kedua di Wisma Serba Guna Senayan, Jakarta, Sabtu (21/12/2019).
Ketika Siwo PWI Pusat dan PB WI menggelar Festival Wushu, dia buru-buru mendaftarkan diri. Tujuannya adalah bersaing dengan atlet lain demi medali emas yang diidam-idamkan.
Harapan itu akhirnya terwujud ketika Christina berlaga di nomor Dao Shu C kategori wanita. Ia berjaya dengan menyabet medali emas, mengalahkan 11 atlet lain.
Berdasarkan penilaian Dewan Juri, ia diberi skor 8,37. Sedangkan medali perak dan perunggu, masing-masing diperoleh Shakila Malika Jusuf (Wushu Rajawali Sakti Jakarta) dengan nilai 8,34 dan Fairie Nameera Hendriadi (Harmony Wushu Indonesia, Bogor) dengan skor 8,21.
Medali emas ini akan jadi pelecut untuk terus mengasah kemampuan, mengingat ia imgin sekali menjadi pewushu hebat seperti senior-seniornya yang berjaya di kejuaraan internasional.
"Saya mengidolakan Koh Edgar (Xavier Marvelo) dan Kak Juwita Niza. Saya ingin seperti mereka," tuturnya.
Edgar baru saja meraih medali emas di SEA Games 2019 Filipina, baik di nomor perorangan putra maupun betegu putra.
Oleh Menpora Zainudin Amali, Edgar dijadikan role model atau panutan bagi atlet, kaum muda dan kaum milenial Indonesia. Sementara Juwita Niza Wasni, sukses meraih medali emas pada SEA Games 2017 Malaysia di nomor gabungan nandao dan nangun.
Usia Christina saat ini masih cukup muda, baru 10 tahun. Putri dari pasangan Patricia Pratomo dan
Julianto Samudi itu lahir pada 26 Mei 2009. Ia masih duduk di kelas 5 SD. Cita-citanya akan terus diasah melalui berbagai kejuaraan, seperti Kejurnas di Bangka yang sukses meraih dua emas, Yogyakarta dan Semarang dengan medali perunggu.
"Saat ini saya terus berlatih, bahkan setiap hari yang selalu ditemani Mama. Saya ingin mewujudkan cita-cita menjadi atlet yang sukses," katanya.