Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Sony Dwi Kuncoro Soal Tontowi Ahmad: Sebaiknya PBSI Memberi Penghargaan Apa pun Bentuknya

Tontowi merasa keberatan sebagai status pemain magang karena dirinya merasa masih kompetitif.

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Sony Dwi Kuncoro Soal Tontowi Ahmad: Sebaiknya PBSI Memberi Penghargaan Apa pun Bentuknya
Tribunnews.com/Reynas Abdila
Sony Dwi Kuncoro 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pebulutangkis tunggal putra Indonesia, Sony Dwi Kuncoro, memberi respons menanggapi kabar pensiunnya Tontowi Ahmad.

Tontowi Ahmad sebelumnya memutuskan pensiun sebagai pebulu tangkis pada Senin (18/5/2020).

Pemain ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad, melakukan selebrasi usai laga babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
Pemain ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad, melakukan selebrasi usai laga babak pertama Indonesia Open 2019 di Istora Senayan, Jakarta, Rabu (17/7/2019). (KOMPAS.COM/GARRY LOTULUNG)

Status pemain magang sejak Desember 2019 menjadi salah satu alasan Tontowi Ahmad mempertimbangkan untuk pensiun.

Tontowi merasa keberatan sebagai status pemain magang karena dirinya merasa masih kompetitif.

"Saya masih kompetitif dan bisa mengalahkan pasangan 10 besar dunia. Saya tidak sejelek itu untuk dibuang," ujar Tontowi dalam konferensi pers virtual.

"Saya kaget karena PBSI sempat membahas rencana bermain dengan Apriyani (Rahayu). Saya sebenarnya tidak mau membahas ini lagi.

"Saya juga tidak dendam. Seharusnya, PBSI bisa lebih menghargai pemain," tutur pemain asal Banyumas itu.

Berita Rekomendasi

Masalah yang dialami Tontowi di PBSI itu mengundang perhatian Sony Dwi Kuncoro.

Sony Dwi Kuncoro juga memberi kritik kepada PBSI soal perlakuan yang dialaminya ketika keluar dari Pelatnas.

Sony menceritakan pengalamannya ketika didegradasi dari Pelatnas pada 2014. Menurut Sony, dia merasa tidak dihargai dengan sikap PBSI kepadanya saat itu.

"Hampir setiap atlet yang keluar dari PBSI akan merasakan kejanggalan dalam proses degradasi," tutur Sony melalui akun Instagram pribadinya.

"Tahun 2014 saya meninggalkan pelatnas PBSI dengan cara [mereka] yang menurut saya kurang menghargai saya yang sudah 13 tahun di Pelatnas. Pada waktu itu [saya masih] ranking 15 dunia"

"Bagaimana tidak? Pertama kali saya tahu berita tentang degradasi melalui koran. Beberapa hari saya tunggu tidak ada pembicaraan dari pengurus."

"Akhirnya saya menanyakan surat keluar agar saya mendapat kepastian. Surat keluar, saya dapat. Itupun surat diberikan oleh karyawan (bukan pengurus)," tulisnya.

Sony meminta PBSI untuk membenahi sistem degradasi. Selain itu, dia juga berharap agar mantan atlet pelatnas mendapat kenang-kenangan ketika keluar dari Cipayung.

"Apa pun prestasinya, selama dia membawa nama Indonesia di dadanya, sebaiknya PBSI memberi penghargaan apa pun bentuknya (piagam atau sertifikat) yang berguna dan menjadi kebanggaan untuk masa depan atlet," ujarnya meneruskan.

BACA:  https://www.bolasport.com/read/312160775/tanggapi-berita-tontowi-ahmad-pensiun-sony-dwi-kuncoro-beri-kritik-kepada-pbsi?page=all

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas