Penting Membangun Karakter Anak Sejak Sebelum Menjadi Atlet kata Yulia Sugandi
Saat ini, orang tua yang memimpikan anaknya dapat menjadi atlet. Begitu pula untuk anak-anak
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saat ini, orang tua yang memimpikan anaknya dapat menjadi atlet. Begitu pula untuk anak-anak. Baik menjadi atlet pesepakbola, Karate, Bulutangkis maupun yang lainnya.
Masa depan menjadi atlet yang semakin membaik membuat hidup sebagai atlet menjanjikan.
Namun ada bagian di luar teknis yang perlu dipahami sebelum memutuskan menjadi atlet. Sosiologi. Ya sosiologi menjadi kepingan puzzle yang mengisi pembentukan karakter seseorang nantinya.
Mendengar kata sosiologi maka akan terlintas proses belajar seumur hidup, pengambilan keputusan, faktor lingkungan, ekosistem dan banyak lainnya.
Ilmu sosial yang tak bisa dikesampingkan bila membicarakan tentang pembangunan atlet usia dini.
Yulia Sugandi, salah seorang pendidik dan peneliti indepen dengan latar belakang ilmu antropologi dan sosiologi mengatakan sejak kecil, anak wajib diberikan ruang oleh orang tua untuk berekspresi dan mengemukakan pendapatnya.
"Anak punya hak, dan orang tua wajib menyadari itu supaya lingkungan sehat sang anak di dalam keluarga terjaga, sebelum sang anak nanti ke luar dengan mempelajari kehidupan di lingkungan luar seperti pertemanan dan lainnya," kata lulusan S2 di negara Finlandia ini.
Baca: Gelandang serang Persikabo 1973 Mengaku Siap Jika Kompetisi Berlanjut
Komunikasi yang baik akan memberikan anak kepercayaan diri dalam memimpikan keinginannya ke depan apakah menjadi atlet atau hal lainnya.
Bukan diarahkan, melainkan niat murni dari sang anak. Sebuah poin yang begitu penting agar sang anak punya memiliki daya juang di dalam diri sendirinya.
Sebelum memikirkan mimpinya, seorang anak akan dipengaruhi faktor keluarga, dan lingkungan, dan pertemanan. Apakah itu faktor kesenjangan ekonomi atau asumsi bahkan bias. Semuanya akan mempengaruhi pertumbuhan sang anak.
Baca: Sandi Darman Sute Kurban Dua Ekor Sapi
"Saat anak berusia 12 tahun atau 13 tahun, faktor-faktor tersebut dapat menjadi sumber semangat sang anak. Seorang anak akan memikirkan kemampuan dia, alasan dia untuk memperjuangkan kemampuan itu dan peluangnya di masa depan. Anak sudah bisa mengambil keputusan sendiri. Tugas orang tua dapat mengarahkannya. Itu lah mengapa begitu penting proses demokrasi diajarkan sejak kecil guna pengambilan keputusan oleh sang anak untuk dirinya sendiri," jelas Yulia.
Jika karakter anak telah terbentuk maka suatu saat nanti, masalah teknis yang menyangkut kerja sama, pemahaman dan kompetisi akan mudah dilalui oleh sang anak
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.