Melisa Anggraeni: Apa Itu Hipospadia? Orang Tua Harus Tahu
Kelainan hipospadia baru-baru ini mencuat ke permukaan publik lantaran terkuaknya seorang atlet bernama Aprilia Manganang yang ternyata berjenis klami
Editor: Toni Bramantoro
"Jadi cara orang tua mendeteksi adalah dengan melihat apakah anak laki-lakinya itu kencingnya dapat mengalir atau mancur dari tengah-tengah ujung penisnya. Kalau arah aliran kencingnya tidak normal, seperti sprey menyebar kebeberapa arah atau kencing tidak keluar dari tengah lubang ujung penis. Itu bisa saja terjadi Hipospadia," bebernya.
Namun Melisa menganjurkan kepada orang tua agar segera membawa sang buah hatinya untuk diperiksa oleh dokter anak maupun spesialis anak terdekat.
"Jadi, apabila menemukan gejala seperti itu orang tua dapat segera mengkonsuktasikan anaknya ke dokter spesialis anak terdekat," paparnya.
Melisa pun membeberkan bahwa penyebab kelainan hipospadia ini mayoritas masuk ke dalam kategori ringan, hanya saja diperlukan pemeriksaan mendetail terkait hal tersebut.
"Hipospadia ini penyebabnya adalah kelainan kongenital. Jadi bawaan bayi itu sendiri. Kelainan hipospadia 90 persen adalah ringan sebenarnya. Jadi letak muara uretranya itu disekitar kepala penisnya. Jadi kelainan ini 90 persen sebenarnya isolated atau sendirian sehingga rata-rata kalau dilakukan satu dan dua kali operasi sudah tidak ada komplikasi. Tapi ada kurang dari 10 persen hipospadia ini disertai kelainan yang lain," tegasnya.
"Pertama bisa disebabkan kelainan testis turun atau buah zakar yang belum turun ke kantongnya. Kita sebut dengan undertaktustestis atau bisa ada kelainan hormonal sejak lahir atau kelainan kelenjar adrenalnya," tambahnya.
Selain itu, Melisa juga menganjurkan para orang tua untuk membawa anaknya untuk dilakukan pemeriksaan mendetail apabila hipospadia sudah mengarah ke kategori berat.
"Ketika memang dia kelainannya ini sudah kompleks atau genitalianya tidak jelas antara perempuan atau laki-laki kemudian disertai dengan pubertasnya dia yang tidak jelas mengarah ke laki-laki atau perempuan kita harus mengevaluasi lebih detail apakah ini kelainan hormon seksual? Jadi kita harus cek hormonnya juga kita harus mengecek genetiknya juga apakah laki-laki atau perempuan," jelasnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.