Jelang Olimpiade, NOC Beri Ultimatum: Yang Positif Covid-19 Tidak Akan Berangkat Ke Tokyo!
Jangan ada atlet atau siapa pun yang akan berangkat ke Tokyo justru malah terinfeksi Covid-19 dan justru batal mengikuti Olimpiade.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari memberikan peringatan keras kepada pengurus cabang olahraga baik PP/PB yang berpartisipasi di Olimpiade Tokyo 2020.
Okto sapaan akrabnya meminta kepada seluruh PB/PP agar memantau atlet, pelatih dan ofisial yang disiapkan berangkat ke Olimpiade.
Ia tak ingin ada atlet atau siapa pun yang akan berangkat ke Tokyo justru malah terinfeksi Covid-19 dan justru batal mengikuti Olimpiade.
Baca juga: Menpora Gerah PSSI Buka Lagi Peluang Naturalisasi Pemain: Tak Boleh Lagi Ada Prestasi Secara Instan
“Ancaman Covid-19 nyata. Lihat sekitar kita, saudara dan kerabat banyak yang terinfeksi dan meninggal. Olimpiade tinggal tiga pekan lagi dan NOC Indonesia memberi ultimatum keras bahwa semua yang terlibat di Olimpiade harus dipantau intensif. Jangan sampai ada yang terpapar Covid-19 dan batal berangkat,” kata Okto dalam keterangan resminya, Jumat (2/7/2021).
Seperti diketahui, Panitia Penyelenggara Olimpiade (TOCOG) memberi aturan ketat untuk seluruh kontingen yang datang ke Tokyo, termasuk atlet yang mengikuti training camp.
Regulasi karantina yang diterapkan dibagi berdasarkan tingkat kasus Covid-19 di negara peserta. Mulai awal Juli, Indonesia masuk Grup II Bersama Bangladesh, Mesir, Malaysia, Uganda, dan Inggris.
Baca juga: Daftar Tujuh Pebulutangkis Indonesia yang Lakoni Debut di Olimpiade Tokyo 2020
“Itu info non-official karena kami belum menerima surat resmi TOCOG. Tapi yang perlu menjadi catatan adalah klasifikasi regulasi karantina ini fluktuatif, sehingga kami berharap PPKM Darurat Jakarta-Bali yang diterapkan pemerintah bisa membuat kasus turun dan Indonesia tak lagi berada di Grup II seperti Vietnam,” jelas Sekjen Ferry J Kono.
Sementara itu, aturan karantina yang berlaku di Grup II adalah atlet dan official wajib tes selama tiga hari beruntun sebelum berangkat ke Jepang.
Saat tiba, kontingen diwajibkan membatasi kontak fisik dengan delegasi dari negara lain. Ini juga berlaku untuk tim yang datang lebih dulu untuk aklimatisasi.
Sementara saat penyelenggaraan, semua yang terlibat akan dilakukan tes saliva selama tiga hari pertama sejak kedatangan di Jepang. Setelahnya TOCOG juga memberlakukan tes rutin dengan durasi ditentukan sesuai dengan perannya masing-masing.
Ferry menjelaskan, saat ini belum ada perubahan terkait jadwal keberangkatan Kontingen Indonesia ke Tokyo. Keberangkatan terbagi menjadi 5 kloter. Pertama, tim bulu tangkis yang menjalani training camp di Kumamoto pada 8 Juli, dilanjutkan advance team (15 Juli).
Ketiga adalah panahan, menembak, rowing, surfing, angkat besi, serta renang pada 17 Juli. Keempat adalah Presiden NOC Indonesia, CdM bersama tim pada 20 Juli, dan terakhir adalah atletik pada 24 Juli.
“Berdasarkan jadwal itu kami sebenarnya sudah memberikan spare 5 hari sehingga tetap memiliki waktu karena rata-rata atlet Indonesia bertanding 24 Juli. Jika pun ada perubahan, mungkin yang harus dipikirkan adalah kloter terakhir,” kata Ferry.
“Terpenting, kami ingin membuat Kontingen Indonesia safe saat masuk Tokyo dan berada di sana sehingga kita bisa memberikan kenyamanan bagi semuanya, baik masyarakat lokal dan seluruh pihak yang berpartisipasi di Olimpiade Tokyo,” sambungnya.
Kontingen Indonesia yang dipimpin Chef de Mission (CdM) Rosan P Roeslani berjumlah 84 orang, yakni 54 orang merupakan atlet dan official dan 30 lain di antaranya adalah tim dokter, masseur, dan atase.
Khusus atlet, Indonesia memberangkatkan 28+1 atlet yang akan tampil pada delapan cabang olahraga (cabor), yakni bulu tangkis (11), panahan (4), menembak (1), rowing (2), angkat besi (5), renang (2), atletik (2), dan surfing (1+1 alternated athlete).