Kisah Perjuangan Greysia Polii di Bulutangkis, Tubuh Paling Kecil Tapi Paling Rajin Latihan Sendiri
Greysia yang saat itu tubuhnya paling kecil dibanding teman sebayanya tidak terlihat minder justru mempunyai tekad yang kuat dalam berlatih.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ganda putri Indonesia, Greysia Polii/Apriyani Rahayu mampu mengharumkan Indonesia dengan perolehan medali emas Olimpiade 2020 Tokyo.
Untuk mendapatkan prestasi tertinggi itu, Greysia/Apriyani telah melaluinya dengan banyak kesabaran dan kerja keras.
Terlebih bagi Greysia Polii, dia baru mendapatkan impiannya itu pada usia yang sudah menginjak 33 tahun.
Pelatih PB Jaya Raya, Lanny Tedjo menceritakan perjuangan Greysia Polii yang waktu itu jadi anak didiknya.
Baca juga: Deretan Hadiah dan Bonus yang Dijanjikan ke Greysia/Apriyani, Dari Duit Miliaran Sampai Rumah di PIK
Menurut Lanny, Greysia yang saat itu tubuhnya paling kecil dibanding teman sebayanya tidak terlihat minder justru mempunyai tekad yang kuat dalam berlatih.
“Untuk Greys kan dari kecil sudah kelihatan (bakatnya), waktu kecil itu dia paling kecil di tempat kita, dia masuk tahun 96, masih SD paling kecil lah,” cerita Lanny dalam zoom yang diadakan PB Jaya Raya, Selasa (3/8/2021).
Lanny menuturkan, Greysia Polii kecil menjadi satu di antara pemain binaan yang paling ulet berlatih.
Baca juga: Medali Emas Greysia/Apriyani Bawa Indonesia Samai Rekor Prestisius China di Ajang Olimpiade
“Greys satu tahun di kelas Henry satu tahun kemudian dia naik kelas. Setelah itu sempat pindah ke tangkas tapi tidak lama balik lagi ke Jaya Raya. Waktu mulai masuk asrama dari situ latihannya terlihat paling rajin, sering tambahan. Sering tanya sama yang lebih senior, dan anaknya kan pede banget dari kecil sampai sekarang kan terlihat juga,” sambungnya.
Kerja keras semasa kecil dan kesabarannya terus berlatih untuk mendapatkan prestasi tinggi akhirnya terbayar sudah.
Lanny pun menilai, pengalaman Greysia Polii sangat berbicara banyak di Olimpiade ini.
Baca juga: Hendra Setiawan Pamit dari Olimpiade, Pebulutangkis Singapura: Jangan Tipu Lo
Salah satunya saat Greysia terus menenangkan Apriyani – yang masih muda untuk tak terbawa atau terpancing lawan.
“Saya lihat Greysia bisa bawa juniornya, kalau kemarin saya lihat di bisa bawa Apri main lebih tenang. Dia coba terus menenangkan Apri supaya tidak terpancing dengan teriakan lawannya yang memancing emosi,” nilai Lanny.
“Greys bisa menenangkan Apri sehingga tak terbawa strategi lawan, di situ lah peran seorang Greysia yang bisa mendewasakan Apri di dalam lapangan. Kalau dulu mainnya kalau orang jawa bilang grasa-grusu tapi kemarin lebih tenang, bersih, jadi bisa mengontrol bola untuk bisa menyulitkan lawannya,” katanya.
Baca juga: Kilas Final Bulutangkis Olimpiade, Raket Penyok Hingga Aksi Greysia Polii Remas Shuttlecock
Perubahan Besar Apriyani
Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wigoeno juga menyoroti adanya perbedaan yang signifikan dalam permainan Greysia/Apriyani di turnamen Olimpiade 2020 Tokyo ini.
Lebih khusus penampilan Apriyani yang kerap membuatkan kesalahan sendiri tapi kali ini dia tampil sangat bagus.
Bahkan ia menilai di laga final ini, Apriyani bermain tanpa kenal lelah sehingga bisa menutupi kekurangan Greysia dan Greysia pun bisa fokus dengan permainannya.
Baca juga: Tak Sangka Greysia/Apriyani Bisa Raih Emas, Ketua PB Jaya Raya Soroti Perbedaan Mencolok Apriyani
“Jadi perbedaan yang saya lihat itu memang benar ada di komunikasi, dan yang paling mencolok itu menurut penilaian saya itu ada di Apriyani. Dia maju pesat. Dalam arti tidak mati-mati sendiri, biasanya kan suka mati sendiri, mimik wajahnya tadi juga terlihat bersemangat,” kata Imelda.
“Kemudian daya tahan tubuhnya itu kuat banget, lompat-lompat terus, itu dia kuat banget. Kalau sudah gitu kan Greysia tidak lagi mikirin Apri, dia jadi bisa fokus untuk permainan sendiri. Imbasnya rotasinya jadi bagus,” katanya.