Ibunda, Sosok di Balik Keberhasilan Lifter Windy Cantika Aisah Raih Medali Perunggu Olimpiade
Cantika mulai dilatih oleh Siti Aisah, ibunya sendiri tentang teknik-teknik dasar angkat besi dari kelas 2 SD.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Lusius Genik
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pepatah "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya" barangkali sangat tepat untuk menceritakan perjalanan karier seorang Windy Cantika Aisah, atlet angkat besi Indonesia.
Cantika, panggilan akrabnya, mempersembahkan medali perdana untuk kontingen Indonesia di Olimpiade Tokyo 2020.
Lifter berusia 19 tahun itu tampil di nomor 49kg putri.
Dengan total angkatan 84kg di snatch dan 110kg di clean and jerk, Cantika berhasil finis di urutan ketiga dan mempersembahkan sebuah medali perunggu untuk Indonesia.
Baca juga: Perjuangan Windy Cantika Harumkan Nama Indonesia, Sempat Positif Covid, Dulu Latihan Barbel Semen
Baca juga: Digebuk Greysia/Apriyani di Final, Ganda China Dilaporkan ke BWF Karena Ucapkan Kata-kata Kotor
Ibunda Cantika, Siti Aisah ternyata adalah mantan atlet angkat besi yang pernah mengikuti berbagai kejuaraan tingkat dunia pada tahun 1980-an.
"Saya dulu juga atlet angkat besi. Ibarat pepatah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya," tutur Siti Aisah saat berbincang dengan Direktur Pemberitaan Tribun Network Febby Mahendra Putra, Sabtu (7/8/2021).
Baca juga: Cerita di Balik Kiprah Atlet di Olimpiade, Istri Hendra Setiawan Menangis Saat Lalui Ini Sendirian
Beberapa kali Siti Aisah sukses mempersembahkan medali perak di kejuaraan tingkat dunia.
"Saya pernah ikut kejuaraan dunia di Amerika Serikat. Terakhir kejuaraan dunia kedua di Indonesia, tahun 1986 atau 1987 kalau tidak salah."
"Saya dapat juara kedua dunia. Kalau kejurnas saya dapat medali emas. Kalau kejuaraan dunia saya dapat perak terus," tutur Siti Aisah.
Baca juga: Sempat Geluti Sepakbola dan Sepak Takraw, Apriyani Rahayu Dibimbing Almarhumah Ibu ke Bulutangkis
Cantika Latihan Jadi Lifter Sejak Duduk di Bangku SD
Siti Aisah menceritakan, dirinya mulai melatih sang putri tercinta menjadi seorang atlet angkat besi sejak masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).
Cantika mulai dilatih oleh Siti Aisah tentang teknik-teknik dasar angkat besi dari kelas 2 SD.
"Saya latih dari kelas 2 SD di depan rumah. Awalnya pakai paralon, pipa, barbel pakai semen. Di rumah latihan teknik-teknik dulu," kenang Siti Aisah.
Saat kelas 5 SD, kata Siti Aisah, sang putri sudah bisa angkat beban seberat 20 kg - 30 kg.
"Kemudian saya daftarkan di pengcab. Cantika saya antar jemput juga setiap latihan. Di pengcab sudah dia bagus kita latihan di porda. Alhamdulillah di kelas 6 SD ikut Porda sudah dapat medali emas juga," tutur Siti Aisah.
Baca juga: Digebuk Greysia/Apriyani di Final, Ganda China Dilaporkan ke BWF Karena Ucapkan Kata-kata Kotor
Alami Banyak Cidera Jelang Olimpiade Tokyo
Selain itu, Siti Aisah juga mengungkapkan berbagai kendala yang dialami Cantika jelang Olimpiade Tokyo 2020.
"Kendalanya banyak. Panjang perjalanannya, pernah dia cedera urat kejepit di bagian pantat, sama dokter tidak boleh latihan," ujar Siti Aisah.
"Pernah cidera pinggang dan bahu. Kemarin mau berangkat ke Tokyo juga dia sempat ketimpa (beban) kakinya, sampai bengkak," sambung dia.
Baca juga: Perjuangan Windy Cantika Harumkan Nama Indonesia, Sempat Positif Covid, Dulu Latihan Barbel Semen
Kendati demikian, berbagai cidera yang dialami Cantika tidak menghalanginya untuk tampil maksimal saat Olimpiade Tokyo berlangsung.
Berkat usaha dan kerja kerasnya, cabang olahraga atlet angkat besi berhasil mempersembahkan medali perunggu untuk Indonesia.
Saat ini Siti Aisah telah dikaruniai tiga orang anak, di mana ketiganya mengikuti jejak sang ibu menjadi atlet angkat besi.
"Anak saya tiga, laki-laki dua, Windy itu satu-satunya putri kami, anak bungsu. Kakak-kakaknya juga atlet angkat besi, hanya mereka berkiprah di porda, kejurnas. Seluruh putra putri saya dilatih angkat besi sejak kecil," ucap Siti Aisah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.