Perjalanan Karier Jonatan Christie, Berawal Keinginan Sang Ayah hingga Mulai Cinta Bulutangkis
Jonatan Christie ceritakan perjuangannya menjadi atlet nasional, dari keluarga kurang mampu, hingga jadi atlet muda yang lolos Pelatnas PBSI.
Penulis: Niken Thalia
Editor: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia, Jonatan Christie berbagi perjalan kariernya selama masuk pelatnas.
Jonatan Christie menceritakan kisahnya itu dalam tayangan YouTube yang dipandu oleh Daniel Mananta.
Mengutip dari youtube Daniel Mananta Network, Rabu (26/1/2022), Jonatan Christie mulai dari awal hingga masuk Pelatnas sebagai atlet termuda.
Baca juga: Shania Eks JKT48 Jalani Lamaran dengan Pebulutangkis Jonatan Christie
Baca juga: Daftar Tunggal Putra Unggulan di Kejuaraan Dunia BWF 2021: Ada Anthony Ginting & Jonatan Christie
Ia mengaku bahwa sejak kecil tidak ada cita-cita untuk jadi atlet.
Namun karena latar belakang sang Ayah adalah seorang atlet, ia pun lantas mengikuti jejaknya.
Pemenang medali emas Asian Games itu menceritakan bahwa dari kecil tidak tahu banyak mengenai bulutangkis.
Bahkan, sekelas legenda Susi Susanti pun sejak dulu ia kurang mengetahui.
Bahkan, ia masuk pelatihan bulutangkis semata-mata karena keinginan sang Ayah yang ingin anaknya jadi atlet.
Adapun alasan sang Ayah mendorong Jojo untuk menekuni bulutangkis karena termasuk olahraga indoor.
"Si papa itu takut kalau anaknya item, karena dia gosong, makanya anaknya dicariin olahraga yang indoor," tutur Jojo.
Pelatihan yang diikuti Jojo pun buntut dari pemilihan ekstrakurikuler dari sekolahnya yang bekerja sama dengan salah satu klub pelatihan bulutangkis.
Ia juga menceritakan perihal pelatih dari klub tersebut yang melihat adanya kemauan dari Jojo untuk mengasah ketrampilannya bermain bulutangkis.
Karena Jojo termasuk anak penurut, maka ia hanya menuruti permintaan Ayahnya untuk menekuni pelatihan bulutangkis.
Ayah Jojo pun menemaninya latihan dari pagi buta yakni, dari pukul empat pagi hingga enam, dilanjutkan dengan sekolah.
Jonatan pun memulai pelatihannya sejak umur enam tahun.
Sejak pertama itu, ia dilatih bagaimana megang raket, mukul kok, skipping, hingga lari keliling komplek.
Latihan dasar tersebut ia tekuni selama enam bulan.
Setelah itu, dua tahun kemudian, ia meraih juara pertama dengan hadiah uang tunai yang tidak ia sebutkan.''
Ia hanya menekankan bahwa raihan pertama di sebuah kejuaraan tersebut yang membuatnya jatuh cinta dengan olahraga bulutangkis.
"Namanya anak kecil, juara dan dapet uang kan seneng, tapi dari situ jadi jatuh cinta dan lebih menemuki bulutangkis," tutur Jojo.
Selain mengenai kejuaraan, ia pun menceritakan tentang keterbatasan ekonomi yang dialami oleh keluarganya.
Saat itu, ia sekeluarga memutuskan untuk pindah ke daerah Jakarta Barat.
Selanjutnya, ia hidup di rumah neneknya, Ibu dari sang Ayah.
Selama hidup di sana, kebutuhan makan Jojo dijamin oleh nenek dan dibantu oleh om-nya.
Hal tersebut karena pekerjaan Ayah Jojo tidak mendukung untuk mencukupi kebutuhan gizi Jojo.
"Jadi nenek sama om waktu itu support kebutuhan kaya vitamin, susu, telor, vitamin dll," ucap Jojo.
Pernah suatu ketika ada momen di mana Ayah Jojo tidak mampu membeli makan.
"Ada nasi padang, trus si Papa kasih lauknya ke aku, pas aku tanya Papa gimana katanya udah, ternyata malah ga makan," kata atlet kelahiran 1997 itu.
Sebegitu inginnya sang Ayah melihat Jojo jadi atlet, ketika Jojo tidak berlatih dengan baik, bahkan ia dihukum sang Ayah untuk lari dari tempat latihan ke rumah.
"Ya katanya kalau latihan itu yang bener, jangan bercanda," kata Jojo.
Meski melewati masa yang cukup sulit, Jonatan menyebut lolos ke Pelatnas sebagai berkah.
Pasalnya, dengan usia yang sangat muda yakni, 15 tahun Jonatan berhasil mengantongi tiket sebagai Tim Nasional Bulutangkis Indonesia.
Di usia tersebut pula, Jonatan mengalahkan atlet saingannya yang mayoritas berumur dibawah 19 tahun di kejuaraan nasional.
"Dari kejurnas itu diambil juara 1-4 untuk lolos ke timnas, nah waktu itu aku dapet juara 3," tuturnya.
Dengan demikian, kejuaraan tersebut dapat menjadi catatan penting dari tim PBSI dalam mencari atlet berbakat seperti Jonatan Christie.
Sehingga, ia menyebutnya ini sebuah berkah dari Tuhan karena dapat lolos di Tim Nasional di usia muda.
(Tribunnews.com/Niken Thalia)