Calo Tiket Pun Bergentayangan Di Seputaran Sirkuit Mandalika
Minggu (20/3/2022) lebih dari 10 calo tiket berkeliaran di parkiran barar. Kadang, tampak pula ada penonton yang menjual tiketnya
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Reporter WARTAKOTALIVE.COM, Rafsanzani Simanjorang
TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK - "Tiket tiket tiket, siapa yang mau tiket," terdengar suara dari beberapa orang berpakaian sederhana di area parkiran zona Barat, tepatnya di sekitaran Majid Nurul Hilal, tak jauh dari Sirkuit Mandalika.
Parkiran masjid ini memang dijadikan titik shuttle bus untuk mengangkut penonton MotoGP ke dalam sirkuit.
Ribuan orangpun lalu lalang di tempat ini. Namun, tak semua diantaranya memiliki tiket.
Inilah sasaran dari calo tiket untuk menawarkan tiket dengan harga yang bisa ditawar.
Minggu (20/3/2022) lebih dari 10 calo tiket berkeliaran di parkiran barar. Kadang, tampak pula ada penonton yang menjual tiketnya dari harga Rp 500.000 menjadi harga Rp 300.000 ke sesama penonton, bahkan ke calo sendiri.
Tampak di genggaman mereka, tiket berwarna hijau, biru, hingga merah.
"Ya beginilah mas, nyari uang," ujar inisial H, salah satu calo asal Jawa Timur.
Pria paruh baya ini mengaku lebih 20 tahun menjadi calo di berbagai event besar. Biasanya di kompetisi sepak bola, kejuaraan badminton di Jakarta, bahkan kejuaraan besar lainnya.
Hanya saja, nyaris dua tahun terakhir, dirinya tak bisa bekerja karena pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan olahraga digelar tanpa penonton.
Adanya MotoGP lantas membuat ia dan belasan rekannya menghirup angin segar.
"Sudah tiga hari mas disini. Alhamdulillah ada rejeki. Kami tiba di Lombok pakai kapal. Seharian, dan tiba Kamis lalu, dan langsung kerja di hari Jumat," kata H.
Ia melanjutkan, hari pertama penjualan tiket masih sepi.
Namun, hari kedua dan saat ini melonjak tinggi.
"Hari pertama ya cukup-cukup makanlah," ucapnya.
Hari kedua, kisaran Rp 800.000 berhasil ia dapatkan. Pada race day, hingga siang hari, dirinya sudah mendapatkan lebih kurang Rp 1.000.000.
Namun, angka tersebut masih bisa bertambah mengingat jadwal race day masih ada beberapa jam lagi.
Menjadi calo, ternyata bukan hal mudah.
H bahkan pernah menggadaikan barang-barangnya untuk dijadikan modal.
"Mudalnya Rp 2.000.000 mas. Kalau tidak ada tabungan, ya menggadaikan barang. Uang itulah diputar-putar disini. Bagaimana kami beli tiket dari penonton yang menjual tiketnya, lalu kami jual ke orang yang butuh. Alhamdulillah ada saja tiket yang terjual," katanya.
Di usia yang tak muda lagi, H mengaku tantangannya adalah tenaga.
"Kan harus jalan terus, menawari tiket. Kalau capek ya istirahat," sambungnya.
Proses tawar menawar pun bisa dilakukan. Jika harga pas, tiket pun terjual. Hari ini, H telah menjual kisaran 7 tiket.
Usai menjual tiket, H dan kawan-kawannya pun akan langsung mencari tiket pulang, untuk mengurangi biaya pengeluaran di Lombok.
Sementara itu, Andi salah satu penonton yang membeli tiket dari calo mengaku tak kaget dengan harga yang ditawarkan.
"Tadi niatnya tidak nonton. Tapi ada tiket yang bisa ditawar juga ya nonton. Lumayan juga rame-rame jalan-jalan gini," ujarnya.
Ia membeli tiket grand admission dua buah, senilai Rp 500.000.
"Sudah biasanya sih ketemu calo. Apalagi saya juga suka backpacker, dan sering nemu," katanya.