Adrian Mattheis Harus Menelan Pil Pahit Saat Menghadapi Alex Silva
Adrian Mattheis harus menelan pil pahit saat menghadapi Alex Silva dalam ajang ONE 158 pada 3 Juni lalu.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adrian Mattheis harus menelan pil pahit saat menghadapi Alex Silva dalam ajang ONE 158 pada 3 Juni lalu.
Jagoan MMA dari Indonesia ini menyerah pada ronde pertama berkat kuncian kaki licin dari sang rival.
Hasil itu membuat rekor pertemuan keduanya menjadi satu sama. Dalam pertemuan pertama pada 11 Maret lalu Adrian menang lewat TKO pada ronde kedua sekaligus menjadi kekalahan TKO pertama dalam karier panjang Silva di dunia MMA.
Adrian mengakui adanya perbedaan kelas dalam area grappling dengan pemilik sabuk hitam Brazilian Jiu-jitsu (BJJ) tersebut dan tak seperti Silva pada laga pertama, ia menerima kekalahan dengan lapang dada.
“Kalau Adrian tidak beban. Mau menang atau kalah itu sudah hal yang biasa. Jadi pembelajaran hidup untuk Adrian. Apapun keputusan wasit saya harus terima, berbeda dengan yang kemarin saat Silva dipukul KO dan dia tidak terima,” ungkap Adrian tentang hasil laga di ONE 158.
“Jadi saya terima dengan lapang dada. Ya memang benar wasit menghentikan pertandingan. Kan saya tidak tap out (tanda menyerah),” imbuhnya.
Sejak bel ronde pertama berbunyi, Adrian langsung tampil agresif dengan melayangkan berbagai pukulan khas milik “Papua Badboy”.
Sementara, Silva lebih sabar menunggu dan ketika ada kesempatan membawa pertarungan ke bawah, petarung Brasil ini langsung mendominasi.
Setelah mencoba berbagai upaya kuncian, Silva berhasil mengisolir kaki Adrian dan membelitnya seperti gurita. Melihat Adrian berada dalam posisi berbahaya dan kesulitan melepaskan diri, wasit Olivier Coste segera mengintervensi laga dan memberi kemenangan pada atlet asal Evolve MMA itu.
“Saya tidak nge-tap, tapi kaki kan sudah terputar sekali. Kalau tidak [dihentikan], mungkin bisa patah. Jadi itu adalah keputusan wasit saya harus terima dan respek juga ke beliau. Silva juga instruktur di Evolve MMA. Itu sesuatu yang Tuhan sudah siapkan di depan. Jadi saya terima kekalahan itu dengan lapang dada,” tutur Adrian.
Adrian menjelaskan jika kekalahan kuncian tersebut karena ia kecolongan dan tidak sigap dalam melepaskan kaki kirinya dari cengkeraman Silva.
Padahal satu kaki lainnya sudah lolos dan siap untuk mengajak Silva kembali adu baku hantam dalam posisi berdiri.
“Saya kecolongan. Jadi, pas saya keluar kaki saya tertinggal satu. Saya tidak mungkin cari alasan. Saya kalah, tapi itu jadi pembelajaran buat kita juga, toh . Mungkin saya harus memperdalam BJJ,” ungkapnya.
Mengincar Laga Trilogi
Selain membalas kekalahan sebelumnya dari Adrian, kemenangan ini juga menjadi rekor tersendiri bagi Silva. Ia kini memegang rekor sebagai pemilik kemenangan kuncian terbanyak di ONE bersama Shinya Aoki dengan total sembilan kemenangan.
Selain itu, ia pun mendapat bonus performa senilai 50.000 dolar AS atau setara (Rp 737 juta) dari sang CEO ONE Championship, Chatri Sityodtong.
Kini laga antara Adrian dan Silva berakhir imbang 1-1. Pria kelahiran Maluku ini pun mengajak Silva untuk kembali bertarung dalam laga trilogi di waktu yang akan datang.
“Kalau untuk laga kedua ini, hasilnya masih satu sama. Maunya saya ada laga ketiga biar tahu siapa yang menang, toh. Itu baru kita tahu siapa yang paling jago,” jelas pria 29 tahun ini.
Jika kembali berhasil meraih kemenangan atas Silva, Adrian sebetulnya berpeluang untuk menembus peringkat lima besar.
Bagaimanapun, Silva adalah mantan Juara Dunia divisi strawweight ONE Champioship yang masih sangat disegani meski kini telah berusia 39 tahun.
Namun, hal ini tak membuat Adrian patah hati. Ia mengaku akan terus berjuang demi mengharumkan Indonesia sebagai atlet pertama yang bisa menembus rangking dan menantang pemilik sabuk saat ini – Joshua Pacio.
“Kalau kalah orang tidak perlu tahu alasan, tapi mereka tidak tahu kita punya perjuangan sampai situ bagaimana. Jadi apa yang orang lihat tidak seperti apa yang saya rasakan. Saya punya perjuangan hanya mau bikin orang bangga, kau tidak perlu tahu saya punya susah,” pungkas petarung yang besar di Sorong, Papua Barat ini.
Selanjutnya, ONE 159 akan hadir pada 22 Juli dengan menampilkan laga perebutan gelar Juara Dunia ONE Middleweight antara Reinier de Ridder menghadapi Vitaly Bigdash di partai puncak.