Tersingkir Dari FIBA Asia Cup 2022, Timnas Basket Indonesia Masih Kalah Segalanya
Pemain pilar Timnas Basket Indonesia, Andakara Prastawa Dhyaksa menilai meski Indonesia baru saja meraih medali emas SEA Games 2022
Penulis: Abdul Majid
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemain pilar Timnas Basket Indonesia, Andakara Prastawa Dhyaksa menilai meski Indonesia baru saja meraih medali emas SEA Games 2022, hal itu bukan lah segalanya.
Terbukti, saat menghadapi negara-negara kuat di Asia seperti Jordania, Australia dan China, Indonesia terlihat tidak berdaya.
Prastawa pun mengatakan dari turnamen FIBA Asia Cup ini, para pemain Indonesia masih kalah dari segala hal khususnya soal teknik.
“Kalau level SEA Games dan Asia tentu beda. Asia kekuatan skill, speed dan size juga besar. Jadi pencapaian medali emas kemarin bukan ujung prestasi kita. Kita harus meningkatkan skill kita pribadi, maupun secara tim untuk menghadapi level asia selanjutnya,” kata Prastawa di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (19/7/2022).
Prastawa melanjutkan pengalaman tampil di FIBA Asia Cup ini sangat baik bagi perkembangan para pebasket muda Indonesia seperti Derrick Michael dan Yudha.
“Mungkin bukan buat saya, tapi buat Derrick, Yudha, yang bisa bermain di level Asia kedepannya. Kita tidak tahu saya masih bisa atau tidak. Tapi kita harus tetap melihat kedepan, bukan lihat kemarin saja. Itu jadi pelajaran buat anak-anak,” kata Prastawa.
“Saya mau mereka nantinya bisa bermain lebih dari ini lagi,” harapnya.
Lebih lanjut, pemain milik Pelita Jaya itu tak mempermasalahkan soal pelatih dalam kegagalan di FIBA Asia Cup ini.
Sebagai pemain, Prastawa menegaskan dirinya siap menerima siapapun pelatihnya, yang terpenting menurutnya para pemain harus bisa benar-benar bekerja keras dan fokus pada saat latihan.
“Kalau soal pelatih saya pribadi bukan urusan saya. Sebagai pemain, siapapun pelatihnya dari China, Serbia atau dari manapun saya akan ikut karena saya sebagai pemain. Jadi saya tak bisa bilang harus dari China atau mana,” kata Prastawa.
“Misal datang dari Amerika atau siapapun, tapi tahunya tak berhasil, kan harus cari lagi. Jadi soal (ganti pelatih-red) ini tergantung federasi saja. Pemain fokus ke apa yang bisa dilakukan, latihan, perbaiki skill, dan sebagainya,” pungkasnya.