Aan Abdurrachman 22 Tahun Mengabdi Di Dunia Olahraga Tanah Air
Sejak SEA Games 1997 Jakarta hingga kini, Aan sudah menjadi langganan Pelatnas. Ia pun mengaku sudah melanglang buana ke luar negeri
Penulis: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aan Abdurrachman adalah seorang dari sedikit masseur atau biasa dikenal tukang pijat yang tetap setia membantu memulihkan performa para atlet nasional Indonesia kala bertanding di arena SEA Games or Asian Games.
Sudah 22 tahun profesi tukang pijat atlet nasional ini dilakoni Aan Abdurrachman.
Aan, begitu Aan Abdurrachman disapa, sejak SEA Games 1997 Jakarta hingga kini sudah menjadi langganan Pelatnas. Ia pun mengaku sudah melanglang buana ke beberapa negara, mengikuti berbagai event olahraga, siaga mendampingi para atlet yang membutuhkan sentuhan tangannya.
“Saya sudah jadi tukang pijat sejak SEA Games 1997. Asian Games juga saya ikut,” ungkap Aan pria kelahiran Ciamis, Jabar ini saat bincang-bincang di Kantin KONI (Kankon) Pohon Beringin GBK Senayan, belum lama ini.
Sejak 1997 menekuni profesi masseur, Aan mengaku banyak suka-duka yang dialaminya. Namun dia tak pernah mengeluh karena tugas sebagai tukang pijat atlet nasional adalah baian dari tugas negara.
”Saya menyadari bahwa tugas saya ini merupakan bagian terkecil dari upaya mendukung kontingen Indonesia. Atlet adalah unsur paling penting karena merekalah yang berjuang membela nama bangsa dan negara di luar negeri," jelas ayah tiga anak, kakek 6 cucu ini.
Pada SEA Games 2019 Filipina ini, Aan juga masih dilibatkan dan kali ini dia fokus menangani atlet dari cabang olahraga modern Penthathlon.
Namun sesekali dirinya diperbantukan di cabang olahraga Karate dan Jdo. Dalam kontingen Indonesia di SEA Games 2019 Filipina ini, Aan pun menjadi masseur tertua sekaligus yang telah mengabdi paling lama di antara yang lainnya. Bagi Aan semuanya itu dilakoni dengan penuh kegembiraan.
Sebelum menjadi masseur, Aan bercerita bahwa ia merupakan seorang supir seorang dokter khusus untuk Ketua Umum KONI Pusat. Ia mengabdi di mengabdi di sana sejak 1993 hingga 1995.
Kemudian, ia ditawarkan oleh dokter yang bernama Choim Sumadilaga untuk mempelajari ilmu pijat di Pusat Kesehatan Olahraga (PKO) Kemenpora.
“Iya jadi Dokter Choim nawarin saya buat belajar massage. Saya kan minat terus dokternya juga mau sekolahin saya,” kata pria asal Bandung itu.
Ia mengatakan bahwa untuk menjadi seorang masseur tidak bisa sembarang orang karena profesi tersebut dibutuhkan ilmu yang mumpuni seperti ilmu anatomi tubuh.
Selama setahun, tepatnya pada 1995, Aan belajar soal ilmu memijat termasuk etika dan cara menghadapi atlet.
“Saya belajar anatomi tubuh, terus etika dan menghadapi atlet itu harus gimana supaya hati mereka juga ikut enak gitu saat dipijat,” tuturnya.
Selama menjadi masseur atlet nasional, Aan mengaku tak melulu memijat atlet yang mengalami cedera. Ia justru lebih banyak diminta memijat atlet saat sebelum dan sesudah pertandingan sebagai upaya relaksasi. Ia juga sudah banyak mendampingi atlet yang kini sudah pensiun.
“Sudah banyak atlet yang saya pijat. Ada Kresna Bayu (mantan atlet judo), Umar Syarif (mantan atlet karate). Dan mereka sekarang udah menjadi pelatih,” jelas pria 66 tahun itu.
Aan pun mengatakan bahwa dia menikmati pekerjaannya saat ini walaupun selama mengabdi, dia belum pernah mendapatkan penghargaan apapun.
”Ya namanya juga masih bisa, ya saya lakukan saja. Banyak juga yang bilang ‘wah Pak Aan hebat’. Yang membuat saya bertahan juga karena kejujuran dan etika,” selorohnya.
Jadi, bolehlah jika nanti di Hari Olahraga Nasional (Haornas) 2022, pemerintah melalui kantor Kemenpora bisa mempertimbangkan nama Aan Abdurrachman masuk dalam orang orang yang berjasa di dunia olahraga tanah air.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.