Profil Odekta Naibaho, Atlet Binaan BIN yang Juara Jakarta Marathon 2022
pembina Odekta Naibaho di BIN, Arifin Abdullah, berharap atlet binaannya bisa mendapat emas pada SEA Games di Kamboja pada 2023 mendatang.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
"Saya siapkan tulisan itu dari semalam. Sebenarnya saya juga mau menyiapkan cat di wajah tapi enggak dapat. Ini saya tulis dan bawa fotonya, karena dulu saya mengenal olahraga ini dan orang tua saya kurang setuju. Ini jadi pembuktian saya bahwa lagu Indonesia Raya (berkumandang) adalah puncak dari pencapaian saya,” kata Odekta.
"Saya ingin berterima kasih kepada ayah dan ibu saya yang akhirnya menerima saya sebagai atlet. Mengumandangkan Indonesia Raya adalah kepuasan yang tidak bisa dibayar dengan apa pun,” tuturnya menambahkan.
Bagaimana kisah Odekta Naibaho terjun ke dunia maraton ?
Odekta Naibaho awalnya tidak pernah bercita-cita menjadi atlet maraton. Namun, jalan hidupnya berubah secara tak sengaja pada 2012 silam.
Dikutip dari berbagai sumber, Odekta Elvina Naibaho lahir di Desa Soban, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara pada 5 November 1991. Dia adalah putri dari pasangan Marlin Naibaho dan Nurcahaya Manalu. Masa kecil hingga remaja dia habiskan untuk sekolah dan membantu orang tua di ladang.
Selepas lulus SMA, Odekta Naibaho ingin mengubah nasib. Bermodal uang tabungan Rp 400 ribu dan uang pemberian keluarga Rp 1 juta, Odekta merantau ke Jakarta pada 2011.
Dia sempat bekerja di perusahaan simpan pinjam di daerah Bogor. Setelah satu tahun bekerja, dia memutuskan berhenti dan mendaftar kuliah di kampus swasta. Odekta Naibaho mengambil jurusan matematika, dengan harapan kelak menjadi guru.
Menjelang dimulainya perkuliahan, Odekta merasa berat badannya kurang ideal, sekitar 56 kg. Ia pun ingin menurunkan berat badan.
Bersama kerabatnya, Odekta berolahraga di kawasan Senayan. Sekadar jogging dan berlari. Entah kenapa, ia mulai "jengkel" karena kerap disalip para pelari perempuan, termasuk oleh ibu-ibu. Sejak itulah, Odekta mulai rutin berlari di Senayan agar bisa mengungguli para pelari “tua”.
Seiring waktu, Odekta berkenalan dengan para pelari. Pertemanan itu pula yang membawa Odekta Naibaho bergabung dengan Indonesia Muda Atletik, klub lari profesional yang melahirkan banyak atlet.
Di klub tersebut, Odekta mulai mempelajari teknik berlari. Namun, Odekta belum sepenuhnya terjun ke dunia atletik lari. Sembari mengikuti perlombaan lari, Odekta naibaho tetap aktif kuliah hingga berhasil lulus pada 2015.
Bakat lari Odekta Naibaho terus berkembang hingga akhirnya memenangkan berbagai perlombaan lari. Odekta pun memberanikan diri ikut seleksi atlet DKI Jakarta pada 2016. Ia makin aktif ikut kejuaraan daerah dan berhasil lolos seleksi PON 2016.
Odekta memfokuskan diri untuk persiapan PON XIX 2016 Jawa Barat mewakili DKI Jakarta. Di PON perdananya, dia turun di tiga nomor, yaitu 5.000 meter, 10.000 meter, dan maraton.
Hasilnya, medali perunggu di nomor maraton putri.
Seusai berprestasi di PON, Odekta memutuskan fokus meniti karir di dunia atletik. Dia melihat cabang olahraga atletik memiliki masa depan cerah untuk hidupnya.
Odekta pun masuk pelatihan nasional (pelatnas) atletik dan berlaga di berbagai ajang internasional, termasuk Asian Games 2018 dan SEA Games 2019.
Di SEA Games Filipina 2019, Odekta mendapat medali perunggu di nomor 10.000 meter putri. Sebenarnya, Odekta saat itu berpeluang meraih emas di nomor full maraton 42K.
Ia memimpin sejak awal perlombaan. Sayang, dia mendapat serangan heat stroke —kondisi di mana tubuh mengalami peningkatan suhu secara drastis— sekitar 500 meter jelang finis. Odekta terjatuh dan pingsan sehingga gagal finis.
Di ajang PON Papua 2021, Odekta Naibaho makin mengukuhkan dirinya sebagai atlet terbaik. Odekta yang turun membela DKI Jakarta, memborong tiga medali emas sekaligus di nomor maraton putri, 5.000 meter, dan 10.000 meter.
Sempat Tak Direstui Ortu
Tulisan dan foto orang tua yang diperlihatkan Odekta sesaat setelah memastikan medali emas SEA Games 2021, ternyata punya cerita lain.
Siapa sangka, keputusan Odekta berkarier di cabang olahraga atletik ternyata sempat tidak disetujui orang tua dan keluarganya.
Kedua orang tuanya kala itu masih menganggap bahwa profesi atlet tidak menjamin masa depan yang cerah. Odekta bahkan sempat dipaksa orang tuanya untuk ikut tes tentara meski akhirnya tidak lolos.
Berbagai cara dilakukan Odekta untuk meyakinkan orang tua dan keluarganya terhadap pilihan hidup yang dia ambil.
Upaya Odekta membujuk orangtuanya cukup panjang, berkisar 7 tahun. Hingga pada ajang Asian Games 2018, Odekta berinisiatif memboyong seluruh keluarganya ke Jakarta untuk menyaksikan dirinya bertanding.
Perjuangan Odekta saat berlomba melawan atlet-atlet dunia akhirnya berhasil membuka mata dan pikiran keluarga besarnya.
Sementara itu, ibunda Odekta, Nurcahaya Manalu merasa terharu atas selebrasi anaknya yang mempersembahkan kemenangan itu untuk orangtuanya.
"Saya sangat terharu sekali pak atas prestasi anak saya. Enggak bisa lagi saya menjelaskan perasaan senang di hati saya ini," ujarnya kepada Tribun Medan, Kamis (19/5/2022).
Ia mengaku sempat khawatir dengan kondisi Odekta yang sempat jatuh sakit saat mengikuti turnamen yang sama di Filipina beberapa waktu lalu. Kala itu Odekta harus mendapat perawatan medis dan menjalani fisioterapi.
"Di pertandingan pertamanya itulah dia sakit, lalu pertandingan keduanya di situlah dia dapat perunggu," sebutnya.
Namun, setelah mendengar kabar Odekta berhasil meraih medali emas, Nurcahaya sangat senang. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada para pelatih dan seluruh pihak yang mendukung anaknya, sehingga bisa menjuarai SEA Games 2021.
"Saya berterima kasih sekali kepada semuanya sehingga anak saya bisa membawa nama Indonesia juara," katanya. (oln/*/tribunmedan)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.