Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Hanif Rusjdi: Ada Perlakuan Tidak Adil Pengelolaan Administrasi Beasiswa Untuk Azzahra Permatahani

Menurut Hanif Rusjdi, Azzahra telah menandatangani penerimaan dana bantuan bea siswa selama 1 (satu) tahun dari FINA

Editor: Toni Bramantoro
zoom-in Hanif Rusjdi: Ada Perlakuan Tidak Adil Pengelolaan Administrasi Beasiswa Untuk Azzahra Permatahani
tribunnews.com/oro
Hanif Rusjdi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mengenai beasiswa dari Federasi Renang Internasional (FINA) untuk perenang nasional Azzahra Permatahani yang dikeluarkan oleh Pengurus Besar Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PB PRSI) ternyata tidak membuat Ir Hanif Rusjdi MM, orang tua kandung Azzahra Permatahani menerima begitu saja.

Bahkan Hanif Rusjdi MM meminta PRSI Menunjukan bukti kongkrit.

"Pernyataan dari PB PRSI pada beberapa media online tanggal 14 Januari 2023, hal yang disampaikan sama sekali tidak dapat diterima, kami perlu bukti," ungkap Hanif Rusjdi saat ditemui di Kantin KONI Senayan, Selasa (17/1/2023).

Beberapa waktu lalu, Wakil Ketua PRSI, Harlin Raharjo menanggapi pertanyaan dari orang tua Azzahra yang menyebut PB PRSI tidak transparan terkait penggunaan dana beasiswa FINA Scholarship Programme untuk Azzahra sekitar 3 tahun lalu.

"Azzahra pada 2019 mendapat full benefit dari beasiswa FINA, salah satunya dengan mengikuti semua pertandingan yang dipersiapkan untuk Olimpiade Tokyo 2020 (2021)," ujar Harlin seperti dikutip dari kantor berita antara, via telepon Jumat.

Azzahra Permatahani
Azzahra Permatahani (Humas PRSI)

Menurut Hanif Rusjdi, Azzahra telah menandatangani penerimaan dana bantuan bea siswa selama 1 (satu) tahun dari FINA pada formulir 'Bourses Olympiques pour entraineurs Formulaire de Candidature' berjumlah 12 (dua belas) kali, yaitu Januari 2019 sampai dengan Desember 2019. Ini diketahui PB PRSI dan Pelatih (laporan kegiatan).

Dengan adanya bahwa Azzahra menerima dana tersebut, maka menjadi dasar FINA mengeluarkan dana dan menyerahkannya ke PB PRSI untuk dilaksanakannya bea siswa sesuai perencanaan dan kebutuhan prestasi Azzahra Permatahani.

BERITA REKOMENDASI

Bersamaan dengan bantuan bea siswa FINA tersebut, PB PRSI mengadakan Pelatnas SEA Games 2019 dengan anggaran dari negara cq. Kemenpora.

Disinilah diakui Hanif Rusjdi persoalan yang menjadikan tanda tanya besar, ada 2 (dua) sumber dana yang digunakan oleh PRSI pada tahun 2019 guna kebutuhan pembinaan prestasi Azzahra. Pertanyaannya kenapa Azzahra tidak diberikan haknya atas bantuan bea siswa tersebut?

"Dalam hal terindikasi ada perlakuan tidak adil atas pengelolaan administrasi dana bantuan bea siswa dari FINA tersebut terhadap Azzahra Permatahani," ujar Hanif Rusjdi.

Dalam penjelasan PB PRSI kepada dirinya Via whatsapp, bahwa Pelatih Asing Timnas telah diberikan tambahan kekurangan gaji dan untuk transport yang dananya dari bea siswa tersebut.

Selain itu diberikan pula untuk keperluan akomodasi kepada pelatih Timnas asal Prancis yang mendampingi Azzahra dalam menjalankan kegiatan.


Yang jadi pertanyaan diakui Hanif bukankah gaji, transport, akomodasi sudah diberikan negara sesuai dengan kontrak menjadi pelatih Timnas?

Pelatih asing tersebut dalam kontrak sebagai Timnas menerima honor (termasuk akomodasi) dari Pemerintah cq. Kemenpora sebesar kurang lebih Rp. 60 Jutaan setiap bulannya sejak tahun 2016 sampai tahun 2019 dan sebagai konsultan renang Riau juga menerima lebih dari Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) setiap bulan (sejak tahun 2013 hingga tahun 2020), sedangkan pada tahun 2019 honor yang diterima Azzahra Permatahani sebagai atlet Pelatnas setiap bulan hanya sekitar Rp 7,5 Juta (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan dalam Pelatnas setelah SEA Games 2022 sekitar Rp. 6,4 Juta (honor pelatnas bulan Oktober 2022 sesuai SK PB.PRSI No.14 tahun 2022) yang nilainya lebih kecil dari SK Pelatnas sebelumnya.

"Maksud saya menyampaikan perbandingan ini semata-mata agar pemahaman terkait dengan ketidakadilan berdasarkan fakta yang sebenarnya," papar mantan Ketua Harian PP PTMSI ini.

Hanif menambahkan, harusnya PB.PRSI sebagai pembina dan pengayom cabor Aquatic harus berlaku adil kepada atlet mengingat seorang atlet sudah berjuang membawa nama baik Indonesia.

"Dengan adanya permasalahan ini tidak salah apabila kami sebagai orang tua mempertanyakan dan menagih janji PB.PRSI untuk mendiskusikanya dana bea siswa terbebut. Sedih, kecewa dan marah rasanya atas perlakuan tidak adil ini, kemana hati nurani para Pengurus di PB.PRSI dalam memperlakukan anak kami yang turut bertanggung jawab sebagai penerima bea siswa dari FINA tersebut," tuturnya.

Terkait dengan pernyataan PB PRSI bahwa dirinya telah melakukan tuduhan yang keji, yaitu menyelewengkan dana, Hanif menegaskan tidak benar dan ini jelas mengada-ada.

"Tidak ada pernyataan tersebut dan itu merupakan fitnah, PB PRSI bukankah organisasi publik yang seharusnya siap ditanya dan dikritik dan jika ada masyarakat yang menyampaikan pertanyaan dan kritikan seharusnya bisa memberikan penjelasan dengan transparan, buktikan dengan data bahwa apa yang ditanyakan atau dikritik adalah tidak benar sehingga masyarakat yang bertanya memahami dan mengerti dan tidak timbul persepsi yang salah," paparnya.

Berdasarkan kebijakan FINA bahwa terdapat persyaratan untuk dapat turun dalam olimpiade minimal mengikuti satu kejuaraan yang telah ditetapkan IOC dan FINA (jika tidak ikut otomatis gugur tidak bisa ikut Olimpiade).

Kejuaraan dunia di Gwangju Korea Selatan tanggal 21-28 Juli 2019 adalah kejuaraan terakhir yang syaratkan dan PB PRSI mengirim 4 (empat) pelatih, 5 (lima) atlet Putra dan 3 (tiga) atlet Putri. Kejuaraan dunia tersebut adalah sarana agar seluruh atlet termasuk Azzahra Permatahani berkesempatan untuk bisa ikut Olimpiade.

Menurut Hanif Rusjdi, Jika hal tesebut menjadi alasan pemanfaatan dana bea siswa dari FINA untuk membiayai Azzahra, maka akan timbul pertanyaan bagaimana dengan atlet yang lain?

"Mengapa harus Azzahra Permatahani yang memiliki ranking tertinggi FINA yang dibiayai dari dana bea siswa dari FINA? Bukankah sudah ada anggaran dari Kemenpora? Bukankah wajar ini menimbulkan pertanyaan?" Tandasnya.

Azzahra Permatahani
Azzahra Permatahani (ist)

"Sangat mudah untuk memperhitungkannya biaya dari kejuaraan-kejuaraan tersebut dan anggaran atau dana dari mana yang digunakan, kemudian di tahun 2019 juga kebutuhan peralatan apa yang sudah disediakan PB PRSI dalam kaitannya peruntukan atlet Azzahra Permatahani dan menggunakan anggaran atau dana dari mana, dan lai-lain," urai Hanif Rusjdi.

Berikut Kejuaraan-kejuaraan yang diikuti Azzahra Permatahani dan Pelatih Asing Timnas selama 2019:
1. 50th SNAG di Singapore - 19-24 Maret 2019, Tim Pelatnas
2. Kejurnas 25-28 April 2019, pengirim Daerah/Provinsi
3. 43rd Sea Age Group Championship di Kamboja 28-30 Juni 2019,
4. Tim Pelatnas
5. 18th FINA World Championship 21-28 Juli 2019 di Seoul-Korea Selatan, Tim Pelatnas
6. FINA World Junior Championship 20-25 Agustus 2019 di Budapest-Hungary, Tim Pelatnas
7. Jakarta Open Swimming Championship 25-29 September 2019, pengirim Klub
8. Training Camp, 17-30 Okotber 2019 di Kunming China, Tim Pelatnas.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas