3 Kontroversi Jelang MotoGP 2023: Kompensasi Marquez Cs untuk Sprint Race Masih Buram
Pelaksanaan Sprint Race hingga kompensasi pembalap menjadi sejumlah kontroversi yang mengiringi jelang seri pembuka MotoGP 2023 di Portugal.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Arif Tio Buqi Abdulah
TRIBUNNEWS.COM - Kurang dari tiga bulan balapan MotoGP 2023 resmi dimulai, namun sejumlah kontroversi sudah mewarnai.
Beberapa keputusan Dorna Sports sebagai yang punya 'hajat' MotoGP 2023 dalam mengambil keputusan endingnya menghasilkan kontroversi.
Mulai dari Sprint Race hingga kompensasi pembalap yang tak menemui titik terang menjadi bumbu-bumbu persiapan menuju race MotoGP 2023.
Baca juga: Warning untuk Bagnaia dan Bastianini di MotoGP 2023, Tak Ada Anak Emas dalam Kamus Ducati
Merujuk kepada jadwal, race MotoGP 2023 akan mulai digelar akhir Maret dan menempatkan Sirkuit Portimao, Portugal sebagai race pembuka.
MotoGP 2023 memiliki 21 seri, dan 10 di antaranya berlangsung di non-Eropa.
Keputusan final Sprint Race di semua seri membuat Marc Marquez dan pembalap kelas premier lainnya memiliki 42 kali race di MotoGP 2023.
Berikut tiga kontroversi yang mengiringi kejuaraan dunia MotoGP 2023 yang dirangkum Tribunnews dari berbagai sumber.
1. Sprint Race Full Satu Musim
Gagasan baru dari Dorna Sports perihal pelaksaan Sprint Race mengundang pro dan kontra sejak awal.
Memang benar ini menjadi satu di antara cara untuk mengembalikan pamor ajang balap Grand Prix roda dua untuk kembali menyedot animo tinggi.
Namun vonis untuk dilangsungkan selama satu musim full menjadi tanda tanya besar. Mengingat Sprint Race baru akan dilakukan pertama kali sepanjang sejarah MotoGP.
CEO Aprilia, Massimo Rivola, beropini bahwa Sprint Race full satu musim MotoGP 2023 bukanlah ide yang bagus.
Butuh adanya 'kelinci percobaan' untuk bisa menghasilkan keputusan itu. Artinya, tidak semua seri bisa menggelar adanya balapan ekstra tersebut.
"Mungkin kami harus memulai dengan beberapa balapan sprint di tahun pertama untuk mengujinya," terang Rivola, dikutip dari Speedweek.
Pun jika memaksakan menggelar Sprint Race satu musim penuh, maka jumlah seri harus dikurangi.
"Dan saya pikir dengan dua balapan per akhir pekan GP, kita harus memiliki acara yang lebih sedikit, katakanlah 18 Grand Prix," gagas petinggi Aprilia ini.
2. Kompensasi untuk Sprint Race
Kesejahteraan pembalap berupa kenaikan gaji jelas menjadi sorotan dengan adanya Sprint Race.
Dengan adanya balapan ekstra di hari Sabtu, potensi terjadi kecelakaan hingga cedera jelas berimbas besar terhadap kejuaraan dunia MotoGP 2023.
Satu di antara manajer yang paling vokal menyuarakan kompensasi untuk pembalap adalah Carlo Pernat.
Pernat telah meminta Dorna memberikan kompensasi kepada Fabio Quartararo dan pembalap lainnya dengan adanya gagasan tersebut.
Diakui oleh mantan manajer Valentino Rossi ini, dia merasa kena ping-poin oleh Dorna. Pasalnya keinginannya untuk memperjuangkan kesejahteraan pembalap justru dikembalikan kepada masing-masing tim.
"Saya sudah bilang ke Ducati soal upah (Sprint Race). Namun mereka menyuruhku untuk melapor ke Dorna, sedangkan Dorna malah memintaku bertanya kepada tim karena ini urusan dapur mereka," terang Pernat, dikutip dari Motosan.
3. Larangan Jurnalis Meliput Shakedown MotoGP 2023 di Malaysia
Dorna Sports membuat kesal para jurnalis, lantaran muncul larangan untuk menghadiri shakedown test dalam rangkaian tes pramusim MotoGP 2023 di Sirkuit Sepang, Malaysia.
Meski endingnya Dorna merivisi keputusan tersebut, jelas menjadi kontroversi jika tetap berlanjut.
Para jurnalis diberikan akses untuk meliput Shakedown Test MotoGP 2023 Malaysia, kecuali area pitlane.
Shakedow Test memang menjadi ajang bagi setiap tim untuk mencoba teknologi baru. Dan tim takut jika jurnalis menjadi agens spionase dari hal tersebut.
Namun dengan kondisi pamor MotoGP 2023 yang cenderung melorot, larangan tersebut bak menjadi blunder.
Manajer Ducati Corse, Davide Tardozzi mengatakan bahwa sangat penting bagi MotoGP akan kehadiran jurnalis.
"Itu situasi yang tak benar. Bagi saya, jurnalis harus memasuki paddock tim (MotoGP)," ungkap Davide Tardozzi, dikutip dari GPOne.
"Penting bagi media dan wartawan untuk diberikan kesempatan dengan pembalap ataupun siapa yang mereka mau," lanjut Manajer Ducati.
"Kami (Ducati) membuka pintu selebar mungkin bagi jurnalis. Asal mereka tidak mengganggu, saya tidak bermasalah dengan kehadiran (jurnalis). Mengapa harus dilarang?," tutupnya.
(Tribunnews.com/Giri)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.