Arab Saudi Siapkan Dana Rp 300 Triliun Buat Akuisisi Balapan Formula 1
Arab Saudi menyiapkan dana untuk mengakuisisi F1 sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 300 triliun
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM - Niat pemerintah Arab Saudi berekspansi dalam industri olahraga dunia, terhitung serius.
Satu di antaranya adalah rencana mereka mengakuisisi balapan mobil Formula 1.
Pada tahun lalu, niatan itu tampak saat sovereign wealth fund (SWF), lembagaa pendanaan investasi milik pemerintah Arab Saudi yang mempertimbangkan untuk membeli balap motor Formula 1.
Tahun ini, niatan itu menguat.
Mengutip Bloomberg, SWF Saudi yang dipimpin langsung oleh sang putra mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman, berencana menjadikan F1 sebagai salah satu investasi negara di sektor olahraga internasional.
Baca juga: Verstappen-Sergio Perez Podium Ganda di F1 Abu Dhabi, Red Bull Racing Ukir Sejarah Baru di Formula 1
Melansir Middle East Eye, Dana Investasi Publik (PIF) Arab Saudi menyiapkan dana untuk mengakuisisi F1 sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 300 triliun (kurs Rp 15.000).
Namun, Bloomberg melaporkan, Liberty Media Corp, yang memiliki F1 bersama dengan SiriusXM dan tim Bisbol Liga Utama Atlanta Braves, tidak tertarik untuk menjual.
Tawaran PIF terhadap F1 tersebut secara substansial berada di atas harga yang dibayarkan Liberty Media Corp untuk waralaba tersebut pada tahun 2017 sebesar US$ 4,4 miliar.
Hal ini menggarisbawahi bagaimana platform balap internasional mendapatkan popularitas.
Pelacakan saham Liberty Media F1 telah berlipat ganda nilainya selama empat tahun terakhir, dengan kapitalisasi pasar sekitar US$ 15 miliar.
Arab Saudi debut menjadi tuan rumah balapan Formula 1 pada Desember 2021, dan grand prix kedua pada Maret 2022 di kota pelabuhan Jeddah.
Pada saat itu, beberapa pengemudi menyuarakan keprihatinan tentang berpartisipasi dalam acara di dalam kerajaan karena catatan hak asasi manusianya.
Pada Desember 2021, juara dunia Formula 1 tujuh kali Lewis Hamilton mengindikasikan dia tidak nyaman melakukan pertandingan balap di negara tersebut.
"Apakah saya merasa nyaman di sini? Saya tidak akan mengatakan bahwa saya merasa nyaman," kata Hamilton saat itu.
"Tapi bukan pilihan saya untuk berada di sini. Olahraga telah mengambil pilihan untuk berada di sini," kata sang pebalap.
Pada tahun 2021, PIF mengakuisisi klub sepak bola Liga Utama Inggris, Newcastle United FC. Kerajaan telah mendukung liga golfnya sendiri untuk menyaingi PGA.
Pada bulan Januari, legenda sepak bola Cristiano Ronaldo menjadi pemain dengan bayaran tertinggi di dunia sepak bola ketika ia diperkenalkan dengan klub barunya Al Nassr dari Arab Saudi.
Terjun ke dunia olahraga telah dikritik oleh banyak aktivis sebagai bentuk "pencucian olahraga" untuk mengalihkan perhatian dari catatan hak asasi manusia kerajaan.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Putra Mahkota, Mohammed Bin Salman untuk mendiversifikasi ekonomi negara dari ketergantungannya pada petrodolar dan mendorong warga Saudi untuk membelanjakan pendapatan mereka di dalam negeri.
Mengakuisisi klub F1 yang mewah akan menjadi dorongan bagi Arab Saudi, yang sedang membangun trek balap di kota Qiddiya dekat Riyadh, yang dimaksudkan sebagai pusat hiburan yang akan selesai pada tahun 2030.
Empat balapan F1 akan berlangsung di Teluk tahun ini, dua di Bahrain, diikuti Arab Saudi pada Maret.
Arab Saudi juga mengalami peningkatan persaingan dalam hiburan olahraga dari negara-negara tetangga seperti UEA, dan baru-baru ini Qatar, yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. (Barratut Taqiyyah Rafie/Kontan)
Artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Arab Saudi Ingin Akuisisi F1, Dana yang Disiapkan Capai Rp 300 Triliun"