Gegara Perang Teknologi, Bos KTM Sebut Kiamat MotoGP Sudah Dekat
Bos KTM, Pit Beirer mengklaim ajang balap MotoGP 2023 sudah mendekati kiamat jika semua tim hanya memperhatikan perkembangan teknologinya saja.
Penulis: Drajat Sugiri
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TRIBUNNEWS.COM - Direktur tim KTM, Pit Beirer, tak menampik perkembangan pesat teknologi yang nempel di motor, mempengaruhi perburuan gelar juara dunia, termasuk di MotoGP 2023.
Namun menurut kacamata bos KTM ini, perkembangan teknologi justru mengakibatkan ajang balap MotoGP semakin mendekati titik nadirnya.
MotoGP 2023 menjadi awal yang baru bagi Dorna untuk memulihkan pamornya yang kian merosot. Satu di antara caranya ialah penyelenggaraan Sprint Race.
Baca juga: Bos Ducati Patok Target Tinggi untuk Bagnaia, Sapu Bersih Balapan Harus Podium MotoGP 2023
Pit Beirer memandang tak ada yang salah dari Dorna Sports menggagas dan melaksanakan Sprint Race di MotoGP 2023.
Namun jika merujuk kepada soal pamor, pihak MotoGP sepantasnya bisa membaca apa yang menjadi penyebab animo penonton yang datang ke sirkuit untuk menyaksikan balapan terus menurun dalam beberapa edisi terakhir.
Pit Beirer kemudian menyebut peta persaingan gelar juara dunia MotoGP kian membosankan.
Menurutnya, jika dia memposisinya diri sebagai penikmat, akan lebih menarik menyaksikan race yang menyuguhkan saling salip antar pembalap ketimabang unjuk taji kemajuan teknologi.
Ini yang dalam beberapa musim terakhir terjadi. Setiap tim berlomba-lomba menemukan teknologi, termasuk aerodinamis yang menjanjikan untuk tampil cepat.
Satu di antara faktornya ialah membuat top speed sebuah kuda besi di MotoGP dapat melaju sekencang mungkin. Endingnya, pembalap bisa memimpin jalannya race tanpa ada yang mengganggu.
Minimnya duel di grid depan membuat penikmat MotoGP bosan.
"Saya sudah mengingatkan untuk hati-hati dalam penyelenggaraan MotoGP di masa depan," terang Pit Beirer, dikutip dari laman Motosan.
"Pengembangan teknologi jelas akan menghabiskan banyak uang. Dan semua tim telah melakukan itu," tambahnya.
"Saya dan tim (KTM) bukanlah kelompok yang mendukung aerodinamis menjadi faktor mutlak bagaimana sebuah motor bisa melaju kencang," terang Beire.
Direktur KTM ini mengingatkan bahwa upaya Dorna dekat-dekat ini ialah mengembalikan era kejayaan MotoGP.
Kini, pamor ajang balap Grand Prix roda dua kalah dengan Formula 1 (F1). Situasi ini merupakan keterbalikannya.
Terhitung sejak awal 2010 hingga akhir 2018, MotoGP memiliki pemor yang jauh lebih baik ketimbang F1. Namun kini kondisi terjadi sebaliknya, para penikmat ajang balap memilih menyaksikan F1 ketimbang MotoGP.
"Pada akhirnya kami hanya ingin mengembalikan animo penonton yang hilang. Saya kasih tahu, penonton lebih suka menyaksikan balapan yang ada duel antar pembalap di grid depan.
Mereka tak ingin menyaksikan perang teknologi yang terjadi antar pabrikan," paparnya menambahkan.
Setiap tim memang berlomba-lomba menemukan teknologi mutakhir untuk menambah apik performa motornya.
Dan sejauh ini Ducati menjadi yang terdepan. Pabrikan asal Italia ini menjadi kiblat bagis etiap tim untuk mengembangan kuda besinya.
(Tribunnews.com/Giri)