VIDEO Akmal Marhali: Gunakanlah Sepak Bola sebagai Kepentingan Bangsa
Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali kembali mengingatkan para politikus di negeri untuk tidak mencampuradukkan sepak bola dengan politik.
Penulis: Abdul Majid
Editor: Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali turut menghadiri aksi seribu lilin dan doa bersama untuk selamatkan sepak bola Indonesia di Gedung Joang 45, Menteng, Jakarta, Selasa (4/4/2023) malam.
Akmal kembali mengingatkan para politikus di negeri untuk tidak mencampuradukkan sepak bola dengan politik.
Bila hal itu masih terus berlanjut, Akmal menjelaskan Indonesia kedepan bisa tak lagi dipercaya untuk menggelar kejuaraan skala internasional.
Seperti diketahui, FIFA telah mencabut Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Salah satu alasannya disinyalir faktor keamanan lantaran adanya penolakan kepada Timnas Israel yang akan tampil di Piala Dunia U-20 2023.
“Ini yang harusnya kemudian diberikan perhatian lebih oleh pemimpin-pemimpin kita, oleh para politisi kita, jangan pernah mengorbankan sepakbola kita untuk kepentingan politik."
"Jadi gunakanlah sepak bola sebagai kepentingan bangsa, sepakbola adalah cinta dari penggemar sepak bola,” kata Akmal.
“Jadi jangan kemudian masyarakat dipisahkan dari sepak bola dan karena kemudian mimpi-mimpi merakyat ini dihapuskan karena kepentingan politik yang pada akhirnya kita semua menderita sebagai pecinta sepakbola,” ucapnya.
Sementara itu, secara terpisah, Dito Ariotedjo yang baru saja sah menjadi Menpora turut berkomitmen agar olahraga tidak dicampuradukan dengan urusan politik.
Bahkan, Dito siap berkomunikasi dengan para stakeholder guna mencari titik temu dari perbedaan pandangan yang sebelumnya terjadi.
“Ya saya sepakat dengan Pak Presiden bahwa politik dan olahraga tidak bisa dicampur aduk."
"Jadi untuk berkaca pada pengalaman Piala Dunia U-20, saya sebagai menpora saya akan mengedepankan komunikasi, kolaboratif dan saya akan menghubungkan seluruh stakeholder agar dengan perbedaan itu ada titik temunya,” ujar Menpora.(*)