Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun Sport

Balap Formula E 2023 di Jakarta Menampilkan Teknologi Gen 3, Ananda Mikola: Makin Banyak Show

Ananda Mikola: Semakin Kencang, Semakin Banyak Show-nya dan Penonton Semakin Suka.Balap Formula E 2023 di Jakarta Menampilkan Teknologi Gen 3.

Editor: Dodi Hasanuddin
zoom-in Balap Formula E 2023 di Jakarta Menampilkan Teknologi Gen 3, Ananda Mikola: Makin Banyak Show
WARTA KOTA/HENRY LOPULALAN
Balap Formula E 2023 di Jakarta Menampilkan Teknologi Gen 3, Ananda Mikola: Makin Banyak Show 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Balap Formula E 2023 di Jakarta menampilkan Teknologi Gen 3, Ananda Mikola: makin banyak show-nya.

Ajang balap mobil Formula E Jakarta 2023 yang digelar pada 3-4 Juni 2023 mendatang tampaknya akan jauh lebih menarik karena akan menghadirkan banyak show untuk disuguhkan kepada penonton.

Ketua Panitia Pelaksana Jakarta E-Prix 2023 Ananda Mikola mengatakan, secara teknologi mobil balap Formula E dengan teknologi Gen 3 ini memiliki kecepatan jauh lebih kencang dibanding generasi sebelumnya.

Baca juga: Bamsoet: Formula E 2023 akan Usung Konsep Sport Automotive and Entertainment Tourism

Dengan begitu, kata Ananda, balapan akan lebih seru lantaran akan banyak overtaking.

“(Formula E mendatang) Akan lebih banyak shownya, karena sekarang mobilnya lebih powerful dan bannya sedikit lebih keras, jadi shownya nanti--dalam arti bisa speed dan overtaking lebih menarik,” ucap Ananda usai acara Talkshow Jakarta E Prix 2023 dengan tema “Teknologi Gen 3 Formula E” di Studio Green Kompas TV, Palmerah, Jakarta Pusat, Rabu (17/5/2023).

“Saya nggak bilang kecelakaan itu sebagai show ya, tapi jika melihat ke belakang lebih banyak accident, jadi persiapan marshal-nya harus lebih matang, karena mobilnya jauh lebih kencang. Jadi shownya akan lebih banyak overtaking," kata mantan pembalap ini.

Ananda menjelaskan, mobil balap Formula E dengan teknologi Gen 3 memiliki tingkat kecepatan yang lebih tinggi dibanding generasi-generasi sebelumnya.

BERITA REKOMENDASI

"Kalau speed yang Gen 1 mencapai 200 km/jam, yang Gen 2 speed-nya 250 km/jam. Yang sekarang (Gen 3) bisa tembus 320 km/jam," ujarnya.

Terkait dengan teknologi Gen 3, Ananda menegaskan bahwa tidak ada adaptasi apapun baik dari sisi sirkuit maupun pembalap untuk menyesuaikan mobil balap Formula E dengan teknologi terbaru ini.

"Kalau untuk pembalap nggak perlu adaptasi, contohnya pembalap Lucas di Grassi tadi kan memang pembalap yang levelnya sudah tertinggi semua," ungkapnya.

Ananda Mikola dalam kesempatan itu menyatakan bahwa dengan adanya teknologi Gen 3 di Formula E tidak perlu ada modifikasi sirkuit, terutama di Sirkuit Ancol yang dibangun untuk ajang Formula E ini.

"Bahkan Sirkuit Monaco jauh lebih bahaya dari pada sirkuit kita (Ancol). Balapan itu kan semakin kencang, semakin banyak show-nya dan penonton semakin suka," kata juara Formula Asia tahun 1996 ini.

Terkait dengan teknologi Gen 3 yang diterapkan pada mobil balap Formula E, Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin mengatakan, teknologi Gen 3 termasuk dalam hal upaya mendukung kendaraan-kendaraan yang rendah emisi, dalam hal ini konteksnya adalah balapan mobil.

"Formula E ini kan zero emisi karbon, apalagi Formula E ini sudah mengadopsi regeneration braking. Jadi kendaraan ketika nggak digas aja (deselerasi) itu sudah merecharge baterainya, sehingga energinya nggak terbuang," kata Ahmad.

Baca juga: Kapolda Metro Irjen Fadil Imran Ingin Pinjam Sirkuit Formula E untuk Gelaran Street Race Berikutnya

Ahmad menambahkan bahwa teknologi yang dihadirkan pada mobil balap Formula E sebenarnya sudah mampu melakukan efisiensi energi sebesar 43 persen.

Ditambah lagi, dengan adopsi regeneration braking, tentunya akan lebih menghemat energi sampai 80 persen.

"Apalagi kalau balapan Formula E di Jakarta ini ngechas mobil balapnya menggunakan panel tenaga surya misalnya, itu bisa zero emisi, baik emisi rumah kaca (karbondioksida), maupun emisi pencemaran udara seperti partikel debu, hidrokarbon, karbonmonoksida dan lain-lain," ungkapnya.

Ahmad berharap hadirnya teknologi terbaru yang ada pada Formula E bisa diadopsi di Indonesia untuk diaplikasikan ke kendaraan listrik komersial untuk transportasi masyarakat sehari-hari.

"Sekalipun Pemerintah sudah memulai dengan Perpres Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk transportasi, artinya adopsi kendaraan listrik ke kendaraan komersial seperti transportasi sehari-hari sangat penting," tututrnya.

Ia juga menilai, perhelatan Jakarta E Prix 2022 lalu juga telah mendorong animo masyarakat Indonesia untuk membeli kendaraan listrik baik roda empat maupun roda dua.

"Hanya saja problemnya adalah terbentur harga yang terpaut tinggi dan infrastruktur. Kalau mobil kecil kapasitas 80 kilowatt kebawah nggak masalah karena bisa dichas dimanapun, yang penting jaringan listriknya kuat untuk ngechas," ujar Achmad.

Achmad menilai, untuk menyukseskan penggunaan kendaraan listrik di Indonesia, maka semua elemen masyarakat harus kompak dan bisa mengartikulasikannya menjadi aksi yang konkrit.

"Misanya ada Formula E, kemudian gimana industri di Indonesia bisa mengembangkan teknologi tidak hanya untuk konteks racingnya saja, tapi juga kesehariannya. Indonesia juga harus siap menyediakan marketnya, sekalipun dikatakan tidak harus 100 persen memproduksi kendaraan listrik, minimal 30-40 persennya kita produksi. Jangan sampai event yang sudah kita bangun, tapi yang ambil peluangnya justru negara lain," jelasnya.

Lucas Di Grassi dari tim Mahindra Racing Formula E ikut serta dalam talkshow yang digelar Panitia Jakarta E-Prix tersebut.

Di Grassi menyebut bahwa terjadi perkembangan yang signifikan terhadap mobil yang digunakan untuk Formula E, dari Gen 1 hingga kini Gen 3 yang bisa mencapai kecepatan hingga lebih dari 300 km/jam.

Dengan tenaga yang cukup besar tersebut, menurut Di Grassi hal itu akan menjadi lebih menantang saat balapan nanti. “Ya saya pikir akan lebih menantang, karena kecepatan dari mobil yang bertambah kencang, lalu balapan juga jadi lebih dinamis karena level (skill) dari pembalap juga akan berbeda tentunya,” katanya.

Menurutnya, tidak ada pembalap Formula E yang tidak ingin menang dengan kondisi seperti itu. “Jadi boleh dibilang kami (pembalap Formula E—Red) adalah best of the best. Itulah yang menjadikan balapan ini lebih menantang,” ujar pembalap asal Brasil berusia 38 tahun ini.

Baca juga: PLN Tambah Pasokan Listrik di Kawasan Jakarta International Stadium dan Sirkuit Formula E

Bahkan saat ditanya dalam skala 1-10 tentang seberapa senang mengendarai mobil balap Gen 3 ini, Di Grassi menyebut dengan jelas balapan ini ada di angka 10. “Sudah pasti di angka 10. Ya ini hanya sebuah mobil tapi sangat kencang, level kompetisi yang tinggi, dan level adrenaline yang berbeda tentunya,” katanya.

Saat disinggung tentang pengaruh mobil listrik terhadap iklim, Di Grassi menyebut bahwa inti dari Formula E ini adalah untuk mengampanyekan penggunaan kendaraan listrik. Hal ini tak lepas dari kondisi perubahan cuaca yang membawa banyak dampak buruk bagi manusia.

“Buktinya saat pandemic Covid-19 di hampir seluruh dunia, dimana semua orang tinggal di rumah dan mengurangi penggunaan kendaraan, kondisi iklim kita membaik baik di Jakarta atau tempat tinggal saya di Sao Paulo, Brasil. Nah dengan kendaraan listrik yang emisinya 0 karbon maka ke depan kita berharap kondisi iklim kita akan membaik,” ujar Di Grassi.

Sekilas Formula E

Formula E, secara resmi bernama ABB FIA Formula E World Championship, adalah sebuah kejuaraan olahraga otomotif mobil kursi tunggal yang menggunakan mobil listrik.

Kejuaraan ini pertama kali digagas pada tahun 2011 di Paris oleh presiden FIA Jean Todt dan Alejandro Agag, yang juga merupakan pendiri dan kepala eksekutif dari Formula E Holdings.

Perlombaan resmi pertamanya digelar di Beijing, Tiongkok, pada bulan September 2014. Sejak tahun 2020, Formula E mendapatkan status sebagai kejuaraan dunia.

Mobil Gen3 diperkenalkan pada ePrix Monako 2022 untuk digunakan pada musim kesembilan Formula E (2022–23).

Tenaga mobil diperkirakan 350 kW saat kualifikasi dan 300 kW saat balapan, dengan total kapasitas regeneratif saat mengerem 600 kW, baik roda depan (250 kW) dan belakang (350 kW).

Baterai mobil Gen3 juga akan dirancang untuk menangani "flash-charging" sampai dengan 600kW, memungkinkan adanya pit stop untuk pengisian ulang baterai untuk pertama kalinya.

Di Indonesia balapan Formula E digelar pertama kali di Sirkuit buatan Ancol, Jakarta Utara.

Jakarta untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah Formula E atau Jakarta E-Prix pada 4 Juni 2022 lalu. Jakpro berhasil membangun sirkuit secara cepat di kawasan Ancol, Jakarta Utara dan mendapat predikat homologasi Grade 3 dari Federation Internationale de l'Automobile (FIA) .

Alberto Longo Co Founder and Chief Championship Officer Formula E menyatakan bahwa event balap Jakarta E-Prix 2022 merupakan yang tersukses sepanjang sejarah Formula E.

Jakarta pun kembali masuk dalam kalender balap Formula E 2023. Tahun ini, Jakarta akan menggelar dua kali balapan, yaitu pada 3 Juni dan 4 Juni 2023.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas