Epraim Ginting, Sarjana Yang Sejak Usia 5 Tahun Kenal Gulat, Kini Berjuang di Road to UFC Season 2
Epraim akan bertarung melawan wakil dari tuan rumah, Daermisi Zhawupasi, dalam Road to UFC season 2 di Shanghai, China, Minggu (28/5/2023).
Penulis: Alfarizy Ajie Fadhillah
Editor: Toni Bramantoro
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Alfarizy AF
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dunia bela diri sudah melekat dengan Epraim Ginting sejak dirinya masih belia.
Sejak masih berusia 5 tahun, petarung asal Sumatra Utara itu sudah tak asing dengan bela diri gulat.
Kini, Epraim akan bertarung melawan wakil dari tuan rumah, Daermisi Zhawupasi, dalam Road to UFC season 2 di Shanghai, China, Minggu (28/5/2023).
Bukan hanya hal di atas yang menarik di atas, Epraim yang dikenal julukan The Wolf itu pun rupanya seorang Sarjana Pendidikan.
Dalam wawancara khusus dengan Tribun Network, Epraim juga menyampaikan sejumlah harapannya kepada pemerintah dan masyarakat Indonesia.
Tak hanya itu, atlet yang berasal dari Sumatra Utara itu juga bicara mengenai sosok Jeka Saragih, yang merupakan petarung pertama dari Indonesia yang berhasil menembus UFC.
Berikut wawancara khusus Tribun Network bersama Epraim Ginting yang diwadahi MOLA TV, Rabu (25/5/2023).
*Sejauh mana persiapan menjelang pertandingan di akhir pekan?*
Kalau sejauh mana saya tidak tahu, yang penting, posisi saya sekarang ini adalah versi terbaik kami. Kami akan mengeluarkan versi terbaik kami, hasil jerih payah kami selama latihan di San Diego kemarin dan ini waktunya kami mengeluarkan itu semua, karena ini seolah-olah kami sudah memendam ibarat amarah, emosi, lelah, jadi ini panggung untuk menumpahkan itu semua.
*Bisa diceriatakan bagaiamana awal mula mengenal dunia bela diri?*
Awalnya ikut olahraga gulat itu di umur 5 tahun. Tapi fokusnya itu di semenjak SMP, karena selama SD itu banyak olahraga yang diikuti seperti sepakbola, karate, atletik, renang.
Saya masuk MMA itu di semester akhir kuliah. Sempat meninggalkan kuliah, tapi ketika mata kuliah sudah habis, tingal menungggu sidang skripsi, 1 semester itu fokus untuk latihan terus, baru dari situ masuk ke MMA 2015.
Saya dulu kuliah di Universitas Negeri Medan, ambil jurusan FKIP Pendidikan Olahraga.
*Dari SMA sudah rutin ikut kejuaraan gulat?*
Dari SMP - SMA itu sudah ikut Kejurnas (Kejuaraan Nasional), karena SMP itu saya masuk Pusat Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) di Sumatra Utara. Terus saat kuliah juga masuk Pusat Pendidikan Latihan Mahasiswa (PPLM).
*Bagaimana proses adaptasi dari gulat ke MMA dan bagaimana kesulitannya?*
Adaptasinya lebih ke nambah-nambah striking, tapi kalau ground itu memperdalam kuncian, karena kalau di Gulat itu jarang.
Kalau di MMA itu sulitnya kami belajar dari 0 (nol) untuk di striking, karena di gulat itu cuma bisa nendang, kuncian pun beda dengan BJJ (Brazilian Jiu Jitsu).
*Satu daerah dengan Jeka Saragih, ada obrolan apa?
Kalau pesan khusus sih lebih ke sharing-sharin. Tapi, dari dia ke aku juga belajar banyak hal yang bisa ku pelajari, kita juga bisa berprestasi, bukan cuma orang-orang yang dipandang hebat, kami yang dikecilkan ini pun bisa berprestasi di kancah internasional, apalagi saya dengan Jeka itu sama-sama dari kampung, walaupun di daerah kami kurang diperhatikan, tapi kami membuktikan kami itu pantas.
*Apakah ada harapan ke pemerintah setempat seperti saat Jeka menembus UFC?*
Saya juga lebih sama (ingin pemerintah daerah peduli). Karena saya dari kecil sudah ikut beladiri di gulat, sudah tanding-tanding tapi tidak pernah diperhatikan sama pemerintah. Entah itu tidak pernah atau kurang, menurut saya itu sangat minim. Saya ingin membantu orang itu untuk tidak mengalami hal pahit yang ku alami selama berproses.
*Pesan untuk Pemerintah atau masyarakat Indonesia?*
Dukung kami terus, doakan kami terus agar kami bisa mengharumkan nama Indonesia di kancah internasional.
Untuk teman-teman semua, terutama di Masyarakat Tanah Karo, Bujur Dua, tetap dukung saya, kami semua.
Bagi pemerintah, dari umur 5 tahun saya sudah latihan dan kejuaraan, tapi saya kurang diperhatikan.
Tolong pemerintah bisa diperhatikan, walaupun saya bukan siapa-siapa, tapi seenggaknya saya bisa melakukan sesuatu untuk daerah saya.
*Ada pesan untuk atlet muda?*
Untuk teman-teman yang mau berprestasi jangan pernah mengangap dirimu lebih baik. Karena saya pribadi enggak pernah berpikiran sampai di tahap ini, tapi karena kerja keras dan doa saya bisa ada di sini.