Kurang dari Sebulan, Apa Alasan World Beach Games 2023 Mendadak Batal Digelar di Bali?
Seperti Piala Dunia U-20 2023, benarkah isu kepesertaan Israel jadi alasan World Beach Games 2023 di Bali batal terlaksana?
Penulis: Abdul Majid
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Kurang dari Sebulan, Apa Alasan World Beach Games 2023 Mendadak Batal Digelar di Bali?
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdul Majid
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kurang dari sebulan menjelang pelaksanaan ANOC World Beach Games 2023, Indonesia menyatakan mundur sebagai tuan rumah.
Gelaran kedua ANOC World Beach Games 2023 sedianya digelar di Bali pada 5-12 Agustus 2023 mendatang.
Komite Olimpiade Indonesia (NOC Indonesia) mengumumkan penyelenggaraan ajang kompetisi berbagai olahraga pantai itu batal terlaksana karena keterbatasan waktu dalam proses administrasi birokrasi.
Baca juga: Kronologi Bali Batal Gelar World Beach Games 2023, Isu Pendanaan Jadi Masalah Utama
“Dengan berat hati, kami terpaksa mengumumkan 2nd ANOC World Beach Games Bali 2023 tidak dapat terlaksana. Kami menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya kepada ANOC serta para Federasi Internasional, atlet dan segenap NOC yang sudah berjuang sejak proses kualifikasi,” ujar Ketua NOC Indonesia Raja Sapta Oktohari.
“Kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras selama masa persiapan," sambungnya.
Okto, sapaan Raja Sapta, menerangkan pemerintah Indonesia sejatinya telah menyetujui pembiayaan 2nd ANOC World Beach Games Bali 2023.
Hanya, sistem mekanisme birokrasi anggaran sulit dilakukan mengingat sempitnya waktu yang dimiliki.
Situasi dirasa kian sulit karena beberapa sponsor 2nd ANOC World Beach Games Bali 2023 pun menyatakan mundur.
Sejak ditunjuk sebagai tuan rumah 2nd ANOC World Beach Games bali 2023, NOC Indonesia telah berupaya maksimal agar penyelenggaraan pesta olahraga pantai terbesar di dunia ini dapat terlaksana dengan sukses mulai dari menyelenggarakan technical meeting dengan Federasi Internasional, Chef de Mission Seminar, dan kegiatan lainnya.
Semua kegiatan tersebut dibiayai secara mandiri oleh NOC Indonesia.
“Kami hanya pelaksana, tetapi tepat hari ini, waktu yang kita miliki hanya 30 hari dan proses anggaran masih panjang. Pil pahit ini terpaksa kami telan karena dengan keterbatasan waktu, kami melihat sulit mempersiapkan multievent kelas dunia. Kami melihat minimnya waktu di tengah mekanisme penggunaan anggaran menjadi sangat berisiko dalam membuat multievent kelas dunia," ujar Okto.
"Sementara Indonesia telah menjadi tuan rumah yang luar biasa dengan menggelar Asian Games dan Asian Para Games. Ketika lebih banyak mudarat daripada manfaat maka yang harus dilakukan adalah menjaga marwah Indonesia,” jelasnya.
NOC Indonesia, lanjut Okto, tetap akan terus menjalin komunikasi intensif dengan ANOC dan stakeholder olahraga internasional terkait.
Termasuk mengoptimalkan diplomasi dan negosiasi terkait adanya konsekuensi terkait adanya keputusan ini, termasuk adanya konsekuensi.
“Tentu ada konsekuensi. Kami masih berkomunikasi. Yang jelas, NOC Indonesia akan terus bekerja dan saat ini kami telah menggagendakan kegiatan yang bisa mendapatkan eksposure untuk olahraga indonesia,” pungkas Okto.