Spanyol Memburu Emas Dua Dekade
Sudah menjadi rahasia umum, tak puas rasanya mengakhiri Olimpiade tanpa gelar juara di cabang sepak bola
Penulis: Deodatus Pradipto
Editor: Ravianto
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Spanyol dan Brasil. Dua tim ini menjadi unggulan teratas pada cabang sepak bola Olimpiade London 2012. Status yang tak bisa dipungkiri begitu saja melihat prestasi, tradisi dan kekuatan materi yang dimiliki. Bukan rahasia lagi, di tengah 'kelesuan' sistem regenerasi yang tengah terjadi di banyak negara, Samba dan Matador begitu apik menata sistem.
Tak heran, saat para pemain senior baru berusia 23-25 tahun, para junior sudah memiliki level prestasi, penampilan dan kematangan bak pemain internasonal.
Ambisi besar diusung timnas Spanyol U-23 di 'turnamen yang kelasnya hanya setingkat di bawah Piala Dunia ini. Maklum, dalam dua abad alias sejak tahun 1992, mereka tak bisa menikmati kalungan medali emas di akhir rangkaian kegiatan Olimpiade.
Sudah menjadi rahasia umum, tak puas rasanya mengakhiri Olimpiade tanpa gelar juara di cabang sepak bola. Dalam enam tahun terakhir, sepak bola Spanyol begitu mendominasi. La Furia Roja menjuarai 3 turnamen besar secara berturut-turut. Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010, dan terakhir mempertahankan gelar di Piala Eropa 2012.
Selang sebulan pasca sukses di Polandia dan Ukraina, Spanyol memasang ambisi menjadi juara di Olimpiade London. Selain itu, Spanyol berpeluang besar menjadi tim ke-empat yang mampu menjadi juara di Piala Dunia dan Olimpiade secara berturut-turut, sejajar dengan Uruguay, Italia, dan Jerman Barat.
Menggapai ambisi itu, Luis Milla, pelatih La Furia Roja di Olimpiade London, memanggil 3 pemain yang menghantarkan Spanyol menjadi juara di Polandia dan Ukraina. Juan Mata (Chelsea), Javi Martinez (Athletic Bilbao), serta Jordi Alba (Barcelona). Mereka akan dipadukan dengan jugador-jugador muda seperti David De Gea (Manchester United), Martin Montoya dan Christian Tello (Barcelona), serta Adrian Lopez dan Iker Munianin (Athletic Bilbao).
Jugador-jugador Spanyol yang berkualitas tersebut juga disuntikkan dengan ambisi untuk mengikuti jejak senior mereka yang mendominasi dalam enam tahun terakhir.
"Menyenangkan rasanya (menjuarai turnamen) setelah semua yang mereka capai. Kami memulai petualangan dimana kami sangat termotivasi untuk segera memulai dan mengakhirinya dengan medali," ujar Iker Munianin seperti dikutip Foxnews.
Pemain nomor satu di bawah mistar gawang Spanyol, David De Gea mengamini pernyataan rekan setimnya tersebut. "Kami masih muda dan kami akan berlaga di kompetisi itu denan motivasi yang sama seperti mereka (tim senior). Mereka meraih sesuatu yang bersejarah dan sekarang ada ekspektasi besar setidaknya kami mencapai babak final (Olimpiade). Namun, hal tersebut tidak akan semudah yang dipikirkan orang. Ada banyak pertandingan yang harus kami hadapi dan betapa kuatnya rival-rival kami," tutur eks kipper Atletico Madrid tersebut.
Spanyol mendapat cobaan, ketika penyisihan grup tinggal beberapa hari lagi dimulai, La Furia Roja menerima kabar buruk setelah Iker Munianin mengalami cedera kaki. Persiapan tim pun sedikit terganggu.
"Para pemain berada dalam kondisi yang sangat bagus, Iker (Munianin) tidak berlatih selama sepekan dan kami rasa dia akan baik-baik saja, setelah dia menjalani tes siang ini dan setelah itu kami akan memiliki informasi lebih soal kondisi Munianin," ungkap Luis Milla dalam jumpa pers seperti dilansir oleh Goal.
Pada kesempatan tersebut, Luis Milla juga mengaku gerah dengan harapan publik terhadap skuat asuhannya untuk mengekor jejak La Furia Roja senior. Menurut Milla, kualitas skuat asuhannya berbeda dengan Iker Casillas dkk
"Kami memikul tanggung jawab mewakili negara di Olimpiade. Tidak adil juga bagi para pemain bermain di bawah tekanan yang sama seperti tim senior, karena tim senior benar-benar tim yang bagus, keluh Milla.