Jogo Bonito vs Tiki-taka, Siapa Lebih Unggul?
Inilah pertandingan besar yang ditunggu-tunggu jutaan mata manusia dari seluruh penjuru dunia.
Penulis: Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM – Final ideal Piala Konfederasi 2013 akhirnya tersaji. Pemegang juara Piala Dunia lima kali dan Piala Konfederasi tiga kali, Brasil, menantang juara bertahan Piala Dunia dan Eropa pada final bergengsi di stadion bersejarah, Maracana, Rio de Jenairo, Brasil, Senin (1/7/2013) pagi.
Inilah pertandingan besar yang ditunggu-tunggu jutaan mata manusia dari seluruh penjuru dunia. Brasil sebagai negara tradisonal sepakbola dan Spanyol kini tengah menjadi penguasa dengan meraih berbagai gelar juara.
"Semua orang dari seluruh penjuru dunia ingin menyaksikan Spanyol dan Brasil di final. Bagi orang yang mencintai sepakbola ini adalah sebuah pertandingan besar," kata Pelatih Spanyol Vicente Del Bosque seperti dilansir FIFA.com, Sabtu (29/6/2013).
Apa yang dinanti oleh penggemar sepakbola tentunya atraksi-atraksi menarik yang akan dipertontonkan kedua tim. Sebagaimana diketahui, kedua tim sama-sama mengusung sepakbola menyerang dengan filosofi dan karakter kuat. Brasil akan tampil dengan karakter khas permainan jogo bonita alias permainan indah sementara Spanyol mengandalkan gaya tiki-taka yaitu permainan satu dua sentuhan. Dua karakter khas kedua tim ini sudah lama jadi trademark permainan mereka.
"Kami akan bermain sesuai dengan gaya kami sendiri dan melajutkan cara atau metodologi permainan yang kami fahami. Kami tahu Spanyol mempraktekkan sepakbola indah, tapi saya optimistis kami bisa mengalahkan mereka," kata Pelatih Brasil Luiz Felipe Scolari.
Di bawah arahan Scolari, Timnas Brasil mampu tampil seimbang dengan mengandalkan unit permainan sebagai satu kesatuan tim tanpa mengedepankan kemampuan individu yang sebenarnya jadi kelebihan utama para pemain Brasil.
Dua predator alami, Neymar dan Fred, dipercaya menempati pos lini depan. Neymar adalah sosok pendobrak pertahanan lawan dengan skill individu mumpuni. Sementara Fred adalah penyerang yang memiliki kemampuan finishing touch bagus.
Kehebatan lini depan Brasil kian bertambah dengan adanya penyerang berbadan kekar, Hulk. Meski belum ada catatan gol darinya tapi Hulk tak bisa dipungkiri mempunyai peranan penting untuk mengkocar-kacirkan pertahanan lawan.
Dalam formasi 4-2-3-1 yang jadi pakem permainan Timnas Brasil, Scolari menempatkan gelandang cerdas, Oscar, sebagai pengatur irama permainan. Dia diseimbangkan dengan gelandang double pivot, Luiz Gustavo dan Paulinho, yang sama-sama kuat dalam bertahan dan menyerang.
Brasil semakin sempurna dengan figur-figur pemain yang ada di sektor pertahanan. Empat bek yang biasa berdiri sejajar dalam sistem pertahanan flat diisi para pemain belakang yang berkiprah di Eropa seperti Marcelo, David Luiz, Thiago Silva, dan Dani Alves. Tidak lupa kiper Julio Cesar, kiper gaek yang tak diragukan lagi pengalamannya di berbagai level kompetisi tingkat tinggi.
Direktur Teknis Timnas Brasil, Carlos Alberto Parreira, berharap timnya bisa mengakhiri dominasi La Furia Roja. Parreira mengatakan Scolari sudah tak harus memusingkan lagi taktik yang bakal dipakai. Ia hanya ingin Neymar dkk bisa konsistensi dalam jalur yang sejauh ini cukup baik.
"Sekarang saatnya untuk mengakhiri era Spanyol. Kami sedang dalam momen yang bagus, mereka penuh percaya diri dan mudah melihatnya. Kami bermain di rumah dan harus mempertahankan inisiatif dalam pertandingan," ujar Pareira dilansir Football-Espana.
Namun Del Bosque menegaskan negaranya justru ingin menciptakan era baru di Maracana. Tim Matador berambisi menyamai pencapaian Brasil serta Perancis yang pernah merengkuh titel Piala Dunia, Piala Eropa/Copa America, dan juga Piala Konfederasi.
"Mereka (Brasil) adalah lima kali juara dunia dan kami baru memenangi itu sekali. Tapi, era baru bakal dimulai pada Minggu (Senin) nanti di Maracana," ungkap Del Bosque.
Spanyol tak mengalami banyak perubahan meski ada beberapa evolusi dilakukan Del Bosque untuk melengkapi sistem permainan tiki-taka yang sudah dalam lima tahun belakangan sulit dipatahkan oleh tim manapun. Andres Iniesta dan Xavi Hernandez masih jadi ruh permainann Spanyol dari lini tengah.
Dua pemain ini adalah jenderal lapangan tengah yang sangat mengerti cara mengatur tempo dan irama permainan agar serasi di saat menyerang dan bertahan. Keduanya diperkuat oleh gelandang bertahan yang sangat jeli dan teliti membaca permainan lawan. Dialah Sergio Busquets.
Lini tengah Spanyol kembali mendapat tambahan tenaga dengan pulihnya kondisi Cesc Fabregas. Gelandang Barcelona ini sudah bisa kembali berlatih penuh setelah sempat diistirahatkan saat menang adu penalti atas Italia di semifinal.
Yang menakjubkan dari Timnas Spanyol saat ini adalah kembalinya sang penyerang Fernando Torres sebagai penyerang utama. Penyerang Chelsea ini kembali bangkit dan mampu merebut kembali posisi inti setelah mampu mengembalikan sentuhannya sebagai seorang predator.
Torres akan didukung oleh gelandang bernaluri menyerang, Juan Mata, yang tak lain adalah rekannya dalam skuad Chelsea. Pedro Rodriguez juga menghadirkan opsi lain bagi Spanyol di lini depan. Roberto Soldado juga siap kembali tampil setelah pulih dari cedera.
Absennya Carles Puyol di sektor pertahanan tak membuat komposisi benteng pertahanan Spanyol rapuh. Masih ada dua bek terbaik Spanyol, Sergio Ramos dan Gerard Pique, yang selalu siap berada di jantung pertahanan. Alvaro Arbeloa dan Jordi Alba siap berada di posisi bek sayap.
Kombinasi pemain Barcelona dan Real Madrid di lini belakang ini disempurnakan dengan keberadaan sang kapten tim Iker Casillas di bawah mistar gawang. "Brasil adalah tim yang hebat. Selalu tampil hebat di setiap turnamen dan punya banyak pemain hebat. Kami juga punya tim yang sangat bagus, di mana para pemain selalu menampilkan yang terbaik dan tidak diragukan lagi bahwa kami ingin merebut trofi," ujar Iniesta dikutip Marca.
Tim Matador ingin mengikuti jejak Uruguay yang pernah "mengubur" Brasil pada final Piala Dunia 1950 di Stadion Maracana. Saat itu Tim Samba tumbang 1-2 di hadapan 200 ribu pendukungnya. Peristiwa itu pun tenar dengan nama 'Maracanazo' atau dalam bahasa Indonesia bisa diartikan 'Duka untuk Maracana'.
Spanyol yang sudah menjadi musuh publik Brasil sejak awal turnamen ini ingin memberi luka yang sama untuk Brasil, yang tengah bernafsu untuk merebut titel keempat sekaligus mencetak sejarah dengan menciptakan hattrick (juara tiga kali beruntun) di Piala Konfederasi.
Bek sekaligus Kapten Brasil, Thiago Silva, menyebut Spanyol merupakan lawan yang sangat tangguh. Namun dengan dukungan ribuan penonton, Silva tetap optimistis dengan peluang Selecao.
"Kami akan menghadapi sebuah tim dengan kualitas hebat. Mereka memiliki skuad dengan para pemain cadangan memiliki level yang sama dengan starter, sebuah grup yang merupakan juara dunia. Kami mempersiapkan diri dengan baik untuk menantang Spanyol. Saya pikir, pertandingan ini hanya akan ditentukan oleh sedikit detail," ungkapnya.(Tribunnews.com/cen)