Mourinho Gendong Guardiola saat Bersama di Barcelona
Pep Guardiola melambai pada Mourinho dan dengan senyum lebar, Pep berlari dengan lengan terentang.
Editor: Yulis Sulistyawan
TRIBUNNEWS.COM - "14 Mei 1997. Stadion Feijenoord, Rotterdam. Final Piala Winners. Barcelona vs Paris Saint-Germain (PSG).
Di satu sisi, Ronaldo, Luis Figo, Luis Enrique dan Pep Guardiola, dilatih Bobby Robson. Di sisi lain, sebuah tim Perancis yang tengah limbung, dilemahkan kepergian Djorkaeff, Ginola dan Weah, namun masih memiliki pemain legendaris Rai, serta calon bintang AC Milan, Leonardo.
[....]
Tim asuhan Robson bertahan, dan ketika wasit Markus Merk meniup peluit akhir, para pemain klub Catalan itu merayakan penuh kelegaan. Perjuangan musim 1996-1997, (pertandingan) pertama tanpa kehadiran Johan Cruyff, sangat berat.
Saat rekan-rekannya merayakan, Pep ingin memeluk mereka--serta semua yang terlibat dengan klub. Ivan de la Pena dan Guardiola berlutut, berpelukan dan saat berdiri, mata Guardiola menangkap sosok seorang staf pelatih.
Pep melambai pada sosok itu, dan dengan senyum lebar, Pep berlari dengan lengan terentang.
Sosok itu Jose Mourinho.
Pep Guardiola dan Jose berpelukan. [...]. Mourinho mengangkat Pep dan memeluknya, menggendong Pep tiga kali sebelum mereka melompat bak dua bocah di pagi ketika Natal tiba..."
--Pep Guardiola: Another Way of Winning karya Guillem Balague--
Buku dengan nukilan di atas, terbit pada 2012, mencungkil pernik kecil cerita hubungan Pep Guardiola dan Jose Mourinho, bermula dari Barcelona.
Cerita itu...
Pada 1996, Bobby Robson mulai melatih Barcelona. Mourinho menjadi penerjemah untuk pria Inggris tersebut. Namun Mou yang kala itu berusia 33 tak jarang memberikan tambahan saran bagi para pemain. Ia pun kerap menjadi sosok teman bagi sejumlah pilar Barcelona seperti Ronaldo.
Ketika itu, Pep adalah salah satu pemain penting untuk El Barca. Sosoknya yang menunjukkan kualitas kepemimpinan tak lepas dari pengamatan Mourinho. Mereka menjadi dekat, dan kerap berbincang selepas latihan. Tak jarang percakapan tersebut berlangsung berjam-jam.
"Kami berbincang mengenai banyak hal saat kami ragu-ragu, lalu bertukar ide. Tapi saya tak merasa itu sebagai sesuatu yang menjelaskan hubungan kami. Ia asisten Mister Robson dan saya pemain," kata Pep seperti dikutip dalam buku Balague tadi.