Indonesia vs Thailand: Perang Militan
FINAL sepakbola SEA Games 2013 Myanmar di Stadion Zayyarthiri, akan menjadi pertarungan antara marinir versus mantan polisi.
Penulis: Husein Sanusi
Editor: Ade Mayasanto
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Husein Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - FINAL sepakbola SEA Games 2013 Myanmar di Stadion Zayyarthiri, Nay Pyi Taw, Sabtu (21/12/2013) malam ini, akan menyajikan perang militan. Partai puncak ini akan menjadi pertarungan antara marinir versus mantan polisi.
Rahmad Darmawan di kubu Indonesia sudah tidak asing bagi masyarakat pecinta sepakbola Tanah Air. Disamping statusnya sebagai juru taktik, Rahmad merupakan anggota aktif TNI Angkatan Laut berpangkat Kapten.
Kisah pelatih yang biasa disapa RD itu masuk dalam dunia sepakbola berawal saat dia diajak untuk bergabung dengan PS (Persatuan Sepakbola) ABRI. Terakhir pangkat RD adalah Kapten Laut atau biasa disebut KH.
RD tampil gemilang saat memperkuat Persatuan Sepakbola ABRI, yang akhirnya memuluskan langkahnya memasuki Akademi Militer.
Lulus dari Sepamilwa (Pendidikan Sekolah Perwira Militer) 1990, RD keluar sebagai perwira letnan satu. Namun, karena masih aktif bermain bola, karier militernya tidak jadi prioritas.
Praktis, hingga pensiun bermain sepakbola dan memasuki jenjang kepelatihan, suami Eti Yuliati itu hanya fokus mengasah karier di dunia olah kulit bundar.
Terhitung sejak lulus, tahun 1990 sampai 2013, yakni 23 tahun, RD hanya merasakan dua kali upacara kenaikan jabatan, yaitu ketika memasuki letnan satu dan terakhir kapten.
Perwira personel Disminpers Lantamal III Jakarta itu mengaku, banyak rekan-rekan satu angkatannya sudah mau menjadi jenderal. "Teman-teman saya sudah banyak yang kolonel, ini pun lagi mikir, gimana ya karier militer saya," katanya.
Sepertinya karier militer RD hampir dipastikan tersendat karenanya usianya sudah memasuki 47 tahun. Namun, RD berpeluang membawa Indonesia berjaya di ajang SEA Games setelah reputasinya membawa beberapa klub di Indonesia menjadi juara.
"Saya berharap para pemain tak terjebak euforia kemenangan semifinal. Tugas berat di partai final masih menanti. Dua tahun lalu Indonesia gagal, tahun ini semoga kami bisa menebusnya," ujar Coach RD.
Di kubu Thailand U-23, Pelatih Kiatisuk Senamuang ternyata adalah seorang anggota kepolisian Thailand, Royal Thai Police, antara tahun 1997-1998. Ia meninggalkan kariernya sebagai polisi pada 1998 dan memutuskan main sepakbola untuk klub Malaysia, Perlis.
Lahir di sebuah kota miskin, Senamuang tercatat sebagai salah satu legenda sepakbola Negeri Gajah Putih yang di negaranya dijuluki Zico Thailand. Sama halnya dengan RD, karier sepakbolanya lebih gemilang dibandingkan karier militer.
Senamuang bermain di tiga klub lokal berbeda dari era 1989-1998. Selama itu bomber tajam ini mencetak 142 gol dalam 197 laga.
Setelah pindah ke Malaysia 1998-1999 dia mencetak 13 gol dalam 17 laga sebelum akhirnya menuju Inggris memenuhi undangan Steve Bruce untuk bermain di Huddersfield Town.
Kembali dari Inggris, Senamuang memperkuat Singapore Armed Forces pada 2001-2002.
Kariernya bersama Timnas Thailand adalah yang terbaik untuk selalu diingat sepanjang masa. Senamuang tercatat mengantongi 130 caps dalam catatan keseluruhan termasuk laga tidak resmi dengan raihan 85 gol.
Dalam catatan FIFA dia membukukan 65 gol internasional. Dia juga masuk dalam skuad Thailand yang menjuarai SEA Games, Tiger Cup, dan King's Cup.
Kali ini dia pun mengincar emas pertamanya sebagai pelatih. "Kami kembali mentargetkan emas sepakbola tahun ini. Kami akan melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya," kata Senamaung yang ditunjuk melatih Timnas Thailand U-23 sejak Juni 2013.
Kuatnya latar belakang militer di kedua pelatih menambah serunya laga final. Strategi pertempuran ala militer pun sedikit banyak akan ditransformasi keduanya di atas lapangan hijau. Para pemain pun akan bertarung dengan militan demi merebut medali emas.