Pelatih Meksiko dan Kamerun Miliki Gaji Terendah
Perjuangan Kamerun dan Meksiko di ajang putaran final Piala Dunia 2014 tak hanya berliku di fase kualifikasi.
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Perjuangan Kamerun dan Meksiko di ajang putaran final Piala Dunia 2014 tak hanya berliku di fase kualifikasi.
Kini, ragam keterbatasan juga menjadi 'bawaan' mereka. Satu di antara yang menjadi sorotan adalah gaji pelatih kedua tim, yang dianggap tidak sepadan dengan risiko yang dihadapi, yakni hujatan dan caci maki jika tim yang diasuhnya tersingkir.
Seperti dirilis Daily Mail, kemarin, dua arsitek, Miguel Herrera (Meksiko) dan Volker Finke (Kamerun), tergolong sebagai pelatih dengan gaji per tahun yang terendah. Nama Herrera berada di posisi paling dasar, dengan gaji hanya Rp 1,61 miliar per tahun.
Sementara Finke mendapat gaji Rp 3,76 miliar per tahun. Angka ini hanya membuatnya unggul dari apa yang didapat Pelatih Nigeria, Stephen Keshi dengan Rp 3,72 miliar dan Safet Susic (Bosnia-Herzegovina), yang hanya bergaji Rp 3,72 miliar per tahun.
Namun, keterbatasan tersebut ternyata tidak membuat Herrera maupun Finke berkecil hati. Niat untuk membawa anak asuhnya terbang tinggi mengalahkan semua hal, termasuk bayaran yang sangat 'njomplang' dibanding dengan pelatih lain.
"Saya tak terlalu mengurus semua itu. Hal terpenting, timku bisa bermain maksimal di lapangan. Kebanggaan menjadi pelatih negeri sendiri berada di atas segalanya. Kini saatnya bagi Meksiko untuk menunjukkan karakter, apalagi di sini seperti keluarga sendiri," kata Herrera, di O Globo, kemarin.
Miguel Herrera adalah mantan bek tim nasional Meksiko. Pelatih kelahiran Hidalgo, 18 Maret 1968 ini membela El Tri pada 1993 1994. Di level klub, ia pernah bermain untuk Atlante, Santos Laguna, Querétaro, dan Neza.
Begitu juga dengan Finke. Mantan arsitek Urawa Red Diamonds dan FC Cologne ini menganggap, apa yang didapatnya sebagai pelatih timnas Kamerun lebih berarti. Setidaknya, kini ia bisa berkiprah di level dunia, sesuatu yang sempat tak ada di kepalanya kala memutuskan untuk berkarier di arena kepelatihan.
"Saya senang karena memiliki banyak pemain dengan kualitas tinggi. Ini akan menjadi catatan puncak karierku sebagai pelatih. Kami punya peluang, dan itu akan menyeretku ke spirit yang luar biasa. Saya bangga bisa bersaing dengan sederet pelatih kelas wahid," tegas Finke.