Iran vs Nigeria, Memori 16 Tahun
Laga penuh ambisi dan emosi bakal tersaji di Arena da Baixada kala Iran dan Nigeria saling bentrok
Penulis: Nurfahmi Budi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Laga penuh ambisi dan emosi bakal tersaji di Arena da Baixada, Curitiba, Selasa (17/6) dini hari, kala Iran dan Nigeria saling bentrok untuk mendapatkan tiga angka, pada fase Grup F putaran final Piala Dunia 2014. Kondisi itu merujuk pada keinginan keduanya untuk meraih kemenangan lagi.
Pasalnya, mereka membawa memori buruk sejak putaran final Piala Dunia 1998 di Prancis. Kala itulah dua tim wakil dari Afrika dan Asia tersebut kali terakhir merasakan kemenangan di ajang akbar empat tahunan itu. Pelatih Nigeria, Stephen Kesih mengakui mereka tak memikirkan partai kontra Argentina dan Bosnia-Herzegovina, dua tim yang lebih diunggulkan.
"Jelas, apa yang kami rasakan adalah rasa suka cinta bercampur beban. Kami wajib menang atas Iran. Tim ini sudah terlalu tak merasakan kemenangan, dan kini saatnya bagi kami punya kans yang sangat besar. Tim sangat solid, dan momentum ini tak bisa kami lepaskan begitu saja," tutur Keshi, di situs resmi FIFA, dua hari silam.
Senada, Pelatih Iran, Carlos Queiroz mengungkapkan timnya sudah mencurahkan seluruh perhatian pada laga perdana. Ia sadar, publik Iran memang tak terlalu banyak berharap pada tim besutannya. Tapi itu tak memnbuat mereka lengah atau minder karena dianggap sebagai tim pelengkap di Grup F tersebut.
"Itu justru menjadi satu kekuatan yang harus kami perlihatkan di lapangan. Nigeria tim kuat, dan sama-sama mengejar kemenangan. Bagi kami, kemenangan di Prancis akan terulang lagi, timku sangat optimis," kata arsitek berkebangsaan Portugal tersebut, di Soccerway, kemarin.
Seperti 'kompak', Iran dan Nigeria memang terus mengalami hasil buruk setelah satu kemenangan di Prancis, 16 tahun lalu. Tiga angka terakhir yang didapat Nigeria terjadi setelah mereka menaklukkan Bulgaria pada fase grup, 19 Juni 1998. Kala itu, gol tunggal Viktor Ikpeda di menit ke-26 di stadion Parc des Princes, sempat membuka asa juara. Sayang, hal itu menjadi kenyataan.
Sementara memori manis Iran terjadi setelah mereka memenangi partai yang dianggap sebagai satu di antara perang geopolitik terbesar di dunia, yakni kontra Amerika Serikat (AS). Wakil Asia ini menang atas negeri adidaya dengan skor 2-1, pada 21 Juni 1998, di Stade de Gerland, Lyon. Dua gol Hamis Estili pada menit ke-40 dan Mehdi Mahdavikia, enam menit jelang bubaran, hanya sanggup dibalas Brian McBride, menit ke-87.
Sayang, setelah kemenangan tersebut, baik Iran maupun Nigeria gagal tampil menawan pada ajang di tahun-tahun berikutnya. Setelah menaklukkan Bulgaria, Nigeria tak bisa menuai kemenangan, termasuk di Afrika Selatan, empat tahun silam. Total dalam enam laga terakhir di Korea-Jepang dan Afsel, mereka hanya sanggup menuai dua poin.
Sementara Iran tak sanggup lolos ke Korea-Jepang 2002, dan tak sanggup menuai kemenangan di Jerman (2006).
Kini, memori 16 tahun tersebut sama-sama menjadi kekuatan agar bisa menghentikan catatan tak menawan tersebut. "Saya tak ingin terlalu berharap tinggi tentang jumlah gol. Hal terpenting adalah raihan tiga angka, dengan berapapun skor yang kami dapat," tegas Carlos Queiroz.
Sementara kubu Nigeria, melalui Pelatih Stephen Keshi berjanji untuk tampil menyerang dan konsisten sepanjang 90 menit pertandingan.
"Titik perhatianku saat ini adalah membawa para pemain untuk mengerti bagaimana cara bermain dengan gaya sendiri, juga menjaga ritme. Kondisi tersebut sangat penting, karena Iran bukan lawan sembarangan. Apalagi, sebagian besar dari kuat lawan memang tak kami kenal," jelasnya.
Nigeria memang menjadi satu di antara harapan Afrika, untuk lolos ke fase berikutnya. Setelah Pantai Gading membuka kemenangan atas wakil Asia, Jepang dengan skor 2-1, kemarin, kini giliran John Obi Mikel dkk yang menjadi tumpuan benua Hitam tersebut.
Nigeria memang memiliki catatan cukup bagus. Pencapaian terbaik Nigeria sendiri di Piala Dunia adalah saat mereka berhasil melaju ke babak kedua di Amerika Serikat tahun 1994 dan di Prancis tahun 1998.
Namun ambisi kubu Nigeria mendapat tantangan tinggi. Gelandang sekaligus kapten Iran, Javad Nekounam menegaskan, Nigeria hanya bisa bermimpi dengan keinginan untuk mengalahkan mereka.
"Kami sudah menyiapkan diri dalam kurun waktu yang lama. Semua sudah siap, dan tiga angka harus kami dapatkan agar bisa menjadi modal untuk lolos ke fase berikutnya," tegasnya. So, sangat menarik siapa yang akan memutus rantai buruk 16 tahun tersebut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.