Jerman vs Argentina, Tuntaskan Dendam Lama
Jerman dan Argentina bersiap menyelesaikan dendam lama di pertandingan final Piala Dunia 2014
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM - Jerman dan Argentina bersiap menyelesaikan dendam lama di pertandingan final Piala Dunia 2014 di Estadio Maracana, Senin (14/7/2014) dinihari.
Ini menjadi pertandingan terakhir pelatih Argentina, Alejandro Sabella,-menang atau kalah. Pelatih berusia 59 tahun akan meletakkan jabatan sebagai pahlawan nasional jika La Albiceleste memenangkan pertandingan final ketiga antara negara kelas berat di Eropa dan Amerika Selatan.
Tapi, apakah di pertandingan ini akan tercipta banyak gol seperti yang terjadi di Meksiko City pada 1986, di mana Argentina menang 3-2 atau akan berlangsung ketat seperti yang terjadi ketika Jerman Barat menang 1-0 pada 1990 di Roma. Ini sulit untuk diprediksi.
Kecenderungan di pertandingan final terakhir, pertarungan berlangsung ketat dan menampilkan permainan bertahan. Kemenangan dengan jumlah gol rendah telah menjadi garis pemisah antara kedua partai final tersebut.
Melihat sejarah berlangsungnya turnamen sepak bola empat tahunan, dalam enam partai final termasuk Piala Dunia 1986 telah tercipta 27 gol, enam gol sejak 1990, ketika Argentina menjadi tim pertama yang gagal mencetak gol di partai final.
Sejauh ini di Piala Dunia 2014, telah tercipta 167 gol dan dapat mengalahkan rekor sepanjang masa 171 gol di Piala Dunia 1998. Namun, ada kecenderungan pertandingan ini akan dimenangkan oleh tim yang mempunyai ketangguhan lini belakang daripada atraktif dalam menyerang.
Kedua tim mempunyai penjaga gawang yang memberikan jaminan tangguhnya lini pertahanan. Manuel Neuer, kemungkinan menjadi penjaga gawang terbaik dunia dan Sergio Romero, penjaga gawang Argentina telah membuktikan kemampuannya dalam mengantisipasi dua tendangan penalti ketika mengalahkan Belanda di semifinal pada Kamis kemarin.
Manuel Neuer bersaing dengan Sergio Romero dan Keylor Navas untuk mendapatkan gelar Golden Glove, atau penghargaan yang diberikan kepada penjaga gawang terbaik selama turnamen Piala Dunia berlangsung.
Berdiri di depan Neuer, bek sayap kiri, Benedict Hoewedes, telah bermain di setiap menit laga selama turnamen berlangsung. Sementara, Mats Hummels dan Jerome Boateng tampil impresif di posisi bek tengah. Pertahanan lebih erat semenjak Philipp Lahm kembali ke posisi bek sayap kanan.
Namun, barisan lini belakang Argentina jauh lebih mengesankan. La Albiceleste tidak kebobolan dari tiga pertandingan terakhir sejak menang 3-2 atas Nigeria di laga pamungkas fase grup F pada 25 Juni. Pelatih Alejandro Sabella telah membangun lini pertahanan yang solid.
Romero mempunyai kepercayaan diri karena performa kuartet lini belakang. Pablo Zabaleta di posisi bek kanan, di posisi bek tengah ditempati Ezequiel Garay dan Javier Mascherano sebagai gelandang bertahan. Semuanya, tampil impresif di setiap menit bertanding Argentina.
Tentu saja, Lionel Messi, telah tampil di setiap menit membela negaranya. Pesepakbola nomor satu dunia tampil memuaskan sejauh ini dengan mencetak empat gol bagi Argentina di fase grup ketika meraih kemenangan atas Bosnia-Herzegovina, Iran, dan Nigeria.
Namun, bintang Barcelona tersebut gagal mencetak gol di pertandingan fase knock-out menghadapi Swiss, Belgia, dan Belanda. Sementara, tim Tango kesulitan mencetak gol di fase knock-out, dengan hanya Angel di Maria di laga melawan Swiss dan Gonzalo Higuain di laga melawan Belgia.
Jerman telah berkembang dengan mencetak 10 gol dari tiga pertandingan terakhir. Thomas Mueller, yang mencetak hat-trick ke gawang Portugal di fase grup, sekarang telah mengoleksi lima gol, tetapi total Der Panser telah mengoleksi 17 gol.
Top scorer Piala Dunia sepanjang sejarah dengan torehan 16 gol, Miroslav Klose membuat dua, Andre Schuerrle tiga, bek Mats Hummels dan Toni Kroos masing-masing dua, sementara Mesut Ozil, Sami Khedira, dan Maria Goetze mencatatkan satu gol.
Meskipun Jerman tampil agresif selama berlangsungnya turnamen di Brasil, tetapi skuat asuhan pelatih Joachim Loew diprediksi akan bermain lebih hati-hati dan memperkokoh lini pertahanan. Hal ini diyakini, Lothar Matthaus, kapten Jerman ketika meraih gelar juara Piala Dunia 1990.
“Ada pepatah tua di Jerman bahwa pertahanan memenangkan gelar, sementara penyerangan meraih kejayaan,” tutur Matthaus seperti dilansir Reuters.