Sanksi Komdis PSSI Tanpa Opsi Banding Tuai Kritik Tajam
Ketua Asprov PSSI DKI Jakarta Gusti Randa tidak menyetujui sanksi Komdis PSSI tanpa membuka opsi banding.
Penulis: Jun Mahares
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Jun Mahares
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Sanksi diskualifikasi tanpa opsi banding yang dikeluarkan Komisi Disiplin PSSI terhadap PSS Sleman dan PSIS Semarang dinilai tidak adil. Keputusan ini dianggap tergesa-gesa dan tidak tepat sasaran. Kedua tim memang diduga kuat melakukan praktik sepak bola gajah di fase delapan besar Divisi Utama yang dihelat di Sasana Krida Akademi Angkatan Udara, Yogyakarta, Minggu (26/10/2014).
Total lima gol yang tercipta akibat bunuh diri dengan sengaja dari masing-masing pemain. Namun, hingga kini Komdis belum melayangkan sanksi terhadap pemain. Ketua Komdis PSSI Hinca Pandjaitan menegaskan sanksi yang dikeluarkan pihaknya adalah mutlak alias tanpa opsi banding. Keputusan tersebut menuai banyak kritik tajam terhadap lembaga hukum federasi sepak bola Tanah Air itu.
Ketua Asprov PSSI DKI Jakarta Gusti Randa tidak menyetujui sanksi Komdis PSSI tanpa membuka opsi banding. Menurutnya, Komisi Banding mesti dihapuskan jika seluruh keputusan Komdis tidak boleh diajukan banding.
"Komdis PSSI sudah melebihi MK (Mahkamah Konstitusi-red) saja. Setiap keputusan tidak boleh banding. Harus dilihat, sepak bola itu tidak hanya melibatkan orang per orang, tetapi juga manajemen, pelatih, dan termasuk PT Liga sebagai operator kompetisi," beber aktor merangkap pengacara itu.
Pria 49 tahun itu pun mempertanyakan bagaimana proses dan ketentuan sidang Komdis. Apakah hanya perlu dihadiri oleh Ketua Komdis PSSI Hinca Panjaitan, atau seluruh anggota. Kemudian, bagaimana proses menjadi sebuah keputusan. "Apakah hanya disuruh menyaksikan video, ditanya-tanya langsung diberi sanksi. Proses hukumnya dari mana alurnya?" ujar Gusti.
Mantan Ketua Komdis PSSI Andi Darusaalam Tabusalla mengakui praktik sepak bola gajah adalah hal yang memalukan sepak bola Indonesia. Namun, ia menyesalkan klub ikut menjadi korban kesalahan pemain.
"Komdis terlalu tergesa-gesa. Tidak ada sejarahnya klub dihukum dengan alasan fairness. Jangan korbankan klub. Ingat saat Timnas Indoneisa di Piala Tiger 1998 yang dihukum adalah pelaku (Mursyid Effendi, Rusdy Bahalwan, dan Andrie Amin)," kata Andi.
"Wasit juga dihukum sangat tidak bijak juga, karena wasit tidak ada rule off the game yang dilanggar. Komdis harus bijak, tidak boleh terjadi, bukan klub yg dihukum," jelas mantan Ketua Komdis PSSI era 2000'an.