Komdis Terlalu Membabi Buta Jatuhi Hukuman Larangan Seumur Hidup
Sanksi itu kurang pas karena pelatih hanya menjalani tugas sesuai kontrak yang diberikan oleh pemilik klub.
Penulis: Syahrul Munir
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Mantan penasehat teknik Tim Nasional Indonesia senior AFF 2012 Risdianto mengatakan hukuman seumur hidup tak boleh berkecimpung dalam dunia sepak bola yang dijatuhkan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI terhadap pelatih PSS Sleman, Hery Kiswanto dan pelatih PSIS Semarang, Eko Riyadi itu terlalu membabi buta.
Sanksi itu kurang pas karena pelatih hanya menjalani tugas sesuai kontrak yang diberikan oleh pemilik klub. "Hukuman itu terlalu membabi buta. Kalau sanksi seumur hidup seolah pelatih itu pelaku utama," ujar Risdianto kepada Harian Super Ball.
Risdianto mengatakan pihaknya kurang memahami landasan yang membuat pelatih divonis seumur hidup. Ini artinya hukuman itu mematikan kehidupan pelatih yang hanya mengandalkan dari lapangan. "Motif gol bunuh diri karena ketakutan itu juga tidak digali lebih dalam. Kenapa dua tim itu menjadi takut bertemu Borneo FC. Atau jangan-jangan ada aliran uang besar di situ," ujarnya.
Komisi Disiplin PSSI menghukum pelatih PSS Sleman dan PSIS Semarang seumur hidup tak boleh berkecimpung dalam dunia sepak bola. Selain itu, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI juga menjantuhkan denda kepada mereka masing-masing sebesar Rp 200 juta. Komdis PSSI Diskualifikasi PSS Sleman dan PSIS dari Delapan Besar. (Baca: Sanksi Kasus Sepakbola Gajah: Pelatih PSS Sleman dan PSIS Semarang Dihukum Seumur Hidup)
Hukuman ini diberikan atas kasus lima gol bunuh diri dua kesebelasan pada laga delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia. "Sanksi yang kami putuskan baru tahap sementara. Ini hanya yang terjadi di dalam lapangan. Yang jelas sanksi ini berlaku sejak 11 November," kata Hinca Panjaitan usai sidang Komdis PSSI.
Risdianto mengatakan posisi pelatih dalam kasus ini serbasalah. Mantan pemain timnas era-70an ini menjelaskan jika pelatih mundur dari pertandingan ini akan menyalahi kontrak dengan klub. Tapi ketika menjalani pertandingan pun salah. "Pelatih jadi buah simalakama. Karena dia juga terikat kontrak dengan klub. Kalau mundur nanti disebut tidak bertanggungjawab," ujarnya.
Risdianto mengatakan Hery Kiswanto merupakan rekannya saat membela timnas era 80-an. Hery, kata mantan striker Persija Jakarta itu dikenal sebagai pribadi yang santun dan sportif sepanjang meniti karir di sepak bola. "Makanya saya terkejut dengan kasus ini. Dan ini harus ditelusuri lebih jauh lagi," ujarnya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.