Derita Pelaku Sepakbola Gajah (2): Banjir Cemohan, Twitter pun Dimatikan
Hermawan mengaku dirinya hanya pemain, dan tentulah ia hanya mengikuti arahan saat berlaga di lapangan. Ssecara sosial para pemain dipaksa menanggung
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Skandal sepakbola gajah yang dipertontonkan PSS Sleman dan PSIS Semarang pada laga perempatfinal Divisi Utama PSSI, benar-benar telah menghancurkan nasib, karier, dan masa depan sejumlah pesepakbola muda penuh bakat.
Tak hanya itu, secara sosial para pemain yang terlibat dipaksa menanggung malu di lingkungannya. Baik di tengah keluarga, kerabat, tetangga, kawan sepermainan. Bahkan beberapa penggawa PSS Sleman mengaku khawatir atas masa depan anak-anaknya.
Kegelisahan, keluh kesah, dan ungkapan sedih itu terangkum dalam serangkaian wawancara Tribun Jogja dengan mereka di sejumlah tempat sepanjang pekan lalu. Orangtua pemain juga ikut nimbrung meratapi nasib dan masa depan anak-anaknya.
Selain Hermawan Putra Jati, dua pemain juga dijatuhi hukuman sama, yaitu Agus "Awank" Setiawan dan kiper Riyono. (Baca: Kala Pion Jadi Korban Skandal Memalukan)
Hermawan mengaku dirinya hanya pemain, dan tentulah ia hanya mengikuti arahan saat berlaga di lapangan. Sesudah kejadian, Hermawan praktis mengasingkan diri dari dunia media sosial yang ramai mengecamnya.
Akun Twitter dan Facebook ia matikan. Banjir hinaan dan cemohan datang tiada henti.
"Twitter sementara tak matiin dulu, soalnya kemarin banyak sekali. Kalau membaca nambah pusing. Orangtua kami juga kena," keluh Hermawan. Namun ia merasa orangtua dan kerabatnya berusaha membesarkan hatinya.
"Kalau denda, kami mau bayar dari mana. Kontraknya saja belum sampai segitu. Saat main, saya ga punya feeling apa-apa, saya kan ngga pernah main. Tapi sekali main kok malah digituin. PSSI harus mendalami hal itu," harapnya.(Tribunjogja.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.