Derita Pelaku Sepakbola Gajah (4): Awank Takut Anaknya Dihina Orang
penggawa PSS Sleman mengaku khawatir atas masa depan anak-anaknya atas sanksi sosial sepakbola gajah
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG - Skandal sepakbola gajah yang dipertontonkan PSS Sleman dan PSIS Semarang pada laga perempatfinal Divisi Utama PSSI, benar-benar telah menghancurkan nasib, karier, dan masa depan sejumlah pesepakbola muda penuh bakat.
Tak hanya itu, secara sosial para pemain yang terlibat dipaksa menanggung malu di lingkungannya. Baik di tengah keluarga, kerabat, tetangga, kawan sepermainan. Bahkan beberapa penggawa PSS Sleman mengaku khawatir atas masa depan anak-anaknya.
Kegelisahan, keluh kesah, dan ungkapan sedih itu terangkum dalam serangkaian wawancara Tribun Jogja dengan mereka di sejumlah tempat sepanjang pekan lalu. Orangtua pemain juga ikut nimbrung meratapi nasib dan masa depan anak-anaknya.
Agus Awank Setiawan tidak menutupi kenyataan dirinya memang terlibat permainan tidak fair pada laga perempatfinal Divisi Utama antara PSS vs PSIS yang berakhir tragis. Kini ia mengkhawatirkan nasib anaknya kelak ketika sudah besar.
Ketakutannya, anaknya bisa dihina atau dicemooh orang lain akibat perilaku bapaknya sebagai pesepakbola. Menyadari, kariernya bisa tumpas, Awank pasrah dan mencoba berpikir positif. Ketabahan keluarganya dengan menganggap hal ini sebagai cobaan, membuat ia kuat.
"Yang khawatir justru isteri saya, takutnya saya stres kemudian hilang kendali. Padahal justeru saya yang khawatir dan takut kalau isteri saya yang tidak kuat mental. Karena saling percaya, itu membuat saya kuat," ungkap Awang.
Dari hasil bermain sepak bola, tidak ia pungkiri, hasilnya memang mampu mencukupi kebutuhan keluarga. Ia juga termasuk tulang punggung keluarga. Setelah sekian lama berumahtangga, ia berangan-angan ingin memiliki rumah sendiri.
"Ini juga sedang membangun rumah sederhana, karena sekarang masih ikut orangtua. Baru selesai pasang pondasi tapi malah ada masalah," katanya. Namun ia bertekad menyelesaikan pembangunan rumah masa depannya.
"Keluarga juga menyayangkan dan menyesal. Kalau ada sanksi, ya kalau bisa jangan terlalu berat," timpal Achmad, ayah Awank di warung kupat tahu miliknya. Ia tahu persis perjalanan karier anaknya sejak kecil, dan tidak pernah aneh-aneh.(Tribunjogja.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.