Danurwindo: Komponen Sepak Bola Duduk Bareng untuk Kejar Prestasi
Pembinaan usia muda bukan saja belum merata di setiap daerah, akan tetapi proses pembinaan yang telah berjalan pun belum disertai keseragaman sistim.
Penulis: Syahrul Munir
Editor: Dewi Pratiwi
Laporan Wartawan Harian Super Ball, Syahrul Munir
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Bicara prestasi dalam sepak bola tidak bisa diraih secara instan. Butuh proses dan keseragaman sistim untuk meraih prestasi. Jalan pintas yang diambil selama ini oleh pengurus PSSI dengan sistim naturalisasi pemain asing yang dianggap berpotensi saat itu terbukti kurang efektif dalam menjemput tropi.
Pembinaan usia muda dan pendidikan pelatih menjadi kunci utama dalam mencapai mimpi menjadi juara. Hal itu yang menjadi konsentrasi PSSI. "Pembinaan usia muda di kita memang sudah berjalan lama. Tapi belum merata, hanya di beberapa kota besar saja," ujar Mantan Direktur Teknik PSSI, Danurwindo kepada Harian Super Ball.
Danurwindo menjelaskan persoalan pada pembinaan usia muda bukan saja belum merata di setiap daerah, akan tetapi proses pembinaan yang telah berjalan pun belum disertai keseragaman sistim. Sekolah sepak bola (SSB) mengembangkan metode latihan sesuai dengan kemampuan pelatih masing-masing tanpa acuan jelas.
Belum lagi standar kemampuan pelatih yang mengelola SSB pun masih berantakan. Tidak jarang pelatih SSB didaerah yang belum memiliki sertifikasi standar yang ditetapkan AFC.
Mereka selama ini menjalani program pelatihan hanya bermodal semangat semata. "Bagaimana bisa membuat program pelatihan yang baik, kalau pelatihnya tidak memiliki pengetahuan dasar sebagai pelatih," ujarnya.
Pendidikan pelatih sangat menentukan dalam meningkatkan kualitas pembinaan usai muda. Ciri pembinaan usia muda itu berhasil dijalani sangat mudah. Yakni munculnya pemain bintang (senior) dari Indonesia yang kualitasnya diterima di dunia. "Sistem youth development (pembinaan usia muda) berhasil kalau sudah maju. Cirinya mencetak pemain bintang," ujarnya.